Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nenek Obama, 86 Tahun Masih Kerja

Kompas.com - 07/02/2008, 00:17 WIB

NENEK Barack Obama hanya bisa menonton pertarungan cucunya itu melawan Hillary Clinton dari jauh. Bahkan jauh sekali, dari belahan benua yang lain, Afrika.

Sang nenek, Sarah Hussein Obama, sudah berusia 86 tahun. Ia tinggal sendirian di sebuah rumah di sebuah dusun nan sunyi bernama Kogelo, di negara Kenya. Jalanan di desa itu masih berupa tanah. Melalui jalan desa itu tiap hari penduduk bersepeda membawa tepung singkong dan tebu untuk dijual di pasar kota.

Ketika wartawan AP menyambangi sang nenek, ia tengah menerima tetamu para tetangganya. Pembicaraan mereka terfokus pada kiprah Barack. Mereka duduk di kursi plastik yang sederhana.

"Dia (Barack) pasti akan berjuang keras. Dia yakin akan menjadi presiden," kata sang nenek, saat sang cucu tengah menanti hasil pertarungan di lebih dari 20 negara bagian AS, yang dijuluki "Super Tuesday".

"Dia pasti akan berusaha lagi pada kesempatan berikutnya jika kali ini kalah," lanjut Sarah Hussein Obama seraya tersenyum.
 
Sang nenek bercerita, Barack belum lama ini datang mengunjunginya bersama istri, Michelle, dan anaknya. "Ia ingin menunjukkan kepada istri dan anak-anaknya tanah leluhurnya," tutur sang nenek.

Di tanah pekarangan rumah sang nenek itu terkubur jasad ayah kandung Barack, yakni Barack Obama Senior. Kuburannya terletak di pojok pekarangan, ditandai dengan sebuah batu nisan.

Barack senior dulu mendapat beasiswa belajar di Universitas Hawaii, AS. Di sinilah ia bersua dan akhirnya menikah dengan seorang perempuan yang kelak menjadi ibu Barack.

Setelah Barack yunior lahir, pasangan itu berpisah. Barack senior pulang ke Kenya. Ia bekerja sebagai pegawai negeri sampai meninggal pada 1982 karena kecelakaan mobil.

Karena Barack yunior tinggal bersama ibunya, dan ayah tirinya, maka ia tidak mengenal dekat ayah kandungnya. Meski demikian, Barack yunior termasuk anak yang berbakti pada leluhur.

Tercatat ia sudah tiga kali mengunjungi kampung halamannya itu. Bahkan sang nenek pernah dua kali diundangnya datang ke AS. Padahal komunikasi dia dengan keluarganya di Kenya dilakukan melalui penerjemah.

Semenjak Barack Obama maju sebagai salah satu kandidat presiden dari Partai Demokrat, terjadilah "demam" Obama di Kenya. Apalagi Barack punya perhatian khusus kepada Kenya terlebih ketika negeri itu tengah kacau akibat hasil pemilihan umum.

Lebih dari 1.000 orang tewas akibat sengketa pemilu 27 Desember silam yang dimenangkan oleh President Mwai Kibaki. Kalangan oposisi menuding Kibaki curang, sehingga terjadi pertumpahan darah.

Selain kasus pemilu itu, pertikaian berdarah itu terkait dengan perseteruan suku yang sudah lama antara sukunya Kibaki yakni Kikuyu yang mendominasi politik Kenya, melawan suku Luo, sukunya Barack Obama. Itulah yang membuat Barack sangat menaruh perhatian terhadap Kenya.

Pada awal tahun ini ia sampai melakukan pidato radio yang disiarkan ke seluruh Kenya, meminta supaya dilakukan perdamaian. Ia pun sudah mengontak keluarganya untuk mengetahui kondisi keselamatan mereka.

Beruntung, seluruh keluarga Obama tak tersentuh baku-bunuh itu. Dusun Obama terbebas dari perseteruan.

Sejak beberapa hari terakhir, ganti masyarakat Kenya yang menaruh perhatian ke AS. Mereka menanti hasil kiprah anak dusun Kogelo itu.

Paman Barack, Said Obama yang berprofesi sebagai ahli mesin di sebuah pabrik kimia, sampai kewalahan menjawab pertanyaan orang-orang yang ingin tahu perkembangan kiprah keponakannya.

Para tetangga pun tak henti-hentinya datang ke rumah sang nenek, untuk mengobrolkan kiprah Barack yunior. Kedatangan para tetangga itu tentu menyita waktu kerja sang nenek di kebun. Meski sudah berusia 86 tahun, perempuan itu masih berkerja di ladang setiap hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com