Kepala Staf Angkatan Laut Filipina Laksamana Madya Ferdinand Golez, Kamis (13/8), mengatakan, lebih dari 400 marinir, tentara, dan polisi menyerbu dua kamp pelatihan Abu Sayyaf di Pulau Basilan, Rabu. Operasi itu mengincar sekitar 150 anggota Abu Sayyaf. Mereka ini dipimpin dua orang, yang diburu atas serangkaian serangan bom dan penculikan. Pertempuran pecah saat sebuah unit marinir berhadapan dengan sekelompok anggota Abu Sayyaf yang melarikan diri. ”Itu benar-benar pertempuran jarak dekat. Kami tidak bisa menggunakan artileri,” kata Golez. Militer berhasil mengambil alih kedua kamp pelatihan itu. Sejumlah bom rakitan yang siap diledakkan ditemukan bersama dengan 13 senjata berkekuatan besar. Sisa-sisa kelompok Abu Sayyaf melarikan diri ke hutan belantara. Hingga kemarin, tentara masih melakukan pengejaran. Militer Filipina tengah mempertimbangkan apakah akan mengerahkan tambahan pasukan ke wilayah selatan atau tidak. ”Wilayah itu sulit ditembus. Operasi lanjutan sedang berlangsung dan kami berharap bisa menangkap sisa-sisa anggota Abu Sayyaf,” kata Letnan Kolonel Romeo Brawner, juru bicara militer di Manila. Golez mengatakan, ada kemungkinan kelompok separatis Front Pembebasan Islam Moro (MILF) ada di antara anggota Abu Sayyaf yang bertempur dengan militer. Juru bicara MILF, Eid Kabalu, membenarkan 10 orang di antara korban tewas adalah anggotanya. Kabalu menuding militer menyerang kelompoknya. Dia mengatakan, mereka tidak bersama Abu Sayyaf dan hanya kebetulan berada di area itu saat pertempuran. Berbeda dengan Abu Sayyaf, yang masuk dalam daftar organisasi teroris, MILF telah bernegosiasi dengan pemerintah soal kesepakatan otonomi bagi minoritas Muslim di selatan. Analis menilai, meskipun Meski melemah karena serangan militer dan penangkapan banyak pemimpinnya, Abu Sayyaf di Basilan, Pulau Jolo, dan Semenanjung Zamboanga tetap aktif. Mereka beralih melakukan penculikan untuk mendanai serangan teror. Terakhir kali, mereka menculik dan menyandera tiga anggota Palang Merah Internasional selama beberapa bulan.