Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin "Kaus Kuning" Diserang

Kompas.com - 18/04/2009, 06:31 WIB
 
 

BANGKOK, KOMPAS.com - Sondhi Limthongkul, salah satu pemimpin kelompok Kaus Kuning yang antimantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, ditembak dalam sebuah percobaan pembunuhan, Jumat (17/4). Sondhi lolos dari upaya pembunuhan itu, tetapi mengalami luka di kepala.

Mobil yang membawa Sondhi diserang saat menuju ke tempat kerjanya, Jumat pagi. Polisi mengatakan, setidaknya dua orang bersenjata mengikuti mobil Sondhi, menembak ban mobil, lalu memberondong mobil dengan tembakan dari senjata otomatis AK-47 dan M-16.

Sondhi, yang memimpin kelompok Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD), terluka parah di kepala karena terkena pecahan peluru. Sopir Sondhi mengalami luka parah di kepala, dada, dan lengan, sedangkan pembantunya menderita luka ringan.

Polisi menemukan 84 selongsong peluru di tempat kejadian. Polisi juga menemukan sebuah granat M-79 yang dilemparkan ke arah mobil Sondhi, tetapi meleset dan mengenai sebuah bus kosong yang diparkir dekat mobil Sondhi. Granat itu tidak meledak. ”Motif penyerangan masih diselidiki,” kata Kolonel King Kwaengwisatchaicharn dari kepolisian.

Pihak rumah sakit mengatakan, Sondhi berhasil diselamatkan setelah operasi selama dua jam untuk mengambil pecahan peluru yang bersarang di kepala dan membran otaknya. ”Sondhi sekarang selamat, dalam kondisi baik, dan bisa bercakap-cakap,” kata dokter Chaiwan Charoenchoketavee, Direktur Pusat Kesehatan Vajira.

Juru bicara Pemerintah Thailand, Panitan Wattayanagorn, mengatakan, serangan terhadap Sondhi merupakan upaya untuk menciptakan lebih banyak kekacauan di Thailand. ”Serangan terjadi ketika status keadaan darurat masih diberlakukan. Ini adalah upaya untuk menciptakan kekacauan,” katanya.

Otoritas Thailand memberlakukan status keadaan darurat di Bangkok, Minggu, menyusul protes oleh kelompok pro-Thaksin atau kelompok Kaus Merah yang mengepung kompleks Kantor PM selama tiga pekan. Protes berakhir dengan bentrokan antara pemrotes dan aparat keamanan yang menyebabkan dua orang tewas dan 123 orang luka-luka.

Motif politis

Juru bicara PAD, Parnthep Pourpongpan, mengatakan, PAD tidak tahu siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu. Namun, dia yakin serangan itu bermotif politis.

Pemimpin PAD lainnya, Phibhop Dongchai, langsung menuding orang dekat Thaksin yang tidak bisa menerima ”kekalahan” saat kelompok pro-Thaksin harus keluar dari kompleks Kantor PM dan mengakhiri protes.

Sondhi mendirikan PAD tahun 2005 untuk menentang pemerintahan Thaksin. Taipan media itu semula teman dekat Thaksin dan pernah menyebut Thaksin ”perdana menteri terbaik yang pernah ada”.

PAD menggelar protes selama berbulan-bulan dan menduduki kompleks Kantor PM untuk menggulingkan dua pemerintahan sekutu Thaksin. Puncaknya, mereka menutup Bandar Udara Internasional Suvarnabhumi.

Aksi mereka membawa Abhisit Vejjajiva dari Partai Demokrat menjadi PM Thailand, Desember 2008. Kelompok Kaus Merah menggelar protes untuk menuntut mundurnya Abhisit karena dia dinilai memerintah secara tidak sah.

Serangan terhadap Sondhi memperuncing perseteruan antara kelompok Kaus Kuning yang didukung kalangan kelas menengah ke atas dan kelompok Kaus Merah yang didukung kaum miskin di pedesaan.

 

Rungrawee Chalermsripinyorat, analis politik dari International Crisis Group, mengatakan, upaya pembunuhan terhadap Sondhi menegaskan perpecahan politik Thailand yang dalam yang memotong garis geografis dan kelas.

”Ada peluang kita melihat lebih banyak aktivitas kekerasan. Saat terjadi pertarungan antara dua kelompok masyarakat, kita menjadi semakin dekat dengan keadaan perang sipil,” kata Rungrawee.

PM Abhisit hari Jumat mengumumkan perpanjangan status keadaan darurat di Bangkok.(ap/afp/reuters/fro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com