JAKARTA, KOMPAS.com — Istri mana yang tidak hancur hatinya saat mendapat kabar suami tercinta meninggal dunia, terlebih jika penyebab kematiannya bukan hal yang wajar. Hal itulah yang dirasakan Suciwati, istri aktivis Kontras, almarhum Munir.
Seakan tersambar petir di siang bolong, separuh jiwa Suci seakan iku terenggut saat itu. "Sebagai manusia biasa saya tentu merasa sangat sedih, apalagi meninggalnya dengan cara yang bisa dibilang tidak wajar," kata Suci dalam testimoninya di Komnas Perempuan saat acara peringatan Hari Kartini.
Dalam acara itu sejumlah aktivis perempuan untuk HAM dari Aceh, Papua, Palu, dan seorang ibu dari korban penculikan 1998 ikut berbicara.
Pada tahun 2004, aktivis Komnas HAM Munir tewas dalam perjalanan dari Jakarta menuju Belanda. Di dalam darah Munir ditemukan kadar arsenik yang melampaui batas normal yang dapat diterima tubuh manusia. Namun, seakan tidak ingin larut dalam kesedihannya, beberapa saat setelah kematian sang suami, Suci kembali beraktifitas seperti sediakala.
"Kalau saya hanya diam di rumah dan tidak melakukan apa-apa, rasa frustrasi saya akan bertambah. Makanya saya 'membunuh' kesedihan saya dengan bekerja," terangnya. Tak hanya bekerja, Suci juga aktif melakukan proses advokasi menuntut kejalasan kasus suaminya.
Selain itu, Suci pun terus memberikan pengertian kepada kedua anaknya, Alif Allindi (10) dan Difa Suki (6), bahwa apa yang dilakukan ayah mereka adalah membantu orang lain. "Saya menekankan kepada anak-anak apa yang diperbuat abahnya adalah untuk kebaikan orang lain," ujar dia.
Selama empat tahun lebih Suci tanpa lelah memperjuangkan kematian suaminya, berbagai instansi telah ia datangi. Suci dengan setia selalu hadir pada setiap sidang kasus Munir, tapi sayang keadilan belum berpihak pada Suci.
Namun Suci tidak pernah patah arang, ia menyadari suatu saat kebenaran akan terungkap. Ia mencontohkan perjuangan perempuan-perempuan di Plaza de Mayo Argentina, telah memperjuangkan kasus pelanggaran HAM selama 32 tahun.
"Semuanya butuh proses dan waktu, yang saat ini saya lakukan adalah memperkuat jaringan yang ada," katanya. (RDI)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.