Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korut Mulai "Nantang", Korsel Tetap Tenang

Kompas.com - 27/05/2009, 16:59 WIB

SEOUL, KOMPAS.com — Korea Utara, Rabu (27/5), mengecam keputusan Korea Selatan untuk bergabung dalam latihan antiproliferasi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) sebagai tantangan pengumuman perang. Korut mengancam akan menyerang jika kapal-kapalnya dihentikan.
    
Negara komunis yang memiliki militer kuat itu menyatakan bahwa pihaknya tak akan lagi tunduk pada gencatan senjata, yang mengakhiri perang di semenanjung Korea pada 1950-1953.
    
Pihak militer, dalam satu pernyataan di media resmi, mengatakan, pihaknya tidak akan menjamin status hukum lima kepulauan Korea Selatan yang terletak di dekat perbatasan kedua negara yang disengketakan, di Laut Kuning.
    
Pihaknya juga menyatakan tak menjamin keamanan lalu lintas kapal-kapal angkatan laut AS dan Korea Selatan, serta kapal-kapal sipil yang berlayar di laut itu.
    
Para analis mengatakan, pengumuman dengan kata-kata keras itu terjadi dua hari setelah Korea Utara mengejutkan dunia dengan uji coba bom nuklirnya. Pengumuman tersebut dimaksudkan untuk membatasi pertempuran angkatan laut di daerah itu, yang dulunya menjadi tempat pertempuran berdarah pada tahun 1999 dan 2002.
    
Korea Utara mengatakan, pihaknya menganggap keputusan Seoul untuk ikut ambil bagian dalam Prakarsa Keamanan Proliferasi (PSI) itu "sebagai deklarasi perang terhadap kami."
    
"Militer kami tidak akan tunduk pada perjanjian gencatan senjata karena kepemimpinan AS saat ini ... telah mengajak boneka (Korea Selatan) untuk bergabung ke dalam PSI," demikian pernyataan dari perwakilan militernya, di desa gencatan senjata perbatasan, Panmunjom.
    
Pernyataan itu mengatakan bahwa, jika gencatan senjata itu tak berlaku lagi, "semenanjung Korea akan kembali ke status perang negara."
    
Ini berarti, pasukan Korea Utara akan melakukan tindakan militer. Hal itu dikatakannya tanpa menyebutkan lebih lanjut apa yang dimaksudkan. "Siapa pun yang memprovokasi kami akan menghadapi hukuman tiada ampun dan tak terbayangkan," kata pernyataan itu.
    
Pernyataan itu menambahkan: "suatu tindakan permusuhan sekecil apa pun terhadap republik kami, termasuk menghentikan dan memeriksa dengan damai kapal-kapal kami ... akan menghadapi dengan segera respons serangan militer yang kuat.
    
"Imperialis AS dan kelompok pengkhianat Lee Myung-bak telah membawa semenanjung Korea ke situasi perang negara," ujar pihak Korut.
    
Hubungan kedua Korea itu telah membeku sejak Presiden Lee mengambil alih pemerintahan di Seoul pada Februari 2008, dan mengambil garis keras dengan Korea Utara.
    
Pernyataan itu juga mengatakan bahwa militer mempunyai kekuatan militer yang kuat, yang bisa menghantam tempat penting AS. AS sendiri telah menempatkan 28.500 tentaranya di Korea Selatan.
    
Kementerian pertahanan Korea Selatan menanggapi tenang pernyataan itu dan mengatakan, pihaknya tidak akan mengirimkan kekuatan ke wilayah tersebut. "Pihak militer tetap memelihara postur pertahanan sekuat seperti biasanya," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan.
    
"Militer melakukan pemantauan ketat situasi sambil melakukan persiapan," katanya.
    
Cheong Seong-Chang, pemikir dari Institut Sejong, mengatakan, pernyataan itu akan meningkatkan ketegangan antar-Korea di masa yang akan datang, dan suatu bentrokan angkatan laut besar kemungkinan terjadi di lepas pantai barat.
    
Salah satu dari kapal perang Korea Utara diduga melanggar perbatasan laut, dan Korea Utara akan melakukan penembakan rudal jangka pendeknya. Demikian dikatakannya.
    
Meski demikian, kedua Korea akan saling menahan diri karena mereka tak ingin terjadi konflik militer skala penuh. Demikian diungkapkan Cheong.
    
Cha Du-Hyeon dari Lembaga Analisa Pertahanan Korea juga mengatakan, Korea Utara mungkin saja melakukan aksi provokatif angkatan laut untuk menimbulkan pertempuran. "Namun, memang tidak akan terjadi pertempuran besar antara Korea Utara dan Korea Selatan, meski Korea Utara sudah menggembar-gemborkan hal itu," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com