Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Tidak Mengarah ke Revolusi

Kompas.com - 19/06/2009, 06:47 WIB

KOMPAS.com - Kerusuhan di Iran sebagai protes atas hasil pemilu presiden hari Jumat pekan lalu mengundang perhatian besar masyarakat internasional. Israel turut mengamati secara serius apa yang kini terjadi di Iran itu.

Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Israel (Mossad) Meir Dagan, seperti diberitakan situs Haaretz, Rabu (17/6), menyampaikan kepada komite urusan keamanan dan luar negeri Knesset bahwa kerusuhan di Iran tidak menuju ke arah terjadinya revolusi.

”Kerusuhan itu akan berakhir beberapa hari mendatang. Realita di Iran tidak menuju ke arah terjadinya perubahan besar akibat pemilu itu,” ungkap Dagan mengutip hasil riset intelijen dari Mossad itu.

Karena itu, lanjut Dagan, dunia dan kita yang sudah mengenal presiden terpilih Mahmoud Ahmadinejad harus bersiap menghadapinya dengan segala kebijakan politiknya nanti.

Bahkan, lanjut Dagan, jika cepres dari kubu reformis, Mir Hossein Mousavi, memenangi pemilu lalu, Israel justru menghadapi problema lebih serius dan butuh kerja lebih keras lagi karena Israel butuh menjelaskan kepada dunia tentang bahaya ancaman Iran di bawah kepemimpinan Mousavi.

 

”Mousavi sudah telanjur digambarkan oleh masyarakat internasional sebagai sosok moderat. Padahal, sangat penting diingat bahwa Mousavi yang memulai program nuklir Iran ketika dia menjabat perdana menteri dulu,” lanjut Dagan.

Kecurangan

Menurut Dagan, terjadinya kecurangan hasil pemilu di Iran adalah suatu hal yang tidak jauh berbeda dengan apa yang biasa terjadi di negara-negara liberal selama pemilu.

”Pertarungan atas hasil pemilu di Iran adalah urusan internal negara itu dan tidak hubungannya dengan urusan strategis, termasuk masalah isu program nuklir,” lanjut Dagan.

Tajuk rencana harian terkemuka Mesir Al Ahram hari Rabu kemarin menggunakan istilah ”intifadah” (letupan) terhadap apa yang terjadi di Iran saat ini.

Istilah intifadah yang berasal dari bahasa Arab adalah sebuah gerakan yang eskalasinya di bawah revolusi.

Istilah intifadah mulai terkenal ketika Palestina menggunakan istilah tersebut atas gerakan aksi melawan Israel pada akhir tahun 1980-an.

Al Ahram dan media Arab lain lebih melihat terjadinya perpecahan elite di Iran saat ini antara kubu konservatif pro status quo dan kubu reformis pro perubahan.

Menurut Al Ahram, ada aktor tokoh dan intelektual yang menggerakkan kerusuhan di Iran saat ini.

Al Ahram menyebut, tokoh pro perubahan yang menggerakkan aksi unjuk rasa di Iran saat ini adalah mantan Presiden Hashemi Rafsanjani, mantan Presiden Muhammad Khatami, capres Mir Hossein Mousavi, dan capres Mehdi Karroubi.

Adapun Mousavi melalui situsnya menyerukan kepada rakyat Iran agar terus melancarkan aksi unjuk rasa damai. Ia menetapkan hari Kamis ini sebagai hari berkabung atas para korban yang gugur dalam aksi protes terakhir ini.

Kotak suara

Seruan Mousavi itu menunjukkan bahwa keputusan Dewan Garda Konstitusi untuk menghitung kembali suara pada sebagian kotak suara belum memuaskan kubu Mousavi.

Mantan Menlu Iran Ibrahim Yazdi menyebut, Iran kini menghadapi krisis serius akibat kerusuhan yang terus berlanjut.

Menurut Yazdi, krisis tersebut tidak hanya semakin memperdalam perpecahan elite, tetapi juga makin luas dan terbuka.

Meski demikian, tambah Yazdi, perpecahaan elite itu masih bisa dijembatani, tetapi dibutuhkan kerja keras dan sikap bijaksana dari elite yang bertarung itu. (MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com