KOMPAS.com - Saat Asif Ali Zardari dilantik sebagai Presiden Pakistan enam bulan lalu, banyak harapan diletakkan di pundak sua
Pakistan yang punya senjata nuklir selama ini terus dibayangi kekuasaan dan pengaruh militer. Karena punya senjata nuklir, kehadiran Zardari dan pemerintahan sipil diharapkan bisa meredam berbagai kelompok militan. Itu harapan dunia internasional yang khawatir senjata pemusnah massal jatuh ke tangan kelompok-kelompok militan. Pembunuhan Benazir Bhutto kian memperkuat kekhawatiran tersebut.
Kenyataannya, Zardari malah membuat Pakistan terjerembap dalam krisis. Bahkan, kini pertikaian antar-aliran politik
Sejak Zardari berkuasa, kondisi Pakistan secara umum tidak bertambah baik. Analis, seperti dikutip AFP, menyebutkan, terjadi lebih dari 70 aksi bom dengan ratusan orang tewas. Dana Moneter Internasional (IMF) harus menyediakan dana talangan bagi ekonomi Pakistan.
Terhadap kelompok keras seperti Taliban dan Al Qaeda, Zardari juga tidak melakukan tindakan apa pun termasuk berunding. Zardari lebih mengutamakan kepentingannya dibandingkan dengan kepentingan nasional. Pemerintahan persatuan nasional tercabik. Zardari sudah di luar jalur.