Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Alkali

Kompas.com - 23/06/2008, 09:48 WIB

Tumis kembang kol buatan Jane lebih mirip masakan India dari segi aroma, penampilan, dan cita rasa. Kembang kol dicincang halus, dan ini rupanya merupakan “siasat” agar menyerap sebanyak mungkin cita rasa bumbu yang sesungguhnya minimalis. Untuk menciptakan tekstur yang kontras, cincangan kembang kol ini dicampur dengan cincangan kacang almond. Dibumbui dengan sedikit bawang putih, red onion, kunyit, dan bumbu kari, tumisan cepat ini diselesaikan dengan guyuran sedikit kaldu sayur untuk membuatnya sedikit nyemek.

Saya sungguh menikmati suguhan Jane Chen sore itu di rumahnya. Masakannya sekaligus membuktikan bahwa makanan sehat tidak harus mengorbankan kecerdasan lidah kita. Secara tekstur, aroma, maupun cita rasa, makanan alkali tetap merupakan produk kuliner yang perlu diacungi jempol.

Di Bali, sekarang banyak dijumpai restoran maupun bakery yang menyajikan makanan sehat – baik makanan alkali, makrobiotik, vegetarian, organik, maupun health foods lainnya. Zula, misalnya, sebuah rumah makan di Jalan Dhyanapura yang menyajikan masakan makrobiotik.

Makrobiotik adalah sebuah metodologi diet yang populer di Jepang pada tahun 1980-an. Makro berarti besar atau panjang, dan bio berarti hidup. Artinya, dengan menjalani metodologi ini orang diharapkan akan hidup lebih panjang usia. Pada dasarnya, konsep ini mengajarkan orang untuk makan biji-bijian, kacang-kacangan, dan sayur-mayur. Makanan-makanan yang diproses harus dihindari, dan semua makanan harus dikunyah sampai lembut sebelum ditelan.

Secara garis besar, makrobiotik hampir mirip dengan prinsip makanan alkali, khususnya dalam hal pantangan daging serta pilihan terhadap bahan pangan organik.  Tetapi, makrobiotik malah lebih ketat lagi karena berpegang pada prinsip keseimbangan energi yin dan yang. Makanan menimbulkan energi bagi kita. Tetapi, energi itu harus imbang yin-yang-nya, dan keseimbangan itu hanya dapat dicapai dengan pilihan menu yang tepat. Beberapa jenis makanan yang dianjurkan di makanan alkali–seperti alpokat, bit, bayam– dilarang dalam konsep makrobiotik karena dianggap terlalu condong ke yin. Makrobiotik juga merupakan metodologi diet yang dianjurkan untuk penderita kanker.

Daftar menu di “Zula” yang saya amati selalu menampilkan rumput laut di dalam setiap paket kombo yang ditawarkan. Ini menunjukkan bahwa rumput laut memang merupakan elemen penting sebagai pelengkap menu sehat. “Zula” juga menyajikan teh yang tidak bersifat acidic. Teh yang saya minum rasanya sangat mirip dengan seduan dari beras merah yang disangrai hingga agak gosong.

Apa arti semua pengetahuan baru itu bagi saya? Selama ini saya selalu menekankan pentingnya prinsip “ketahuilah apa yang kau makan” (know what you eat) bagi semua orang yang gemar makan-makan. Ilmu-ilmu baru itu melengkapi pemahaman saya tentang makanan. Sayangnya, profesi yang sedang saya jalani belum memberi kesempatan untuk secara penuh melakukan prinsip-prinsip makrobiotik maupun makanan alkali. Kedua metodologi itu jelas merupakan pilihan masuk akal yang pasti akan saya jalani secara sukarela dalam waktu dekat.

Siapa sih yang tidak ingin hidup sehat lahir dan batin?

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com