Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Georgia Kecam Kunjungan Wali Kota Moskwa ke Ossetia Selatan

Kompas.com - 01/09/2009, 02:44 WIB

TBILISI, KOMPAS.com - Georgia,  Senin (31/8), menyebut kunjungan wali kota Moskwa ke wilayah separatis Ossetia Selatan "tidak bermoral" dan mengecam pembukaan daerah permukiman baru di provinsi itu dengan nama seperti ibu kota Rusia.
      
Wali Kota Moskwa Yuri Luzhkov mengunjungi Ossetia Selatan untuk meresmikan sebuah daerah pinggiran baru yang bernama distrik Moskovsky di luar kota utama wilayah itu, Tskhinvali.
      
Deputi Menteri Luar Negeri Georgia David Jalagania mengatakan, kunjungan Luzhkov itu melanggar hukum internasional, dan daerah baru itu dibangun di puing-puing sebuah desa etnik Georgia, Tamarasheni, yang penduduknya melarikan diri dari daerah itu selama perang tahun lalu menyangkut Ossetia Selatan.
      
"Pelaksanaan acara semacam itu serta rezim kriminal Tskhinvali tidak bermoral sama sekali... dan bahkan Nazi tidak berpikir untuk membangun sebuah daerah permukiman dan menamakannya Berlin," kata Jalagania kepada wartawan di Tbilisi.
      
Luzhkov, yang pemerintahnya menjanjikan bantuan jutaan dollar kepada Ossetia Selatan, memuji daerah baru itu sebagai bagian dari upaya membangun lagi wilayah separatis yang rusak parah akibat perang itu. "Kita bisa memberikan perumahan kepada orang-orang yang membutuhkan, yang telah kehilangan ayah, anak dan pembela, yang mempertahankan negara dari agresor. Distrik Moskovsky telah memiliki prasarana sipil terkini, alat pemanas, air dan segala sesuatu yang diperlukan," kata kantor berita Interfax mengutip wali kota tersebut.
      
Selain Ossetia Selatan, wilayah lain yang memisahkan diri dari Georgia adalah Abkhazia. Kremlin mengakui kemedekaan wilayah-wilayah separatis Georgia yang didukung Moskwa itu pada 26 Agustus tahun lalu, beberapa pekan setelah pasukan Rusia mematahkan upaya militer Georgia menguasai lagi Ossetia Selatan.
      
Georgia menyatakan, perang itu dan pengakuan Moskwa terhadap wilayah-wilayah tersebut sebagai negara merdeka merupakan pencaplokan atas wilayah kedaulatannya.
      
Pada 27 Agustus, Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan bahwa Moskwa tidak akan pernah membatalkan keputusannya mengakui Abkhazia dan Ossetia Selatan sebagai negara-negara yang merdeka dari Georgia.
      
Pasukan Rusia memasuki Georgia untuk mematahkan upaya militer Georgia menguasai lagi Ossetia Selatan pada 7-8 Agustus 2008. Perang lima hari pada Agustus itu meletus ketika Tbilisi berusaha memulihkan kekuasannya dengan kekuatan militer di kawasan Ossetia Selatan yang memisahkan diri dari Georgia pada 1992, setelah runtuhnya Uni Sovyet.
      
Georgia dan Rusia tetap berselisih setelah perang singkat antara mereka pada tahun lalu itu. Hubungan Rusia dengan negara-negara Barat memburuk setelah perang tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com