Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (205): Pasar Senjata

Kompas.com - 19/05/2009, 19:35 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Hembusan ganas Afghanistan sudah terendus di Peshawar. Tak lebih dari 40 kilometer sebelah selatan Peshawar, di tengah jalan utama menuju Kohat, terletak desa Darra Adam Khel. Dari luar memang nampak seperti desa Pakistan biasa. Kumuh, semrawut, dan berdebu. Yang tak biasa adalah, desingan tembakan yang tiada henti.

Ini adalah tempat di mana segala macam senjata dan bedil dibuat di balik tembok rumah-rumah, dan anak-anak bermain butir-butir peluru menggantikan kelereng. Tak banyak tempat yang benar-benar wild west seperti Darra Adam Khel. Orang-orang bebas membeli dan mencoba segala macam senapan di sini. Mulai dari Kalashnikov, M-16, hingga bolpoint dan tongkat yang bisa menembak. Kakek tua bersurban dan berjenggot putih, keluar dari sebuah toko dengan senyum. Kemudian dia menembakkan M-16 nya ke udara. Tiga tembakan. Nampaknya dia cukup puas dengan bedil barunya.

Langit Darra dipenuhi suara-suara tembakan yang menyalak-nyalak tanpa henti. Saya dikejutkan lebih dari sepuluh kali ketika menyeruput segelas teh panas di kedai. Hati saya penuh tanda tanya, ke mana jatuhnya peluru yang ditembakkan tegak lurus ke atas? Sesuai prinsip gravitasi, peluru itu pasti akan jatuh lagi ke bumi. Adakah dia jatuh kembali kepada si penembaknya? Atau nyasar menembus atap kedai teh ini, menimpa kepala saya tanpa sengaja?

Di balik gubuk-gubuk ini, besi-besi berdentangan, cetakan-cetakan bedil bergantungan, dan orang-orang Pashtun berjenggot lebat sibuk mengasah buah karya mereka. Saat ini ada sekitar tiga ribu unit produksi rumah tangga penghasil bedil, dengan memperkerjakan sekitar 20 ribu ahli senjata. Hampir segala jenis senjata api ada modelnya di sini.

Tak ada barang yang Anda cari? Cukup bawa contohnya, para ahli senjata di desa ini butuh tak lebih dari sepuluh hari untuk membuat tiruannya yang sama persis. Begitu cetakan barang baru ini berhasil dibuat, produksi berikutnya cuma butuh waktu dua sampai tiga hari. Memang jangan terlalu diharap untuk kualitas dan keawetannya. Senjata-senjata made in Darra dijual bebas, murah, dan you get what you pay.

Lebih dari seratus tahun lalu, suku-suku Pashtun dari klan Afridi yang mendiami Darra, sudah mempelajari teknik pembuatan bedil. Seiring dengan perang melawan Rusia di Afghanistan, perdagangan senjata di Darra semakin marak, memberi rejeki besar bagi para pembuat bedil ini. Kalashnikov diproduksi besar-besaran. Semua orang bebas membeli. Afghanistan dan Pakistan kebanjiran senjata ilegal.

Bukan hanya bedil, hashish (ganja) dan opium ikut datang melintas dari perbatasan Afghanistan. Gunung-gunung gundul yang memisahkan kedua sisi Durrand Line termasuk perbatasan paling bocor di seluruh dunia. Orang-orang bebas saja melintas ke sana sini tanpa prosedur imigrasi apa pun. Darra boleh berbangga sekaligus menjadi pusat perdagangan senjata ilegal, penyelundupan obat terlarang, dan segala macam kegiatan mata-mata.

Apakah Pakistan menutup mata terhadap home industry dan perdagangan ganja turun-temurun di Darra? Darra adalah daerah istimewa di Pakistan. Termasuk wilayah Pakistan tetapi sudah tak terjangkau hukum Pakistan. Daerah ini diciptakan Inggris lebih dari seratus tahun lalu, ketika perbatasan Afghanistan ditetapkan, Durrand Line memecah tanah Pashtunistan. Sebagian masuk wilayah Afghanistan, sebagian sisanya masuk wilayah British India yang sekarang jadi Pakistan.

Sesuai perjanjian, suku-suku Pashtun yang mendiami daerah sekitar perbatasan, masih diizinkan untuk memelihara tradisi mereka, mempunyai pemerintahan sendiri, hukum sendiri yang didasarkan hukum adat. Daerah ini kemudian disebut tribal area, yang terdiri dari beberapa agency. Ketika Pakistan berdiri tahun 1947, status tribal area masih dilanjutkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com