Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi Kim Jong Il Semakin Kokoh

Kompas.com - 29/09/2009, 07:39 WIB

SEOUL, KOMPAS.com-Pemerintah Korea Utara telah merevisi konstitusinya. Lewat konstitusi baru ini, posisi pemimpin negara itu, Kim Jong Il, bertambah kokoh karena disebutkan sebagai pemimpin tertinggi, menyingkirkan komunisme dan melambungkan ideologinya, yakni militer terdepan (military first).

Hal itu diungkapkan Kementerian Unifikasi Korea Selatan, Senin (28/9). Walaupun ada sedikit keraguan atas kekuasaan Kim, yang dijamin oleh perannya sebagai Ketua Komisi Pertahanan Nasional, konstitusi baru menghilangkan risiko ambiguitas.

Pada Pasal 100 dalam konstitusi baru itu disebutkan, Ketua Komisi Pertahanan Nasional (NDC) adalah pemimpin tertinggi bangsa. Kim terpilih kembali sebagai Ketua NDC untuk mengawasi 1,2 juta anggota militer ketika piagam direvisi dalam pertemuan parlemen pada April lalu—perubahan pertama dalam kurun waktu hampir 11 tahun.

Dokumen yang telah direvisi itu menegaskan bahwa Ketua NDC memiliki posisi puncak sebagai komandan yang dapat mengontrol semua anggota militer. Hal itu berarti, Kim juga mengawasi semua urusan negara, mengangkat dan memberhentikan tokoh militer besar, serta meratifikasi atau menerbitkan memo penting perjanjian dengan negara lain.

Kim sebenarnya menderita stroke sejak Agustus 2008. Para pejabat yakin bahwa kebijakan agresif Korut awal tahun ini—termasuk meluncurkan rudal dan uji coba nuklir—adalah upaya Kim untuk melanggengkan kekuasaannya.

Rencana suksesi kepemimpinan Korut ke anak bungsunya, Kim Jong Un, sudah lama dibicarakan saat Kim mulai menderita stroke. ”Namun, konstitusi baru akan mengungkapkan Kim untuk fokus pada diplomasi dan pertahanan sebagai Ketua NDC,” kata Cheong Seong-chang dari Sejong Institute di Seoul.

Meski demikian, kata Chang, Kim dapat mengizinkan Jong Un untuk berbagi kekuasaan dan mengontrol partai yang berkuasa, yakni Partai Buruh Korea. Konstitusi baru untuk pertama kalinya menggunakan kata ”komunisme”. Hal itu sebenarnya mengacu pada kebijakan songun-nya Kim Jong Il dan filsafat juche yang dipromosikan ayahnya dan presiden pendiri Kim Il Sung.

Songun, merujuk pada ideologi militer terdepan, memprioritaskan kesejahteraan tentara di atas sipil. Sementara juche merujuk pada kemandirian dalam urusan nasional. Sebuah laporan dari Korsel, Senin, menyebutkan, Kim telah mengungkapkan keinginannya untuk memperkuat sosialisme dan menyingkirkan komunisme.

Di Korut, komunisme berarti hanya ada satu kelas di dalam masyarakat. Tidak ada lagi perbedaan kelas, di mana kelas yang satu dapat mengeksploitasi kelas yang lain. Dari pengalaman selama ini, ternyata komunisme tidak dapat membawa perubahan yang signifikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.

Ekonomi Korut pernah lebih kaya daripada Korsel, yang kini menduduki peringkat keempat terbesar di Asia. Korut yang menganut ideologi komunis tumbuh lebih rendah sejak Kim mengambil alih kekuasaan dan setelah kelaparan pada 1990-an menewaskan sekitar satu juta orang.(REUTERS/AFP/AP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com