Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tzipi Livni Memilih Perdamaian

Kompas.com - 18/02/2009, 05:36 WIB

JERUSALEM,SELASA-Kandidat perdana menteri Israel dan Ketua Partai Kadima, Tzipi Livni, Senin (16/2), menyebutkan, Israel tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan perundingan perdamaian dengan Palestina yang didukung komunitas internasional.

”Kita harus melanjutkan rencana perdamaian yang muncul di pertemuan Annapolis,” kata Livni di depan para pemimpin komunitas Yahudi AS di Jerusalem.

Livni menambahkan, jika proses perundingan perdamaian itu tidak berlanjut, Israel tidak akan bisa meraih simpati dan dukungan internasional saat menghadapi persoalan Iran, Hizbollah di Lebanon, atau Hamas di Jalur Gaza. Di dalam perundingan langsung Israel dan Palestina di Annapolis, Maryland, AS, November 2007, berlangsung proses negosiasi yang terfokus pada isu status Jerusalem, garis perbatasan negara Palestina, dan nasib para pengungsi Palestina.

Namun, sampai saat ini proses perdamaian itu tidak juga memberikan hasil positif, apalagi saat ini, proses perdamaian terhenti seiring dengan proses pemilihan parlemen Israel. Pada pemilihan parlemen kali ini Livni (Menteri Luar Negeri Israel) berhadapan dengan mantan Perdana Menteri Israel sekaligus Ketua Partai Likud Benjamin Netanyahu.

”Mayoritas rakyat Israel tahu persis apabila tetap ingin menjadi negara Yahudi yang merdeka, satu-satunya solusi adalah dengan membagi wilayah yang ada. Kita tetap bisa berunding sambil melawan terorisme ,” kata Livni.

Usulan barter

Dengan kata lain, menurut Livni, Israel harus rela dan bersedia menyerahkan sebagian wilayahnya untuk ”ditukar” dengan perdamaian dengan Palestina. Inilah yang jelas membedakan Livni dengan Netanyahu. Di dalam proses perdamaian Annapolis, ada solusi dua negara yang berarti Palestina dan Israel masing-masing berdiri sebagai dua negara yang hidup berdampingan dengan damai.

Sebagian wilayah yang dimaksud Livni itu adalah Gaza, Jalur Gaza, dan Tepi Barat. Selama ini Livni menilai akan lebih baik jika Israel tidak memasukkan daerah yang masuk ke wilayah Palestina dalam lingkup kedaulatan Israel.

Livni mengulangi pendapat itu saat diwawancara stasiun televisi Channel 2. ”Pemerintahan saya pasti meraih kemajuan dalam proses perdamaian itu. Saya tidak setuju proses itu dihentikan. Saya sudah siap jika harus bergabung dengan oposisi,” ujarnya.

Partai tengah Kadima pimpinan Livni sebelumnya telah mengusulkan pembagian kekuasaan di antara Kadima dan Likud (sayap kanan) karena tak ada satu pun yang mendapat perolehan suara mayoritas dalam pemilihan parlemen, 10 Februari. Kadima meraih 28 kursi dan Likud 27 kursi. Meski Kadima unggul satu kursi, berbagai pihak yakin Netanyahu yang akan menjadi PM baru Israel.

Jika hal itu terjadi, sejak awal Kadima sudah menegaskan akan memilih masuk ke oposisi. Netanyahu telah menegaskan perundingan perdamaian Timur Tengah sebaiknya diutamakan pada masalah perbaikan kualitas hidup rakyat Palestina sebelum perundingan isu-isu penting yang lain dimulai. Saat menjadi PM Israel termuda pada tahun 1996, Netanyahu menghenti- kan proses perdamaian dan memulai perluasan permukiman Yahudi.

Netanyahu tidak bersedia menarik diri dari wilayah Palestina. Ia mengatakan tidak mau mengulangi kesalahan Israel yang menarik diri dari Jalur Gaza pada 2005 hingga membuka pintu pada Hamas. Netanyahu menegaskan, tak ingin menguasai Palestina. Meski demikian, Israel harus mempertahankan kendali perbatasan darat, air, dan udara. ”Rakyat Palestina harus bisa mengatur hidup mereka sendiri, tetapi jangan sampai mengancam Israel,” ujarnya.(AFP/AP/LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com