Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iptek Nuklir Korut Vs Nuklir Batan

Kompas.com - 27/05/2009, 05:19 WIB

Oleh NINOK LEKSONO

KOMPAS.com - Dunia mungkin tidak akan pernah mencapai keadaan nirsenjata nuklir. Tetapi (apa yang dikemukakan Presiden Obama tentang dunia yang bebas nuklir) akan membantu membuat banyak hal jauh lebih aman bila yang lain juga mau berbuat serupa. (”The Economist”, 11-17 April 2009)

Korea Utara memang negara misterius, tetapi suka menghadirkan kejutan. Setelah tak puas dengan perundingan Enam Pihak yang melibatkan Amerika Serikat, Rusia, China, Jepang, dan Korea Selatan, tanpa didahului peringatan, Senin (25/5), negara yang masih menganut sistem Komunis Stalinis ini mengumumkan telah sukses melakukan uji nuklir kedua.

Terlepas dari reaksi dan kecaman internasional, rezim di Pyongyang ini ingin meyakinkan kepada dunia, juga kepada rakyat Korut sendiri, bahwa status kekuatan nuklir Korut tak bisa diragukan lagi. (Secara politik, langkah uji nuklir juga dilakukan di tengah upaya Sang Pemimpin Kim Jong Il mencari dukungan militer untuk rencananya mengalihkan kekuasaan kepada salah satu dari tiga anak laki-lakinya.)

Selain menyatakan bahwa uji dilakukan sebagai upaya meningkatkan deteren nuklir untuk pertahanan diri, uji yang dilakukan di bawah tanah ini juga dilaporkan dilakukan dengan aman. Seperti dilaporkan oleh kantor berita resmi Korut, KCNA (yang dikutip IHT, 26/5), hasil pengujian telah membantu dengan memuaskan penyelesaian masalah ilmiah dan teknologis yang muncul dalam usaha memperbesar kekuatan senjata nuklir, dan seiring dengan itu juga dalam upaya pengembangan teknologi nuklir.

Melengkapi keterkejutan dunia, sesaat setelah pengumuman uji peledakan nuklir, Korut juga meluncurkan rudal ke lepas pantai timur. Rudal ini memang berjelajah pendek, tetapi hal itu juga perlu dicatat karena merupakan bagian dari upaya Korut untuk menyempurnakan kemampuan wahana peluncur hulu ledak nuklir.

Sudah menjadi pakem bahwa kemampuan membuat bom nuklir barulah komplet bila disertai dengan kemampuan membuat rudal peluncurnya. Ini karena rudal merupakan satu pelontar bom yang praktis-ekonomis dibandingkan dengan pengebom yang rawan ditembak dan disergap, atau kapal selam balistik yang mahal dan jauh lebih menuntut berbagai kemampuan.

Kini, meski dikecam dunia, Korut berhasil membuktikan tidak saja tekad, tetapi juga kemampuan teknologi nuklirnya. Sekadar catatan, uji nuklir pertama Korut dilakukan pada 9 Oktober 2006, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Kini, uji yang kedua menghasilkan gempa berkekuatan lebih besar, dalam magnitudo 4,5-5,3, dibandingkan uji pertama yang hanya menghasilkan gempa berkekuatan 3,6.

Daya ledak nuklir Korut yang diuji pada 25 Mei oleh Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Alexander Drobyshevsky kepada kantor berita RIA-Novosti diperkirakan 10 hingga 20 kiloton, sementara daya yang pertama hanya 0,8 kiloton. Daya ledak nuklir sebesar 1 kiloton setara dengan 1.000 ton trinitrotoluena (TNT) atau dinamit. Sementara itu, ahli keamanan dari Universitas Korea di Seoul menyebutkan, daya ledak nuklir Korut, Senin lalu, hanya 1 kiloton.

Berapa pun dayanya, uji kedua yang juga dilakukan di timur laut kota Kilju ini dipandang lebih sukses dibandingkan dengan uji peledakan pertama. Pada uji 2006, Korut dinilai terlalu ambisius dalam desain bomnya, lalu mereka juga menggunakan plutonium yang tidak pas, atau tidak menguasai kerumitan alat pemicu (ledakan) (Wall Street Journal , 26/5).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com