Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Estrada dan Aquino Keroyok Arroyo

Kompas.com - 29/02/2008, 10:32 WIB

MANILA, JUMAT -  Demonstrasi besar-besaran terus berlangsung di ibukota Filipina Manila untuk menuntut Presiden Gloria Macapagal Arroyo mundur dari jabatannya. Aksi itu dipicu dugaan skandal korupsi.

Polisi dan tentara dalam keadaan waspada tinggi dan membangun pos-pos pemeriksaan di sejumlah jalan bebas hambatan utama, Jumat (29/2). Pada saat yang sama lebih dari 50.000 orang berpawai menuju pusat bisnis Distrik Makati. Ini merupakan demonstrasi terbesar dalam rangkaian aksi yang sudah berlangsung sepekan terakhir.

Aksi ini akan diikuti dua mantan presiden yang juga punya banyak pendukung. Mereka adalah Corazon Aquino yang memimpin people power untuk menumbangkan kekuasaan Presiden Ferdinand Marcos pada 1986. Selain itu juga Joseph Estrada, pendahulu Arroyo yang digulingkan atas tuduhan korupsi pada 2001. Keduanya menuntut pengunduran diri Arroyo.

Dalam hearing Senat yang disiarkan televisi dan ditonton jutaan warga, mantan konsultan kontrak dengan perusahaan China ZTE Corp, mengungkapkan bahwa suami Arroyo dan mantan ketua komisi pemilu nasional mendapatkan keuntungan besar dari kontrak itu. Kontrak telekomunikasi itu bernilai 330 juta dolar AS atau Rp 3,2 triliun.

Arroyo belum secara langsung menjawab tuduhan terhadap dia dan suaminya. Ia hanya mengatakan bahwa ia menentang korupsi dan keluarganya sama sekali tidak punya hubungan dengan pemerintah. ZTE juga menolak tuduhan itu.
 
Skandal itu semakin mendalam setelah Arroyo mengaku dalam sebuah wawancara radio bahwa ia telah diperingatkan soal kejanggalan kesepakatan itu sehari sebelum terbang ke China April 2007. Sejak itu ia juga memerintahkan Departemen Kehakiman dan Badan Ombudsman. Namun kelompok oposisi menilai komentar itu sekadar upaya untuk mengatakan bahwa ia menentang korupsi.       

Dalam kemelut terakhir, sejumlah kelompok seperti aktivis politik kiri dan kanan, profesional kelas menengah, mahasiswa dan eksekutif turun ke jalan. Namun dalam aksi kali ini, militer dan pemuka agama Katolik menolak ikut, meski mereka bergabung dalam dua kali people power yang sukses.       

Kepala AB Jenderak Hermogenes Esperon telah mengancam akan menangkap tentara manapun yang terlibat dalam pawai itu. Menurutnya keterlibatan tentara semancam itu akan mengancam demokrasi Filipina.

Sementara itu komandan militer Manila Mayjen Fernando Mesa meminta pada para pemimpin demonstran untuk waspada atas kemungkinan upaya komunis dan militan yang terkait Al Qaeda menyusup di aksi itu dan melancarkan serangan.(AP)


      

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com