Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Japemethe, Kumpulan Orang "Aneh" dari Yogya di Facebook

Kompas.com - 22/05/2009, 07:49 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah perkumpulan "aneh" terbentuk di dunia maya, facebook. Mereka adalah sekelompok orang yang gemar saling ledek, saling ejek, bercanda, dan tertawa terpingkal-pingkal. Mereka tidak membedakan strata, status sosial, usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Dan, mereka bukanlah para pelawak.

Itulah perkumpulan Japemethe. Komunitas penggemar bahasa Jawa walikan (prokem) gaya Yogyakarta. Meskipun yang mereka bawakan adalah tatacara gaul khas Yogyakarta, tetapi keanggotaan yang sampai detik ini sudah mencapai lebih dari 3.000 orang, bisa menerima siapa saja yang pernah tinggal, atau bahkan sekadar mampir di Yogyakarta.

Istilah Japemethe berasal dari bahasa prokem Yogyakarta yang artinya teman sendiri. Istilah Japemethe yang mencerminkan keakraban, sudah belasan tahun lalu populer di Yogyakarta dan sekitarnya.

"Komunitas ini semula adalah ide Tarsisius Wintoro (Patih/wakil ketua), yang tinggal di Semarang. Dia memang gemar membuat milis komunitas di internet. Adanya facebook membuat hobi ini semakin mendapat kemudahan karena fasilitas facebook mempermudah anggota untuk saling berkomunikasi," kata Iwan Soetrisno, yang dinobatkan sebagai Adipati Japemethe (ketua).

Gagasan ini diutarakan kepada Iwan Soetrisno (tinggal di Jakarta) untuk membuat komunitas yang berbasis bahasa Jawa walikan yang populer di Kota Yogyakarta sampai sekarang. "Pemakaian bahasa Jawa walikan sebagai daya tarik karena saat ini sudah banyak komunitas Jawa, tapi terlalu serius untuk generasi muda. Karena memang tujuan utama komunitas ini adalah nostalgia bagi yang pernah tinggal di Jogja, guyon dan seolah menghadirkan suasana mudik atau pulang kampung di depan monitor. Walaupun anggotanya tinggal jauh dari Kota Jogja," kata Iwan.

Nama-nama pengurus pun tampak sekali kalau tujuan grup ini hanya sekadar untuk kelompok para pencanda. Istilah "Ketua" disebut sebagai "Adipati" ini sebuah jabatan setingkat bupati. Kata "Adipati" sangat populer dalam lakon-lakon wayang atau ketoprak. Kemudian ada "Patih" setingkat perdana menteri, atau wakil dari adipati dalam urusan pemerintahan.

Di bawah patih juga ada beberapa nama jabatan yang sebenarnya tidak lazim. Namun, karena tujuannya hanya sekadar berkelakar, sejauh ini pun tidak ada yang protes. Secara hierarki, jabatan "organisasi" Japemethe ini tidak dicomot secara awur-awuran, masih tetap disesuaikan dalam pemerintahan Jawa, nama jabatan pun tetap sesuai urutan. Di bawah Patih ada Demang, di bawah Demang ada Bekel. Sedangkan di bawah Bekel ada namanya Abdi Dalem Oceh-ocehan (dimaksudkan sebagai humas alias tukang ngoceh).

"Namun karena berbagai hal, terutama kontinuitas masing-masing dalam membuka facebook, jabatan-jabatan itu menjadi tidak penting. Yang terpenting adalah berkomunikasi dalam suasana humor," katanya.

Untuk memperkuat komunitas ini, diajaklah beberapa teman yang memang gemar menulis dan guyon, mereka adalah Ignatius Sawabi, Kuss Indarto, Hendra Plered, Lurah Blero atau lebih dikenal dengan Lurah Kyut Purnomo serta Indra Wahyudi.

Komunitas Japemethe dalam berkomunikasi, tidak hanya mempergunakan kalimat-kalimat lucu. Jika kalimat-kalimat lucu—yang lebih sering tidak nyambung tetapi bisa membuat terpingkal-pingkal—terasa kering, maka kemudian di-posting-kan gambar-gambar lucu.

