Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama Serang Republik Berargumen Palsu dan Licik

Kompas.com - 06/02/2009, 11:01 WIB

WASHINGTON, JUMAT — Presiden Barack Obama melancarkan serangan tajam bergaya kampanye terhadap Partai Republik dan eks-pemerintahan George W Bush, Kamis (5/2) waktu AS.

Itu dalam upaya meloloskan paket stimulusnya yang bernilai 900 miliar dollar AS, melalui Kongres.

Di tengah debat yang terus memanas di Senat, Presiden menolak bantahan Republik yang mengatakan paket stimulus ekonominya itu terlalu besar dan mengandung disinsentif pajak yang tidak layak, dalam upaya mengubah kemenangan politiknya pada pemilu lalu menjadi sebuah dominasi politik.

Obama melakukan debut pertamanya sebagai Presiden AS yang mengeluarkan pernyataan dari pesawat kepresidenan Air Force One, dengan mengumpulkan semua anggota DPR dari Demokrat di Virginia guna menyampaikan pidato paling agresif dan partisan sejak dia mulai berkuasa bulan lalu.

Lewat serangan yang berapi-api terhadap Republik, Obama menyatakan bahwa warga AS tidak memilih untuk mendukung teori-teori (ekonomi) yang salah di masa lalu dan mereka juga tidak memilih argumen-argumen palsu dan licik.

"Rakyat tidak memilih status quo, mereka mengirimkan kami ke sini (Gedung Putih) untuk membawa perubahan. Kami berutang pada rakyat untuk menyampaikan (aspirasi) mereka," serang Obama dari sebuah resor di Williamsburg, Virginia.

"Saat ini adalah masa bagi kepemimpinan untuk menjawab ujian terbesar dalam sejarah kita."

Presiden juga menolak argumentasi Republik yang menyatakan paket stimulus besar-besaran mesti ditolak karena akan memperbesar defisit APBN yang sekarang sudah mencapai lebih dari 1 triliun dollar AS (Rp 11.000 triliun).

"Saya melihat defisit ini karena saya menunjukkannya. Saya mendapatkan utang negara yang berlipat-lipat itu dalam satu simpul besar yang menantikan saya (untuk menanganinya) begitu saya melangkah memasuki Ruang Oval," kata Obama dalam serangan verbal yang telak terhadap pemerintahan mantan Presiden George W Bush.

Sebelumnya, Presiden menyatakan kepada para anggota legislatif bahwa waktu berdiskusi sudah habis di tengah gambaran muramnya angka pengangguran yang dirilis, Kamis, dan diperkirakan semakin muram, Jumat, yang menunjukkan begitu parahnya krisis ekonomi terburuk sejak 1930-an.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com