Salin Artikel

Sejarah Gas Air Mata, Pengurai Massa dengan Dampak Berbahaya

Dilansir Britannica, di masa Perang Dunia I itu, tentara Perancis untuk pertama kalinya menembakkan granat berisi gas kepada prajurit Jerman di perbatasan dalam apa yang disebut “Battle of the Frontiers”.

Granat gas itu dibuat ahli kimia Perancis untuk mengendalikan huru-hara dan membuat barikade mundur teratur.

Seperti yang jamak diketahui hingga saat ini,
gas air mata bisa menimbulkan beragam reaksi berbahaya, seperti sakit mata, masalah pernafasan, iritasi kulit, pendarahan, hingga kebutaan.

Bahan utama dalam gas air mata adalah halogen sintetis, cairan yang bisa ditembakkan melalui beberapa senjata seperti granat dan spray.

Gas ini pun kian berkembang saat Amos Fries, pemimpin dari Chemical Welfare Service US Army, membuat senjata ini tak hanya berfungsi di medan laga, melainkan untuk menghadapi riuh demonstran.

“Lebih mudah dihadapkan dengan peluru dibanding dengan gas yang tak kasat mata,” kata Amos, menggembar-gemborkan produksinya.

Masih dilansir Britannica, salah satu produsen gas air mata terbesar dan tertua di dunia adalah Lake Erie Chemical Company.

Perusahaan ini didirikan veteran Perang Dunia I Kolonel Byron “Biff” Goss.

Sejak 1930-an, Lake Erie Chemical Company menjual gas air mata di beberapa negara seperti Argentina, Bolivia, dan Kuba.

Banyak negara pun mulai menggunakannya untuk menghadapi massa.

Meski begitu, badan HAM Amnesty International sudah secara tegas menggolongkan gas air mata sebagai hal yang berbahaya.

Tapi sejauh ini, fungsi gas ini masih belum ditemukan penggantinya, apalagi saat massa membludak dan aparat merasa perlu cara untuk mengurainya.

https://internasional.kompas.com/read/2022/10/02/183000170/sejarah-gas-air-mata-pengurai-massa-dengan-dampak-berbahaya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke