Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Terus Terimbas Krisis

Kompas.com - 21/02/2009, 02:19 WIB

JAKARTA, JUMAT - Indonesia, seperti berbagai negara, terus terimbas krisis global. Hal itu ditandai dengan melemahnya kurs rupiah menjadi Rp 12.100 per dollar AS dari Rp 11.850 pekan lalu. Indeks harga saham juga anjlok 3,1 persen menjadi 1.296,94 titik dalam sepekan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (20/2).

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat siang, mendadak memanggil Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono.

Tidak dijelaskan apa hasil pertemuan itu. Terkait rupiah, Boediono mengatakan, kurs dollar AS memang sedang menguat terhadap banyak mata uang dunia. ”Itu gelombang global. Kita akan waspada jangan sampai rupiah terlalu bergolak. Kita amankan dengan instrumen yang ada,” ujar Boediono.

Kepala Riset dari Recapital Securities Poltak Hotradero mengatakan, ”Bagus jika Bank Indonesia mengetahui dan mencegah fluktuasi rupiah yang tajam karena hal itu bisa membuat spekulan mendompleng pada gejolak yang membuat rupiah terpuruk. ”Jika ini terjadi, berapa pun cadangan devisa yang dikeluarkan, BI tidak akan mampu meredam spekulan,” katanya.

Bursa berjatuhan

Gejolak di pasar uang dan modal diperburuk lanjutan berita kebangkrutan perbankan global. Data-data ekonomi global juga tidak menunjukkan optimisme. Zona Eropa terus tenggelam dalam resesi. Sebuah survei menunjukkan aktivitas bisnis di 16 negara Eropa, pengguna mata uang tunggal euro, telah mencapai titik terrendah pada Februari dalam sembilan bulan terakhir.

Indeks harga harga-harga konsumen di Perancis mencapai titik terrendah sejak 1999. Melemahnya perekonomian global juga menghantam perusahaan tambang London, yang mendorong penurunan indeks saham di bursa London menjadi 3.938,77 titik, terrendah dalam tiga bulan terakhir. Produksi sektor otomotif komersial Inggris jatuh 59,9 persen dibandingkan Januari 2008. Di Swedia, Saab, anak perusahaan raksasa otomotif AS General Motors, meminta perlindungan karena bangkrut.

”Data-data ekonomi di Zona Eropa sangat mengkhawatirkan,” ujar ekonom Eropa pada IHS Global insight di London, Howard Archer.

Di China, sekitar 70 persen perusahaan multinasional membatalkan perekrutan pegawai. Indeks Nikkei, Tokyo, anjlok 1,87 persen menjadi 7.416,38 titik, terrendah sejak 27 Oktober 2008. Bursa juga jatuh 1,19 persen di New York dan terendah sejak 9 Oktober 2002, Kamis.

Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Jean-Claude Trichet mengatakan, kegiatan di pasar belum normal. Upaya ECB menyuntikkan dana ke pasar 600 miliar euro untuk mengatasi kekeringan likuiditas belum mampu memulihkan kepercayaan pasar, dan belum bisa memulihkan aktivitas perbankan.

Bagaimana solusinya? "Kita akan melewati tahap hingga pasar melakukan koreksinya sendiri," kata Peter Dixon, ekonom Commerzbank.

Hal ini menjadi topik dalam pertemuan menteri keuangan ASEAN di Bangkok, Jumat. Asia terpukul oleh penurunan ekspor dan pelarian modal yang diakibatkan oleh kekhawatiran kinerja ekonomi akan anjlok. Presiden Bank Pembangunan Asia, Haruhiko Kuroda, meminta Asia bekerja sama mengatasi kelangkaan devisa.

Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn di Paris mengatakan, akan ada negara yang minta tolong pada IMF karena pelarian modal. Solusi atas krisis global belum ada yang efektif, meski bermunculan paket stimulus ekonomi. Strauss-Kahn mengatakan, salah satu solusi adalah dengan memberantas negara-negara surga pajak dan surga bagi penipu seperti Al Capone. Negara-negara seperti itu telah mereguk keuntungan secara ilegal. Straus-Khan mengingatkan tahun 2009 tidak saja ditandai krisis, tetapi juga soal apakah negara-negara miskin akan bertahan. (AP/AFP/MON/JOE/DAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com