Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelempar Sepatu Disiksa Selama 36 Jam Tanpa Henti

Kompas.com - 23/12/2008, 06:46 WIB

BAGHDAD, SENIN — Penyelidikan pelemparan sepatu terhadap Presiden AS George W Bush selesai. Si ”Pelempar Sepatu” atau wartawan stasiun TV Al-Baghdadia, Muntazer al-Zaidi (28), akan diadili pada 31 Desember mendatang. Jika terbukti bersalah, Zaidi dipenjara 5-15 tahun.

Hakim penyelidik, Dhiya al-Kenani, Senin (22/12), menjelaskan, Zaidi dituding ”menyerang kepala negara yang tengah berkunjung”. Jika terbukti bersalah, Zaidi akan mendekam di penjara antara 5 dan 15 tahun. Zaidi bisa dikenai hukuman lebih ringan 1-5 tahun apabila ia terbukti ”melakukan upaya percobaan serangan”. Pengacara Zaidi meminta kasus Zaidi dipindah dari pengadilan kriminal pusat (khusus menangani terorisme) ke pengadilan biasa. Namun, permintaan ditolak.

Zaidi melemparkan sepatunya ke Bush dalam jumpa pers. Namun, lemparan itu meleset karena Bush bisa mengelak. Setelah itu, Zaidi langsung diringkus aparat keamanan Irak dan pengawal Presiden AS. Zaidi melawan dengan meronta-ronta. Akibatnya, tubuh Zaidi lebam-lebam. ”Banyak luka lebam biru-biru di tubuhnya. Ada juga gigi yang lepas di bagian atas. Mata kirinya juga lebam,” kata pengacara Dhiya al-Saadi, Minggu.

Kenani membenarkan keluhan pada perlakuan aparat keamanan terhadap Zaidi. Informasi tentang luka lebam pada tubuh Zaidi itu diperkuat dengan laporan medis rumah sakit pemerintah.

Akibat perlakuan kekerasan itu, Zaidi berencana menuntut aparat keamanan Irak karena memukulinya. Saudara Zaidi, Uday al-Zaidi, mengatakan, Zaidi memang meronta-ronta di lantai saat diringkus aparat keamanan. Pada waktu itulah Zaidi dipukuli beberapa kali di bagian wajah dan mata. Ketika menjenguk Zaidi di penjara, Uday mengaku melihat banyak luka di tubuh Zaidi. Ada gigi yang tanggal dan pada kedua daun telinganya ada luka bakar seperti bekas sundutan rokok.

”Saya bertemu saudara saya sekitar sejam. Ia disiksa di dalam penjara selam 36 jam tanpa henti. Zaidi dipukuli dengan kabel dan besi. Pendarahan parah terjadi di bagian mata. Kedua kaki serta hidungnya luka dan lebam. Zaidi juga disiksa dengan disetrum tegangan tinggi,” kata Uday. Hakim membantah penyiksaan itu.

Kantor PM Irak Nuri al-Maliki, pekan lalu, menyatakan, Zaidi menulis ”surat minta maaf” karena telah melempar sepatunya ke arah Bush. Bahkan, Maliki menyebutkan, dalam surat itu Zaidi mengaku melempar sepatunya atas perintah seorang teroris. ”Dalam surat itu, ia (Zaidi) mengaku, ada orang lain meminta dia melempar sepatu. Orang yang ia sebut itu sudah kami kenal kerap membunuh orang lain,” kata Maliki yang tidak menyebutkan nama ”seseorang” itu.

Tidak menyesal

Namun, dalam pengakuan Zaidi pada Uday, Zaidi terpaksa menulis surat permintaan maaf. Jika tidak meminta maaf, Zaidi mengaku aparat keamanan tidak akan segan-segan menyiksa selama berada dalam tahanan. Tubuh Zaidi yang telanjang disirami air dingin. ”Padahal, kata PM Maliki, Zaidi tidak disiksa dan tak akan pernah disiksa. Buktinya, ia disiksa dengan kejam,” kata Uday.

Uday menambahkan, Zaidi menegaskan, ia sama sekali tidak menyesal dengan tindakannya. Bahkan, apabila ada kesempatan lagi, Zaidi mengatakan pasti akan menyerang Bush. ”Zaidi melempar sepatunya bukan karena ia ingin terkenal. Bahkan, Zaidi mengaku telah siap menerima konsekuensi apa pun, termasuk hukuman mati. Zaidi melempar sepatunya karena tidak puas dan amat kecewa dengan pidato Bush dalam jumpa pers, terutama saat Bush mengatakan bahwa ia membawa berkah bagi rakyat Irak,” kata Uday. (AFP/AP/LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com