Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zardari Berada di Luar Jalur

Kompas.com - 16/03/2009, 06:28 WIB
 
 

KOMPAS.com - Saat Asif Ali Zardari dilantik sebagai Presiden Pakistan enam bulan lalu, banyak harapan diletakkan di pundak suami mendiang Benazir Bhutto ini. Zardari yang sipil dan juga pemerintahan sipil Pakistan yang berusia 13 bulan diharapkan bisa membawa nuansa demokrasi yang lebih kental.

Pakistan yang punya senjata nuklir selama ini terus dibayangi kekuasaan dan pengaruh militer. Karena punya senjata nuklir, kehadiran Zardari dan pemerintahan sipil diharapkan bisa meredam berbagai kelompok militan. Itu harapan dunia internasional yang khawatir senjata pemusnah massal jatuh ke tangan kelompok-kelompok militan. Pembunuhan Benazir Bhutto kian memperkuat kekhawatiran tersebut.

Kenyataannya, Zardari malah membuat Pakistan terjerembap dalam krisis. Bahkan, kini pertikaian antar-aliran politik bisa membuat situasi Pakistan semakin karut-marut, setelah Zardari menempatkan Nawaz Sharif, pemimpin oposisi utama dan juga mitra berkoalisi ke dalam tahanan rumah. Sharif menolak dan bakal mengerahkan massa pendukungnya. Padahal, Sharif semula hanya ingin Zardari memulihkan kembali para hakim yang dipecat mantan pemimpin militer, Pervez Musharraf.

Sejak Zardari berkuasa, kondisi Pakistan secara umum tidak bertambah baik. Analis, seperti dikutip AFP, menyebutkan, terjadi lebih dari 70 aksi bom dengan ratusan orang tewas. Dana Moneter Internasional (IMF) harus menyediakan dana talangan bagi ekonomi Pakistan.

Terhadap kelompok keras seperti Taliban dan Al Qaeda, Zardari juga tidak melakukan tindakan apa pun termasuk berunding. Zardari lebih mengutamakan kepentingannya dibandingkan dengan kepentingan nasional. Pemerintahan persatuan nasional tercabik. Zardari sudah di luar jalur. (AFP/ppg)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com