”Saya kira jelas para politisi di Indonesia bisa melakukan seperti yang dilakukan Barack Obama selama mereka bisa membuat terobosan dan menghilangkan hambatan bagi pemilih,” kata Joe Hansen, ahli strategi kampanye Obama, Selasa (10/2) di Jakarta.
Hansen berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dengan sejumlah partai politik dan berbagi pengalaman tentang bagaimana memenangkan Barack Obama dalam pemilu AS, 4 November 2008.
Secara sederhana, kata Hansen, Obama bisa memenangi pemilu presiden AS karena dia mampu memenuhi aspirasi rakyat AS, membawa AS ke arah yang baru, membuat rakyat AS merasa terlibat, dan membangun organisasi yang bisa menjadi wadah bagi semua orang.
Hansen menolak berkomentar mengenai apa yang sudah dilakukan partai politik di Indonesia untuk bisa meraih kemenangan. ”Yang pasti, politisi di mana pun harus bisa berkomunikasi secara efektif tentang posisinya terhadap isu-isu tertentu, menghilangkan hambatan yang dihadapi pemilih, terbuka dalam prosesnya, serta yang terpenting bisa memenuhi apa yang dijanjikannya,” ujarnya.
Wajah baru, seperti Obama di AS, tidak sepenuhnya diperlukan untuk menciptakan antusiasme pemilih. Yang penting, menurut Hansen, bagaimana politisi itu datang dengan ide baru dan bisa mengomunikasikannya kepada pemilih.
Hansen mengakui bahwa apa yang dilakukan oleh tim kampanye Obama tidak serta merta bisa diterapkan di Indonesia. Namun, setidaknya untuk menciptakan energi dan antusiasme pemilih seperti yang terjadi di AS, pendekatan itu bisa dilakukan di Indonesia.
Menurut dia, peran media dan teknologi tetap penting bagi partai politik dan politisi untuk berbicara secara langsung dengan pemilih tentang apa yang ingin mereka lakukan. Di AS, kata Hansen, politisi bisa berbicara apa pun tentang siapa pun dan itu dilindungi oleh konstitusi. Sementara di Indonesia barangkali praktiknya berbeda. (tra/fro)