Pernyataan Jenderal Anupong Paochinda itu merupakan yang pertama yang mengonfirmasikan bahwa peluru-peluru M-16 telah dikeluarkan bagi sebuah divisi militer khusus Thailand, setelah berhari-hari tuduhan semacam itu beredar di media.
Anupong tidak mengatakan militer ada di belakang serangan kepada Sondhi Limthongkul, pemimpin kelompok ”Kaus Kuning” anti-Thaksin, yang menduduki kantor-kantor pemerintah selama berbulan-bulan dan menduduki bandara Bangkok tahun lalu dalam upaya menggulingkan pemerintah yang dipimpin sekutu-sekutu Thaksin.
”Menurut penyidikan, tiga dari selongsong itu adalah selongsong peluru M-16 yang dibagikan oleh Daerah Militer Pertama kepada Infanteri Kesembilan,” kata Anupong seraya menambahkan bahwa peluru-peluru itu biasanya digunakan untuk latihan. ”Masih diselidiki, bagaimana bisa peluru-peluru itu keluar” dari penggunaan di luar pelatihan militer.
Infanteri Kesembilan mempunyai banyak unit dan masih diselidiki dari unit yang mana peluru-peluru itu berasal, katanya.
Sondhi disergap dalam perjalanan ke tempat kerjanya oleh orang-orang bersenjata dalam sebuah truk bak terbuka yang menembakkan senapan-senapan serang. Kaca depan mobilnya penuh dengan lubang peluru dan jendela belakangnya hancur. Polisi menemukan 84 selongsong peluru dan sebuah granat M-79 yang tidak meledak di tempat serangan, yang terjadi setelah sepekan demonstrasi jalanan oleh kelompok pesaing yang mendukung Thaksin.
Sondhi, jutawan media yang merupakan pendiri gerakan Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD), masih dirawat di rumah sakit dan tengah pulih dari sebuah luka kepala setelah operasi di sebuah RS di Bangkok untuk mengambil pecahan peluru dari tengkoraknya.
Sebagian anggota PAD yakin unsur-unsur militer mungkin terlibat dalam serangan yang juga mencederai parah pengemudi Sondhi itu.