Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Umat Hindu di Ambon Lakukan Melasti

Kompas.com - 26/03/2009, 01:34 WIB

AMBON, KOMPAS.COM--Sekitar 70-an umat Hindu di Kota Ambon, Maluku hari ini melakukan prosesi "Melasti" menyongsong perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1931 atau 26 Maret 2009.

Ritual tersebut dimulai di Puri Ciwa Stana Giri di kawasan Taman Makmur, Kecamatan Nusaniwe, kemudian umat berbondong-bondong berjalan kaki menuju lokasi wisata pantai Batu Capeo yang berjarak sekitar 200 meter.

Puluhan warga yang mengikuti rangkaian upacara keagamaan itu membawa sesaji dan peralatan suci dengan diiringi alunan musik tradisional Bali (gamelan) yang ditabuh bertalu-talu.

Wakil Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Maluku, Gusti Made Sumardikha mengatakan, melasti bermakna membersihkan "pratime" atau benda yang disakralkan disamping pembersihan dan penyucian jiwa serta pikiran umat Hindu menghadapi hari suci Nyepi.

Menurut Sumardhika, ritual Melasti di Maluku dilakukan sehari menjelang perayaan Nyepi sesuai kondisi daerah.

"Khusus di Maluku, umat Hindu terbanyak berprofesi sebagai anggota Polri dan TNI, sehingga saat ini sedang melaksanakan tugas negara mengamankan proses Pemilu 9 April mendatang," ujarnya.

Selesai melakukan Melasti di Pantai Batu Capeo, rombongan umat Hindu kembali ke Puri Ciwa Stana Giri untuk beristirahat sebentar dan makan siang bersama dilanjutkan dengan upacara "Tawur Kesanga" secara bersama hingga menjelang perayaan Nyepi.

Kegiatan "Tawur Kesanga" bermakna meningkatkan hubungan yang serasi dan harmonis antarsesama umat manusia, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.

Tawur Kesanga yang berakhir pada petang hari dilanjutkan dengan ritual "Ngerupuk" (mengusir roh jahat serta menetralkan semua kekuatan dan pengaruh negatif "bhutakala", roh atau makluk yang tidak kelihatan secara kasat mata).

Pada Kamis (26/3), umat Hindu akan merayakan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1932 dengan melaksanakan Tapa Berata penyepian.

Selama Nyepi berlaku empat pantangan (larangan) yang wajib dipatuhi yakni tidak menyalakan lampu (Amati Geni), tidak melakukan kegiatan (Amati Karya), tidak bepergian (Amati Lelungan) serta tidak mengadakan rekreasi atau bersenang-senang (Amati Lelanguan).

"Khusus untuk wanita yang baru melahirkan dan sedang menyusui diberikan dispensasi untuk tidak melaksanakan empat berata penyucian ini," ujar Made Sumardikha.

Sehubungan dengan Pemilu legislatif yang semakin dekat, ia berharap pelaksanaan berbagai ritual itu akan berdampak terhadap kesiapan umat Hindu mengikuti pesta demokrasi dengan memilih caleg-caleg berkualitas secara bertanggung jawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com