Salin Artikel

Penyebab Berakhirnya Perang Dingin dan Hubungan Baik Mikhail Gorbachev-Ronald Reagan

Gorbachev bahkan sempat mengunjungi Washington dan berjabat tangan dengan Reagan diiringi sorak-sorai serta tepuk tangan pada 1990.

Adapun berakhirnya Perang Dingin ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991.

Ronald Reagan merupakan satu dari sembilan Presiden AS semasa Perang Dingin (1947-1991). Perang Dingin berakhir ketika AS dipimpin George HW Bush. Reagan menjabat presiden periode 1981-1989.

Dikutip dari Nixon Foundation, ketika Ronald Reagan menjadi presiden pada 1981, Leonid Brezhnev masih menjadi pemimpin Uni Soviet.

Selama empat tahun berikutnya, Brezhnev dan dua penerusnya yaitu Yuri Andropov dan Konstantin Chernenko meninggal saat menjabat.

Sampai akhirnya Mikhail Gorbachev naik jabatan pada 11 Maret 1985, dan Ronald Reagan membangun hubungan baik dengan pemimpin Soviet itu.

KTT pertama Ronald Reagan dengan Gorbachev adalah pada November 1985, yang kedua di Reykjavik tahun 1986, dan mereka hampir mencapai kesepakatan menghilangkan persenjataan nuklir masing-masing negara pada tahun 2000.

Kesepakatan tersebut kolaps karena Gorbachev tidak menyetujuinya jika Reagan enggan membatasi penelitian tentang Inisiatif Pertahanan Strategis di laboratorium.

Pada 1987, Reagan dan Gorbachev menandatangani Treaty on Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) untuk menghilangkan semua rudal balistik nuklir jarak menengah dan pendek, dengan verifikasi.

Pada awalnya, Gorbachev yang merupakan anggota Partai Komunis hampir berbeda haluan dengan Reagan. Keduanya berasal dari negara yang saling curiga satu sama lain.

Namun, ketika Reagan mulai menjabat pada 1981, salah satu tujuan utamanya--secara diam-diam--adalah untuk meredakan Perang Dingin dan ketegangan nuklir dengan Soviet.

Dia mengajukan tawaran kepada tiga pemimpin Soviet yaitu Leonid Brezhnev, Turi Andropov, dan Konstantin Chernenko, tetapi semuanya mentah dan tidak ada yang bertahan cukup lama untuk menjalin hubungan.

Ketika Mikhail Gorbachev menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis pada Maret 1985 setelah kematian Chernenko, Gedung Putih merasakan adanya celah potensial, kata Jack Matlock yang kemudian menjadi negosiator utama Reagan dengan Moskwa dan kemudian Duta Besar AS untuk Rusia.

"Di awal masa jabatannya, Reagan menyebut Uni Soviet sebagai kerajaan jahat," kata Matlock kepada kantor berita AFP, Rabu (31/8/2022). "Tapi sejak awal, dia berbicara tentang negosiasi dan kemungkinan membangun hubungan damai jika pemimpin Soviet mau menggandeng dunia bebas."

"Hanya ada sedikit tanggapan sampai Gorbachev (menjabat). Dengan Gorbachev, mereka akhirnya mulai berkomunikasi, dan dalam dua atau tiga tahun mereka hampir, bisa dibilang, satu suara," lanjutnya memaparkan.

Gorbachev bukanlah idealis buta, kata John Lenczowski penasihat utama urusan Soviet di dewan keamanan nasional Reagan.

Gedung Putih tahu Gorbachev mewarisi ekonomi yang melemah, militer yang melihat Pentagon semakin superior dan mengancam, serta Partai Komunis yang merosot keperkasaannya.

Gorbachev perlu meredakan persaingan militer dengan Amerika Serikat terlebih dahulu jika dia ingin mengatasi dua tantangan lainnya dan mempertahankan Uni Soviet.

"Dia menjadi sekretaris jenderal melihat bahwa Uni Soviet berada dalam keadaan krisis ganda. Dia berusaha mengatasi krisis itu untuk menyelamatkan sistem Soviet," ungkap Lenczowski.

Reagan, sementara itu, melihat paranoia Kremlin tentang Amerika Serikat sebagai hal yang berbahaya bagi keduanya.

"Reagan mulai berpikir bahwa kita perlu menguranginya, dan mencoba mengelola hubungan sedikit lebih lembut," ujar Lenczowski.

Namun, Gedung Putih merasakan perubahan nada saat kedua pihak membahas kemajuan negosiasi pengendalian senjata nuklir.

"Mereka berdua adalah orang yang suka damai," kata Matlock.

"Gorbachev semakin menyadari, dia memiliki sistem yang perlu diubah. Tapi dia tidak bisa mengubahnya selama Perang Dingin sedang berlangsung, dan Anda memiliki perlombaan senjata."

"Dan saya pikir Reagan mengerti itu. Dan Reagan tidak keluar untuk menjatuhkan Uni Soviet."

Pemecah kebuntuan besar mereka adalah KTT di Jenewa pada November 1985. Pembicaraan berlangsung tegang dan hanya sedikit yang disepakati, tetapi Ronald Reagan dan Mikhail Gorbachev bercakap satu lawan satu, memunculkan benih kepercayaan.

Satu tahun kemudian, keduanya bertemu di Reykjavik untuk pembicaraan lebih lanjut, tetapi lagi-lagi hanya berbuah sedikit kemajuan.

Media menyebut pertemuan itu gagal, tetapi kenyataannya, kata Matlock, kedua pihak menemukan lebih banyak kesamaan. Hubungan baik pun semakin mengakar

Ketika Gorbachev ke Washington pada Desember 1987, dia dan Reagan dapat menandatangani perjanjian penting tentang pembatasan kekuatan nuklir jarak menengah.

"Awalnya dia mengira Reagan sangat konservatif," kata Matlock tentang Gorbachev. "Tetapi seiring berjalannya waktu, dan ketika mereka mulai setuju, mereka semakin menjadi teman."

Lama setelah dia disingkirkan dari politik Rusia, Gorbachev kembali ke Amerika Serikat pada 2004 untuk menghadiri pemakaman Reagan.

"Saya pikir mereka berdua memiliki cita-cita yang sama. Mereka berdua membenci senjata nuklir dan berharap bisa menghapusnya, itu kebenarannya," ucap Matlock.

"Sangat sedikit staf mereka yang berpikir bahwa itu mungkin, tetapi mereka melakukannya."

https://internasional.kompas.com/read/2022/09/01/233000870/penyebab-berakhirnya-perang-dingin-dan-hubungan-baik-mikhail-gorbachev

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke