Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang ke Desa

Kompas.com - 09/06/2008, 09:57 WIB

“Kampung Sampireun” adalah kumpulan sekitar 15 pondok (bungalows) yang dibangun dari bambu dan kayu, mengitari sebuah situ (danau kecil) yang panjangnya sekitar 120 meter. Mengelilingi danau dibangun jalan untuk menghubungkan pondok satu dengan lainnya. Tetapi, sebenarnya, jalan utama untuk menuju tempat-tempat itu justru melalui danau. Dari lobby, tamu diantar dengan rakit besar atau perahu untuk menuju pondok masing-masing.

Setiap pondok memiliki perahu sendiri. Para tamu perlu belajar mengayuh perahu untuk menuju restoran, spa, atau lobby. Menyenangkan, ya? Saya bahkan menukar jatah olahraga saya dengan mengayuh sampan berputar-putar danau selama satu jam lebih.

Pemandangannya sangat indah. Khususnya pada saat matahari menjelang terbenam. Begitu juga pada pagi hari ketika matahari terbit. Hangatnya sang surya perlahan-lahan menggantikan malam yang dingin di sekitar danau. Saat yang sungguh tepat untuk berolahraga mengayuh perahu keliling danau.

Pada pukul setengah tujuh pagi, sebuah perahu dengan seorang pendayung dan seorang gadis pembuat surabi (serabi) berkeliling dari pondok ke pondok. Mereka menawarkan surabi sebagai hidangan pagi sebelum sarapan. Ada surabi kinca (dengan santan dan gula merah). Ada pula surabi oncom dengan sambal oncom yang lezat.

Setiap malam, perahu yang sama juga berkeliling danau menawarkan sakoteng (wedang sekoteng). Di atas perahu juga ada dua orang pemain kecapi suling yang terus-menerus memainkan instrumen musik mereka. Irama kecapi suling – au naturel, tanpa pengeras suara – yang mendayu-dayu di malam hari sungguh membuat pengunjung dapat merasakan suasana pedesaan secara lekat.

Ada satu hal yang saya rasa sedikit mengganggu di Kampung Sampireun. Yaitu, suara sepeda motor dengan knalpot terbuka masih mengganggu keheningan di tempat ini. Khususnya di malam hari. Kebisingan adalah pencemaran lingkungan yang jarang disadari orang.

Ya, desa memang selalu menimbulkan kerinduan tersendiri. Sebuah “kemewahan” yang tiada tara. Khususnya ketika usia kita semakin beranjak senja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com