"Lewat gambar-gambar itulah kami berkomunikasi, berkelakar, bercanda, karena begitu gambar di-posting teman-teman langsung saling melemparkan komentar yang lucu-lucu. Meskipun secara fisik kami banyak yang belum saling bertemu, namun kami bisa bercanda secara bebas dan beretika," lanjutnya.

Topik-topik yang dijadikan bahan diskusi adalah topik ringan, kehidupan sehari-hari masyarakat Yogyakarta, informasi tempat makan, tempat pacaran, dunia mistik, dan lain-lain. Semakin hari topik semakin berkembang karena anggota komunitas ini ternyata sangat aktif, baik mengisi topik maupun membuat topik baru. "Topik selalu diisi dengan tanggapan-tanggapan lucu yang membuat pembaca terpingkal-pingkal dan kangen untuk selalu membuka topik-topik baru maupun lama," katanya menjelaskan.

Perkembangan selanjutnya tidak berhenti sampai pada topik-topik tertulis, tetapi berkembang menjadi "perang gambar" yaitu ledek-ledekan sesama anggota melalui foto-foto mereka yang dibuat lucu, dijadikan sosok lain. Dan uniknya mereka belum saling mengenal dan tidak marah karena komunitas ini punya motto "Nesu Mulih" atau "kalau marah pulang saja."

Pada waktu diluncurkannya komunitas ini di facebook, menurut Iwan Soetrisno, ternyata sambutannya luar biasa. "Dalam waktu satu malam anggota yang bergabung mencapai 150 orang dan berkembang terus hingga mendekati angka 3.000 dalam waktu singkat," katanya.

Para anggota itu bisa datang dari mana saja. Hampir di seluruh pulau besar di Indonesia, ada anggota Japemethe. "Bahkan beberapa anggota kami juga datang dari kota-kota besar di dunia, seperti London, Moskow, Los Angeles, Las Vegas, Kuala Lumpur, Den Haag, Amsterdam sampai di Suriname, dan tentunya mereka orang Jawa atau Indonesia. "Kami hanya kenal di dunia maya, tetapi kami akrab dengan mereka, seperti layaknya teman lama," katanya.

Begitu akrabnya saling meledek melalui topik-topik dan komentar pada gambar-gambar yang ditayangkan membuat para anggota tidak sabar untuk saling bertemu muka, ingin segera mengenal dari dekat seperti apa wajah asli sesama anggota.

Patih Japemethe, Tarsisius Wintoro, memberi istilah tatap muka dengan kopi darat. "Meskipun minumannya teh, tapi istilahnya kopi darat. Ya enggak tahu, muncul begitu saja," katanya.

Pada 23 Mei 2009 besok, mereka akan menggelar pertemuan pertama Komunitas Japemethe, yang akan diselenggarakan di Dalem Djowitan, Jl Patangpuluhan No 20 Yogyakarta. "Telah disiapkan acara yang akan diisi oleh anggota Japemethe sendiri, ada game, musik dari dangdut sampai musik jalanan. Suguhannya? Wah ini kan di Yogya, yang demikian akrab dengan istilah warung angkringan, suguhannya ya nasi kucing yang sebungkus 1.000-an itu," kata Wintoro terkekeh.

Lebih lanjut, Wintoro masih mengungkapkan keheranan yang diberinya istilah "ajaib". "Ya memang ajaib, kami belum pernah bertemu, tapi kami sangat saling percaya. Acara besok Sabtu ini, juga dengan dana 'bantingan'. Member dari luar Yogya langsung mentransfer sumbangannya melalui rekening salah satu anggota. Saya sendiri juga heran. Mungkin karena kami memiliki kesenangan yang sama, seolah di Japemethe ini kami menemukan dunia baru," katanya penuh keheranan.

Bahkan Iwan Soetrisno selaku Adipati Japemethe berangan-angan, pada saatnya nanti komunitas ini bukan hanya untuk kesenangan diri sendiri. "Saya berangan-angan, suatu saat kami bisa berguna bagi Provinsi Yogyakarta," katanya.f

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com