Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuomintang Kembali Berkuasa

Kompas.com - 23/03/2008, 02:01 WIB

 

 

Taipei, Kompas - Ma Ying-jeou dari Kuomintang terpilih sebagai presiden baru Taiwan pada pemilu hari Sabtu (22/3). Ini sekaligus mengakhiri kekuasaan Partai Demokratik Progresif yang berkuasa sejak 2000. Dengan kata lain, Kuomintang kembali berkuasa di Taiwan, yang pernah memimpin pada periode 1949-2000.

”Ini adalah sebuah kemenangan bagi warga yang menginginkan perubahan, keterbukaan, dan reformasi,” kata Ma setelah mengalahkan Frank Hsieh dari Partai Demokratik Progresif (DPP).

Ma meraih 58,45 persen suara dan Hsieh 41,55 persen suara. Ma resmi menjabat pada 20 Mei mendatang dan menggantikan Presiden Chen Shui-bian (DPP).

Tidak seperti di Indonesia di mana masa kampanye berakhir seminggu sebelum pemungutan suara, kampanye di Taiwan berlangsung hingga hari terakhir sebelum pemberian suara. Kubu DPP sebagai partai berkuasa, sebelum pemilu, menggelar kampanye malam hari yang meriah di tengah kota Taipei.

Siang harinya, DPP melalui juru bicara kampanye, Bi-Khim Hsiao, dengan berapi-api mengecam China dan partai saingannya, Kuomintang (KMT), yang dinilai terlalu lembek. Pihak KMT juga tidak mau kalah. Meski juru kampanyenya tidak semenggebu-gebu DPP, kampanye malam hari KMT yang diselenggarakan di dekat Museum Chiang Kai-Shek, salah satu monumen demokrasi, dihadiri puluhan ribu orang.

Serangan DPP gagal

Meski pelaporan jajak pendapat dilarang sepekan sebelum pemungutan suara, hingga hari terakhir banyak yang menduga bahwa tindakan keras China di Tibet amat menguntungkan Hsieh. Dalam iklan TV tampak biksu Tibet berjaga dengan lilin menyala untuk memprotes tindakan China terhadap tanah mereka. Teks iklan kampanye itu berbunyi ”Ketika China menggerus Tibet… kubu Ma malah mendekat ke China”.

Seperti dilaporkan di harian ini kemarin, kedua kandidat presiden sama-sama menjanjikan perbaikan hubungan dengan China Daratan, namun berbeda dalam detail dan waktunya.

Pihak China selama delapan tahun terakhir ini menutup diri terhadap Presiden Chen Shui-bian dari DPP yang acap mengeluarkan retorika prokemerdekaan. Sementara, bagi rakyat Taiwan keinginan berubah lebih dipicu oleh merosotnya kinerja ekonomi dan terus membubungnya harga-harga kebutuhan pokok.

Dalam pidatonya menjelang pemungutan suara, Presiden Chen Shui-bian berpesan, ”Agar siapa pun yang akan dipilih— Hsieh atau Ma—berikan suara bagi Taiwan. Jangan biarkan Taiwan jadi Hongkong berikut atau Tibet berikut.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com