Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantuan RI Terhambat

Kompas.com - 07/01/2009, 06:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Delegasi pendahulu kemanusiaan dari Indonesia hingga Selasa (6/1) dipastikan tidak bisa masuk ke Jalur Gaza untuk menolong korban serangan Israel. Walau demikian, sejumlah bantuan yang dibawa dari Indonesia telah diterima Kedutaan Palestina di Amman.

Bantuan itu berupa 2 ton obat-obatan dan uang 200.000 dollar AS. Bantuan ini akan dibawa ke Jalur Gaza oleh pihak swasta, yaitu Yordania Hashemite Charity, sebuah yayasan milik Raja Yordania Abdullah II. ”Menurut pihak Kedubes RI, yayasan ini sudah terbukti dapat mengantar bantuan langsung ke Jalur Gaza,” kata dr Basuki Supartono, Direktur Bulan Sabit Merah Indonesia, yang ikut dalam tim pendahulu kemanusiaan itu.

Delegasi Indonesia juga diberi tahu bahwa dokter tidak diizinkan untuk masuk ke Jalur Gaza. Namun, obat-obatan, peralatan medis, dan makanan diizinkan untuk disalurkan kepada korban di Gaza.

Sampai saat ini ada 3.000 orang korban luka, 300 orang di antaranya menderita luka yang sangat parah. Sebagian korban ditangani di tiga rumah sakit di Gaza. ”Dengan jumlah korban yang sangat banyak, kapasitas rumah sakit yang ada tidak memadai. Sekitar 90 pasien berhasil dibawa keluar Jalur Gaza melalui Rafah. Mereka lalu ditampung di Rumah Sakit Al Arish, RS Kaior, dan ada delapan orang diangkut ke Yordania,” kata Basuki.

Menurut dokter Abd El-Kader Hegazyari, Sekjen Human Relief Agency Egyptian Medical Syndicate, saat ini sebanyak 50 ambulans di Jalur Gaza rusak dan rumah sakit diminta mengosongkan pasien karena Israel akan menghancurkan rumah sakit. ”Peralatan kedokteran, monitoring anestesi, dan persediaan obat bius sangat terbatas. Operasi dilakukan di kamar rumah penduduk,” kata Basuki.

Tidak efektif

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi mengatakan, pengiriman relawan untuk membantu tentara Palestina dinilai tidak efektif. Akan tetapi, secara simbolis, semangat membantu sesama tidak bisa disalahkan.

Menurut Hasyim, relawan asal Indonesia malah bisa menjadi beban bagi pejuang Palestina karena tidak tahu dan tak memahami medan pertempuran.

”Secara simbolis memang baik, tetapi dalam praktiknya tidak mungkin. Jangan-jangan, di jalan malah masuk angin, terus pulang,” ujar Hasyim saat berkunjung ke Kampus Hijau di Kecamatan Kedokan Bunder, Indramayu, Selasa.

Menurut Hasyim, perlu ada dukungan riil dan kompak dari negara-negara Arab. (CHE/AHA/THT/ARN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com