Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengumpulkan Madu-madu yang Berceceran

Kompas.com - 28/11/2008, 11:09 WIB

Oleh Eny Prihtiyani

Berawal dari temuan sarang lebah di salah satu lemari, Karyono (51) tertarik membudidayakan lebah madu. Ia pun mencari-cari referensi seluk-beluk lebah. Kesimpulannya, ternak lebah patut dicoba karena tidak terlalu sulit.

Dari membaca, Karyono mengetahui bagaimana cara supaya lebah madu berdatangan ke sarang yang ia buat. "Gampang saja, kita tangkap saja rajanya, yang lain pasti akan mengikutinya. Itulah karakter utama lebah," kata warga Dusun Bodowaluh, Poncosari, Srandakan, Bantul, tersebut, Kamis (20/11).

Untuk mendapatkan raja lebah, Karyono memburunya ke sarang- sarang besar. Raja itu lalu ditaruhkan di sarangnya yang terbuat dari kayu berbentuk persegi empat. Kotak itu diberi lubang sebagai pintu keluar-masuk lebah. Di dalamnya disediakan gantungan kayu dan kawat sebagai tempat lebah membangun sarang dan meletakkan madunya.

Sudah empat tahun ini Karyono mengembangkan ternak lebah yang disebutnya tawon glodok bersama anaknya, Dwi Cahyono (30). Ada 120 kotak sarang yang ia sebar ke kebun-kebun milik warga sekitar rumahnya. Dalam waktu 10 hari, peternak sudah bisa memanen madu. "Kalau lagi musim bunga, dalam waktu lima hari saja madunya sudah bisa dipanen," ungkapnya.

Menurut Cahyono, setiap 10 kotak sarang bisa menghasilkan 15 botol madu. Jadi, produksinya berkisar 440 botol per bulan. Ia jual seharga Rp 40.000 per botol sehingga omzet mencapai Rp 17,6 juta per bulan bila hasil panen maksimal.

Untuk menjual madu, Cahyono tak perlu repot-repot karena pembeli datang sendiri ke rumahnya. "Pembelinya dari berbagai daerah. Mereka tahunya dari mulut ke mulut," katanya.

Untuk mendapatkan sebotol madu, Cahyono harus mengeluarkan madu terlebih dahulu dari sarangnya. Caranya dengan menggunakan alat berupa ekstraktor. Sebelumnya ia harus mengiris lilin lebah yang menyelimuti sarang. Setelah diambil sari madunya, bangunan sarang lebah dikembalikan seperti bentuknya semula.

"Sebenarnya bisa saja sarangnya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan memasak. Akan tetapi, untuk membangunnya, lebah butuh waktu lagi sekitar dua bulan," paparnya.

Di pasaran, saat ini banyak dijual madu dengan berbagai merek. Untuk mendapatkan madu asli, Karyono menyarankan konsumen agar mengecek apakah ada gumpalan putih atau tidak di bagian atas botol. Kedua, madu asli seharusnya tidak menyisakan endapan di bagian bawah botol.

"Gumpalan putih di bagian atas botol adalah gas yang diproduksi oleh madu. Kalau soal warna sangat tergantung dengan jenis bunga yang diisap lebah. Bila cairan bunganya gelap, madunya akan berwarna kecoklatan. Sebaliknya, bila cairannya bening, madunya juga bening. Jadi, warna tidak menentukan kualitas lebah," kata Karyono.

Pada musim hujan seperti saat ini, kualitas madu biasanya kurang bagus karena kadar kemanisannya berkurang. Paling bagus adalah produksi madu pada saat musim kemarau. "Seperti pada buah, kalau musim hujan rasanya juga kurang manis. Mungkin karena zat gulanya banyak tercampur air," katanya.

Meskipun tergolong bisnis yang menggiurkan, para tetangga sekitar rumah Karyono belum tertarik mengikuti jejaknya. "Mungkin mereka tidak mau repot-repot. Risiko sengatan sudah menjadi hal biasa bagi kami. Obatnya sederhana, tinggal diolesi dengan air kelapa dan meminum air kelapa tersebut," katanya. Nah, siapa mau ikut bisnis madu? Semua resep sudah diungkap Karyono.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com