Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendukung Mousavi Abaikan Perintah Khamenei

Kompas.com - 20/06/2009, 16:30 WIB

TEHERAN, KOMPAS.com — Unjuk rasa menentang hasil pemilihan presiden Iran tetap akan dilanjutkan, Sabtu (20/6) waktu setempat. Mereka mengabaikan seruan pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamenei.

Istri calon presiden yang kalah, Mir Houssein Mousavi, dan seorang asisten calon lain, Mehdi Karroubi, mengatakan, unjuk rasa tetap akan berlanjut. Sekelompok orang dari atap rumah di Teheran juga menunjukkan penentangan atas seruan Khamenei dengan meneriakkan Allahu Akbar yang kemudian diikuti "Kematian bagi Diktator".

Dewan Pengawal Revolusi telah memperingatkan para pemimpin protes bertanggung jawab bila protes mengarah ke kekerasan.

Dalam jaringan sosial Facebook, istri Mousavi, Zahra Rahnavard, mengatakan, unjuk rasa akan tetap berlangsung. Asisten Karroubi juga mengatakan kepada BBC, unjuk rasa akan berlangsung dan akan dihadiri oleh Mousavi dan Mohammad Khatami, mantan presiden, yang merupakan tokoh reformis sekutu Mousavi.

Hasil resmi pemilihan presiden tanggal 12 Juni menunjukkan, Presiden Mahmoud Ahmadinejad menang dengan 63 persen suara, dibandingkan dengan 34 persen yang diperoleh Hossein Mousavi. Hasil itu memicu protes hampir setiap hari, dan merupakan tantangan bagi pemerintah sejak revolusi Islam tahun 1979.

Kelompok hak asasi Amnesty Internasional mengatakan, mereka menduga sekitar 10 orang tewas. Hari Jumat, Presiden Amerika Serikat Barack Obama memperingatkan "dunia memperhatikan" kejadian-kejadian di Iran. Ia menyatakan keprihatinan atas "sejumlah teror dan pernyataan-pernyataan yang telah dibuat".

Pertumpahan darah

Unjuk rasa hari Sabtu akan menjadi tantangan langsung dari perintah Ayatollah Khamenei, pemimpin spiritual Iran yang memegang otorita tertinggi. "Tantangan langsung tidak dapat diterima setelah pemilihan," kata Ayatollah Khamenei kepada ribuan warga Iran yang berkumpul untuk mendengarnya, hari Jumat. Ia mengatakan, "pertumpahan darah" akan terjadi bila protes terus berlanjut.

Walaupun pemimpin spiritual memegang kendali kekuasaan, Rafsanjani berkuasa atas Majelis Pakar, yang memiliki kekuasaan untuk memilih pemimpin, mengawasi dan secara teori memecat, kata wartawan BBC.

Di balik layar, kata wartawan kami, tampaknya terjadi pergelutan politik antara dua veteran Revolusi Islam, tetapi juga sengketa soal masa depan Iran, dan hasilnya sulit untuk diperkirakan.

Dalam pertemuan hari Sabtu dengan Dewan Pengawal, Mousavi dan penantang lain, Mehdi Karroubi dan Mosesn Rezai, diperkirakan akan membicarakan lebih dari 600 keluhan tentang pemungutan suara. Namun Dewan Garda, yang merupakan badan yang mengesahkan pemilu, sejauh ini hanya mengizinkan penghitungan suara ulang di sebagian tempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com