Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

150.000 Warga Peringati Bhutto

Kompas.com - 28/12/2008, 03:48 WIB
GARHI KUDHA BAKHSH, SABTU — Lebih dari 150.000 warga Pakistan memenuhi kompleks makam mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto, Sabtu (27/12). Mereka berdatangan dari jarak ratusan kilometer untuk mencapai makam itu sekadar untuk menyampaikan karangan bunga dan mencium nisannya.

Kemarin adalah tepat satu tahun tewasnya mantan pemimpin Pakistan itu, yang ditembak mati dan serangan bom, di kota Rawalpindi. Beberapa peziarah memukuli kepala dan dada sebagai tanda berduka, sebagian lainnya juga bercucuran air mata.

”Saya membawa bunga-bunga ini untuk dibawa pulang ke rumah dan akan saya tunjukkan kepada putri saya oleh-oleh ini,” kata Saifullah Khan (41), seorang peziarah.

Banyaknya peziarah yang datang ke kompleks makam dan ingin menyentuh makamnya membuat suasana di kompleks makam sangat gaduh dan berdesak-desakan. Aparat keamanan pun bekerja keras untuk menghindari jatuhnya korban.

Ribuan aparat kepolisian dikerahkan ke kompleks makam Bhutto itu karena khawatir suami mendiang Bhutto, Ali Zardari, akan menjadi target serangan saat berkunjung ke kompleks makam tersebut.

Meskipun Zardari kini menjadi pemimpin resmi Pakistan, situasi politik di negara itu masih belum sepenuhnya stabil dan tetap tegang. Selain ancaman dari kelompok garis keras dan pengikut Al Qaeda, partai-partai politik lain di Pakistan pun setiap saat siap merebut kekuasaan dari tangan Zardari.

Penyelidikan atas tewasnya Bhutto secara resmi hingga saat ini belum dilakukan. Akan tetapi, awal tahun ini, beberapa detektif dari Inggris yang menyelidiki peristiwa kematian Bhutto menyimpulkan bahwa tokoh Pakistan itu tewas akibat bom, bukan akibat tembakan. Namun, partai Bhutto, Partai Rakyat Pakistan, tetap meyakini kematiannya akibat tembakan.

Meski demikian, sampai saat ini motif maupun otak di balik penembakan Bhutto masih belum terungkap sehingga Sekjen PBB Ban Ki-moon pun masih berharap suatu saat nanti penyelidikan menyeluruh atas tewasnya Bhutto bisa dilakukan dan dibentuk komisi ”Kebenaran dan Keadilan”. (OKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com