Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

First Mission...Asia!

Kompas.com - 16/02/2009, 07:38 WIB

WASHINGTON, MINGGU - Menlu AS Hillary Clinton berangkat ke Asia, Minggu (15/2), untuk misi pertamanya sebagai pemimpin diplomat AS setelah berjanji untuk memperkokoh hubungan AS dengan kawasan itu. Di antara prioritas utamanya adalah menemukan cara untuk memecahkan krisis ekonomi global dan perubahan iklim dan juga mencegah pengembangbiakan nuklir.

Pilihan lawatan Menlu baru itu ke Jepang, tempat ia direncanakan tiba Senin, dan juga ke Indonesia, Korea Selatan, dan China. Hal itu mencerminkan penyelidikannya akan strategi jangka panjang untuk menghadapi perubahan dinamis dalam kekuatan ekonomi, politik dan militer dunia itu, beberapa pengamat mengatakan. Pendahulunya biasanya melakukan perjalanan pertama ke Eropa atau Timur Tengah.
   
Dua hari sebelum keberangkatannya, Hillary mengatakan ia "siap untuk bekerja dengan para pemimpin di Asia guna memecahkan krisis ekonomi" dan "memperkuat kemitraan dan aliansi bersejarah kita".
   
Dalam pidato kebijakan luar negeri pertamanya di hadapan Masyarakat Asia yang bermarkas di New York, Hillary mengatakan ia juga "siap membantu mencegah pengembang-biakan senjata nuklir di Asia".

Korea Utara
 
Hillary mengatakan program nuklir Korea Utara tetap menjadi "tantangan paling akut bagi kestabilan di Asia timur-laut".
   
Pemerintah Presiden Barack Obama akan membangun hubungan kuat dengan pemerintah Koea Utara jika yang bersangkutan membatalkan program nuklirnya. Program tersebut dianggap menggegerkan dunia pada 2006 dengan percobaan senjata nuklirnya.
   
Hillary menambahkan, Washinton juga akan "membantu memenuhi kebutuhan energi dan ekonomi lain rakyat Korea Utara", yang menghadapi kelaparan dan kesulitan ekonomi.
   
Menurut satu perjanjian penting pada 2007 dengan AS, China, Korea Selatan, Jepang, dan Rusia, Korea Utara setuju untuk menghapuskan program nuklir sebagai pertukaran bagi bantuan energi.
   
Pembicaraan itu macet akhir tahun lalu, ketika Korea Utara menolak permintaan lima mitranya akan pemeriksaan dan tindakan lain untuk membuktikan penghapusan sejata itu.
   
Hillary juga mengatakan "Korea Utara berkewajiban untuk menghindari aksi provokatif dan retorika tidak bermanfaat terhadap Korea Selatan" setelah Korea Utara membatalkan perjanjian militer dengan Selatan dalam beberapa pekan terakhir.

Laporan dari Korea Selatan juga mengatakan Pyongyang sedang bersiap untuk meluncurkan rudal jarak-jauhnya.

Kunjungan Hillary itu tiba pada saat ketegangan lintas-perbatasan meningkat, dan kepala negara de facto Korea Utara, Minggu, mengancam akan melakukan "aksi menentukan" terhadap Korea Selatan jika negara itu terus menantang Pyongyang.

King Yong-Nam menuduh pemerintah konservatif Korea Selatan telah mendorong hubungan ke "tepi perang" dengan melanggar perjanjian pertemuan puncak yang dicapai antara Pyongyang dan Seoul pada 2000 dan 2007.

Sementara itu, Pemerintah Korea Selatan meminta para aktivis untuk menghentikan peluncuran puluhan ribu selebaran anti-Pyongyang di perbatasan yang direncanakan Senin (16/2) untuk menandai ulang tahun ke-67 pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il, dan memperingatkan bahwa kampanye itu dapat meningkatkan ketegangan sekarang tersebut. Kim diduga menderita stroke pertengahan Agustus tapi dikatakan telah sembuh.

Hillary melakukan perjalanan dengan Todd Stern, utusan khususnya untuk perubahan iklim, dan Christhoper Hill, perunding pemerintah Bush mengenai Korea Utara, yang sekarang menjadi calon penting duta besar untuk Irak.
   
Hillary tampaknya memilih Jepang untuk persinggahan pertamanya ke Asia untuk meredakan kemarahan di negara itu ketika ia menulis pada saat kampanye pemilihan pendahuluan presiden AS dulu bahwa hubungan AS-China akan menjadi hubungan paling penting, menurut Michael Green, penasihat Asia mantan presiden George W Bush.

Jepang mungkin akan menyampaikan keprihatinannya mengenai warga Jepang yang diculik Korea Utara saat perang dingin, setelah Tokyo mengeluhkan AS telah menggeser masalah itu dalam perundingan pelucutan senjata nuklirnya.

Bonnie Glaser, pakar China di Pusat untuk Studi Strategis dan Internasional, memperkirakan kunjungan Hillary ke Beijing untuk memecahkan masalah Korea Utara, krisis keuangan dan perubahan iklim, tapi akan menapak hati-hati dalam urusan HAM.

China mungkin akan mengulang bahwa negara itu ingin AS menghentikan penjualan senjata ke Taiwan, tapi mungkin akan menyetujui "keinginan untuk menghindarkan malu oleh Washington untuk memulai lagi" pertukaran militer yang ditangguhkan tahun lalu.

Di Indonesia, pemberhentian satu-satunya di Asia tenggara, kata Green, Hillary mungkin akan meletakkan kerangka dasar bagi "hubungan yang berubah, kemitraan strategis baru" dengan negara mayoritas Muslim terbesar di dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com