Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suciwati Akan Terus Berjuang

Kompas.com - 21/04/2009, 13:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Istri mana yang tidak hancur hatinya saat mendapat kabar suami tercinta meninggal dunia, terlebih jika penyebab kematiannya bukan hal yang wajar. Hal itulah yang dirasakan Suciwati, istri aktivis Kontras, almarhum Munir.

Seakan tersambar petir di siang bolong, separuh jiwa Suci seakan iku terenggut saat itu. "Sebagai manusia biasa saya tentu merasa sangat sedih, apalagi meninggalnya dengan cara yang bisa dibilang tidak wajar," kata Suci dalam testimoninya di Komnas Perempuan saat acara peringatan Hari Kartini.

Dalam acara itu sejumlah aktivis perempuan untuk HAM dari Aceh, Papua, Palu, dan seorang ibu dari korban penculikan 1998 ikut berbicara.

Pada tahun 2004, aktivis Komnas HAM Munir tewas dalam perjalanan dari Jakarta menuju Belanda. Di dalam darah Munir ditemukan kadar arsenik yang melampaui batas normal yang dapat diterima tubuh manusia. Namun, seakan tidak ingin larut dalam kesedihannya, beberapa saat setelah kematian sang suami, Suci kembali beraktifitas seperti sediakala. 

"Kalau saya hanya diam di rumah dan tidak melakukan apa-apa, rasa frustrasi saya akan bertambah. Makanya saya 'membunuh' kesedihan saya dengan bekerja," terangnya. Tak hanya bekerja, Suci juga aktif melakukan proses advokasi menuntut kejalasan kasus suaminya.

Selain itu, Suci pun terus memberikan pengertian kepada kedua anaknya, Alif Allindi (10) dan Difa Suki (6), bahwa apa yang dilakukan ayah mereka adalah membantu orang lain. "Saya menekankan kepada anak-anak apa yang diperbuat abahnya adalah untuk kebaikan orang lain," ujar dia.

Selama empat tahun lebih Suci tanpa lelah memperjuangkan kematian suaminya, berbagai instansi telah ia datangi. Suci dengan setia selalu hadir pada setiap sidang kasus Munir, tapi sayang keadilan belum berpihak pada Suci.

Namun Suci tidak pernah patah arang, ia menyadari suatu saat kebenaran akan terungkap. Ia mencontohkan perjuangan perempuan-perempuan di Plaza de Mayo Argentina, telah memperjuangkan kasus pelanggaran HAM selama 32 tahun.

"Semuanya butuh proses dan waktu, yang saat ini saya lakukan adalah memperkuat jaringan yang ada," katanya. (RDI) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com