Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Israel Karang Cerita Bohong soal AS

Kompas.com - 14/01/2009, 14:27 WIB

JERUSALEM, RABU — Dalam sebuah peristiwa yang jarang sekali terungkap kepada publik, Israel dan Amerika Serikat bersilang pendapat.

Bahkan kedua negara sempat tegang, setelah terungkapnya misteri di balik abstain AS terhadap resolusi Dewan Keamanan perihal Gaza, Kamis pekan lalu.

Baik Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS maupun Gedung Putih menyatakan, klaim Perdana Menteri Israel Ehud Olmet bahwa dia memperoleh persetujuan Presiden AS George Bush, tetapi diputarbalikkan oleh Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice sehingga AS abstain dalam resolusi DK PBB tersebut, adalah bohong belaka.

Juru Bicara Deplu AS Sean McCormack mengatakan, cerita Olmert tentang apa yang terjadi dalam pembicaraan dengan Bush adalah "100 persen, seluruhnya, sepenuhnya tidak benar." Sementara itu, Deputi Sekretaris Pers Gedung Putih Tony Fratto menyebut "ada ketidakakuratan (dalam pernyataan Olmert itu)."

Selama berceramah di depan para kepala otoritas Israel di Ashkelon, Senin, Olmert menyebut Rice telah berbuat memalukan manakala Menlu AS itu memerintahkan mengubah dukungan AS (bagi penentangan) resolusi DK PBB yang telah disiapkanya, setelah Olmert mengintervensi Bush.

Olmert mengatakan, dia berbicara dengan Bush sehingga Presiden AS itu menghentikan ceramahnya di Philadelphia untuk menjamin bahwa AS tidak akan mendukung resolusi DK PBB itu.

"Saya berkata, 'Sambungkan saya ke Presiden Bush. Mereka menjawab, dia (Bush) sedang memberi kuliah di Philapdelphia. Saya katakan (kepada mereka) saya tidak peduli, 'Saya harus berbicara dengannya sekarang juga. Dia lalu turun dari podium dan berbicara dengan saya," aku Olmert seperti dikutip The Jerusalem Post, Rabu (14/1).

Menurut Olmert, dia berkata kepada Bush agar AS jangan mendukung resolusi DK PBB itu dan Bush kemudian memerintahkan Rice untuk abstain. "Dia (Rice) agak memalukan," klaim Olmert.

Sebaliknya, McCormack menyatakan bahwa Rice telah memutuskan sejak Rabu pagi bahwa dia tidak akan memveto resolusi itu setelah para menteri Arab menolak tekanan AS untuk merendahkan intonasi pernyataan Presiden DK PBB. Penolakan ini membuat Rice harus memilih mendukung draf final resolusi itu atau abstain.

"Jadinya, Anda memiliki dua kemungkinan: mendukung atau abstein, dan dia (Rice) memutuskan, berdasarkan negara di mana negosiasi berlangsung dalam kerangka inisiatif (Presiden Mesir Hosni) Mubarak bahwa abstain merupakan kemungkinan terbaik agar negosiasi (damai Israel-Palestina) mengalami kemajuan dan benar-benar mengatasi situasi di lapangan," jelas McCormack.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com