KAIRO, KOMPAS.com
Obama menyampaikan pidato di Universitas Kairo sebagai upaya memperbaiki citra AS di mata dunia Muslim. Pidato itu telah dijanjikan saat dia mulai menjabat sebagai presiden.
”Bagian pidato Obama tentang isu Palestina adalah langkah penting dalam babak baru. Itu menunjukkan ada yang baru dan berbeda pada kebijakan AS terhadap isu Palestina,” kata Nabil Abu Rdainah, juru bicara bagi Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Juru bicara Hamas, Fawzi Bahrum, mengatakan, pidato Obama berisi perubahan jelas, tetapi banyak kontradiksi. ”Itu adalah pidato yang bermain dengan sentimen dan berisi sopan santun yang membuat kita percaya bahwa dia bermaksud mempercantik citra AS di dunia,” ujarnya.
Pemimpin Liga Arab Amr Mousa mengatakan, Obama bisa mengakhiri ketegangan dan konfrontasi bertahun-tahun antara Barat dan Islam. ”Hubungan antara Barat dan Islam, tahun-tahun penuh ketegangan dan konfrontasi, seharusnya bisa berakhir sekarang,” ujarnya.
Juru bicara Pemerintah Irak, Ali al Dabbagh, mengatakan, pidato Obama bersejarah dan merefleksikan arah positif pemerintahan baru di Washington.
Sebaliknya, Hazim Al Nuaimi, analis pada Universitas Baghdad, mengatakan, Obama tidak memberikan hal baru bagi Irak. ”Dia hanya memberikan satu janji, yaitu menghormati hak-hak minoritas dan bekerja dengan konsensus. Dari semua yang dia katakan, dia mencoba menjauhkan diri dari apa yang terjadi di Irak,” katanya.
Hassan Fadlallah, anggota parlemen Lebanon dari Hezbollah, mengatakan, dunia Muslim tidak memerlukan khotbah moral atau politik. ”Diperlukan perubahan fundamental dalam kebijakan AS, mulai dari penghentian dukungan atas agresi Israel di kawasan, terutama terhadap Lebanon dan Palestina,” ujarnya.
Di Teheran, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, sebuah pidato oleh Obama kepada dunia Muslim tak akan cukup untuk memperbaiki hubungan. Dunia Muslim mencari perubahan praktis dalam kebijakan AS.