Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mak Eha dan Mbah Karto

Kompas.com - 20/06/2008, 08:51 WIB

Perkedel Mak Eha tersedia pada saat yang lebih wajar, civilized hours. He-he-he rasanya? Jauh lebih mak nyuss! Bumbunya begitu cantik, dengan sedikit daging sapi cincang di dalamnya. Benar-benar gurih. Gwen sampai membungkus beberapa perkedel sebagai cemilan di mobil. Cemilan kok perkedel?

Gwen bersepakat dengan saya bahwa semua sajian Mak Eha yang kami cicipi memang istimewa. Out of this world, kata Gwen. Lagi-lagi saya harus mengakui bahwa Indonesia benar-benar kaya dengan local talents seperti Mak Eha yang dengan kesederhanaannya berhasil menampilkan pusaka kuliner Indonesia at its best. Saya sungguh terpukau dan terpesona akan kualitas masakan Mak Eha dan putri-putrinya.

Mak Eha membuat saya teringat sebuah warung kecil di Sukoharjo, Solo. Warung ini sebenarnya direkomendasikan oleh seseorang yang saya temui dalam penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam beberapa tahun yang lalu. Ia sedang dalam perjalanan untuk mempromosikan mebel produksinya di Eropa. “Kalau ke Sukoharjo, harus dan wajib singgah ke ayam goreng Mbah Karto,” katanya. “Ayam kampung yang gurih banget dengan sambal yang luar biasa.”

Sukoharjo adalah kota yang bertetangga dengan Solo, tetapi saya jarang singgah ke sana. Karena itu, dalam kunjungan terakhir, saya sempatkan datang. Warungnya menempati sebuah rumah lama berukuran besar. Rumah desa dengan dinding dari anyaman bambu. Lantainya dari tanah. Tetapi, rumah ini berada di sebuah jalan besar. Di seberangnya ada kantor Perusahaan Listrik Negara dan polres. Tidak heran banyak pegawai PLN dan polisi santap siang di sana. Kalau Anda sedang masuk DPO (Daftar Pencarian Orang), jangan masuk ke sana ya...

Begitu masuk warung, aroma gurih ayam goreng tertebar di dalam rumah yang redup dan sejuk itu. Saya memesan ayam goreng dan jeroan yang segera tersaji. Warna ayam gorengnya kuning kecoklatan cantik. Dari tampilannya tampak bahwa ayam ini tidak dibumbu bacem seperti kebiasaan ayam goreng di daerah Jawa Tengah. Tetapi, jelas pula telah diungkep dulu sebelum digoreng.

Ayam gorengnya sungguh gurih. Jangan kaget bila tingkat keasinannya sedikit di atas rata-rata. Orang Jawa Tengah memang menyukai ayam goreng yang sedikit asin, dengan sambal yang manis. Tingkat keempukan dan tekstur ayam gorengnya luar biasa, dengan bumbu yang meresap hingga serat-seratnya yang paling dalam. Saya sudah agak lama mengurangi jeroan ayam, tetapi kali ini saya membuat perkecualian serius. Sambalnya yang istimewa membuat semua orang makan seperti kesetanan di sana.

Bagi saya, satu-satunya ayam goreng yang mampu mendekati kualitas ayam goreng Mbah Karto di Sukoharjo ini adalah ayam goreng Mardun Martinah di Jalan Mangga Besar dan Asem Reges, Jakarta Pusat. Kalau dibiarkan, saya bisa menghabiskan empat potong ayam goreng di masing-masing tempat itu.

I’ll be back!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com