Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vihara Tri Dharma Bumi Raya Penuh Sesak

Kompas.com - 07/02/2008, 09:47 WIB

SINGKAWANG, KAMIS - Ribuan warga  Tionghoa sejak Rabu (6/2) tengah malam hingga Kamis pagi memadati Vihara Tri Dharma Bumi Raya Pusat Kota Singkawang untuk berdoa di hari pertama Tahun Imlek 2559.

Vihara tertua di kota berjuluk "Seribu Kuil" itu seolah tanpa henti dikunjungi warga yang ingin memohon kemudahan rezeki serta diberi kebahagiaan sepanjang tahun yang kali ini berlambang tikus dengan unsur tanah.

Hio dan kertas persembahan yang dibakar membuat suasana di dalam kuil terlihat sesak oleh asap. Meski terkadang harus bersenggolan dengan pengunjung lain karena padatnya orang, namun masing-masing terlihat saling tidak berbicara dan serius menjalani ritual doa yang harus dilakukan.

Tidak hanya kalangan tua, remaja dan anak-anak juga mengikuti seluruh ritual yang wajib dijalani. Sementara belasan pengemis memadati jalur masuk menuju vihara tersebut untuk mengharapkan rejeki dari pengunjung.

Suasana Kota Singkawang yang mayoritas dihuni warga keturunan Tionghoa pada malam pergantian tahun imlek semarak oleh atraksi kembang api yang seolah tiada henti. Langit yang cerah pun terlihat warna-warni.

Di Jalan Sejahtera dibuat panggung hiburan sebagai pusat peringatan tahun baru imlek. Ribuan warga dari berbagai kalangan dan etnis diperkirakan memadati kawasan diseputar panggung hiburan tersebut yang memang terletak di kawasan perdagangan dan mayoritas dihuni warga keturunan Tionghoa.

Lima lampion terbang bertuliskan "Sekeluarga Aman dan Bahagia" membumbung ke angkasa Kota Singkawang. Calsen, 23, warga Jalan Komodor Yos Sudarso mengatakan, lampion tersebut diharapkan membawa keinginan seluruh warga Kota Singkawang ke langit.

"Semua ingin bahagia dan aman," kata Calsen, yang kuliah di Malaysia dan khusus pulang ke Singkawang untuk merayakan Imlek dan Cap Go Meh (15 hari setelah hari pertama imlek).

Arak-arakan 12 shio menurut kepercayaan warga Tionghoa membuat suasana di sekitar Jalan Sejahtera semakin semarak. Tepat saat pergantian tahun, intensitas kembang api dan mercon yang dibakar semakin meningkat.

Kembang api yang dibakar warga harganya bervariasi antara Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribu. Menurut Andri, 26, salah seorang penjual kembang api di Jalan Komodor Yos Sudarso, harga tersebut dipengaruhi jumlah percikan ke angkasa serta ukuran kembang api.

Ia memperkirakan uang yang dihabiskan warga untuk merayakan imlek dengan membakar kembang api dan mercon mencapai ratusan juta rupiah. "Hampir setiap menit ada yang membakar kembang api," katanya.

Maraknya mercon dan kembang api tidak terlepas dari kisah legenda masyarakat Tionghoa yang memercayai bahwa setiap hari menjelang pergantian tahun akan muncul binatang buas yang memangsa apa saja. Binatang itu bernama Nian Show.

Xaverius Fuad (XF) Asali (Lie Sau Fat) dalam bukunya Aneka Budaya Tionghoa Kalimantan Barat menyatakan, untuk menjaga keselamatan keluarga, menjelang tahun baru semua pintu dan jendela ditutup rapat sambil menanti pergantian hari. Selang beberapa tahun, Nian Show tidak muncul sehingga rakyat pun perlahan melupakan.

Namun ketika rakyat lengah, Nian Show muncul dan memakan apa saja kecuali beberapa rumah karena kebetulan tengah mengadakan pesta kawin atau ulang tahun. Sesuai tradisi warga Tionghoa, setiap perayaan pesta digantung kain merah dan dinding rumah ditempeli kertas merah yang bertuliskan kata-kata arif dan bijak.

Pengantin yang berpakaian merah juga terhindar dari serangan Nian Show. Begitu juga anak-anak yang bermain mercon atau bunyi-bunyian ramai. "Rupanya Nian Show juga takut dengan bunyi-bunyian seperti mercon serta warna merah," kata XF Asali.

Sebagai tindakan pencegahan, sejak masa itu setiap tahun baru di atas pintu atau ruangan tamu digantung kain merah atau kertas merah dengan tambahan kata-kata bijak. Selain itu, juga dipasang mercon sebanyak mungkin untuk menimbulkan bunyi-bunyian yang menakutkan Nian Show. (ANT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com