Salin Artikel

Siapa Taliban dan Apa Tujuannya?

KABUL, KOMPAS.com – Siapa Taliban dan apa tujuannya mungkin menjadi salah satu pertanyaan yang muncul di benak banyak masyarakat saat ini ketika berbicara tentang Afghanistan.

Taliban dulu sempat berkuasa di Afghanistan. Kelompok itu lalu digulingkan dari kekuasannya di negara tersebut oleh pasukan yang dipimpin oleh AS pada 2001.

Pada 15 Agustus 2021, Taliban kembali menguasi negara tersebut. Hal ini terjadi setelah Amerika Serikat (AS) menarik kekuatannya di Afghanistan.

Taliban sempat melakukan pembicaraan langsung dengan AS pada 2018, dan keduanya pada Februari 2020 menandatangani kesepakatan damai di Doha yang berisi komitmen AS untuk menarik pasukan dan Taliban tak melakukan serangan pada pasukan AS.

Janji-janji lain termasuk tidak mengizinkan al-Qaeda atau militan lain untuk beroperasi di area yang dikuasainya, dan melanjutkan perjanjian perdamaian nasional.

Tetapi pada kenyataannya, setahun setelah perjanjian itu ditekan, Taliban terus menargetkan serangan ke pasukan keamanan Afghanistan dan dengan cepat menyerang berbagai wilayah di seluruh negeri.

Siapa Taliban dan apa tujuannya?

Taliban adalah kata yang berarti "murid" dalam bahasa Pashto.

Taliban dilaporkan pertama kali muncul pada awal 1990-an di utara Pakistan setelah pasukan Uni Soviet mundur dari Afghanistan.

Gerakan ini mulanya didominasi oleh orang-orang Pashtun dan pertama kali muncul di pesantren-pesantren —sebagian besar dibiayai oleh Arab Saudi— yang biasanya menganut aliran Sunni garis keras.

Tujuan Taliban atau janji Taliban di wilayah-wilayah Pashtun adalah untuk mengembalikan perdamaian dan keamanan berdasarkan Syariah Islam jika mereka berkuasa.

Wilayah Pashtun adalah wilayah yang tersebar di Pakistan dan Afghanistan.

Dari Afghanistan barat-daya, Taliban dengan cepat menyebarkan pengaruhnya.

Pada September 1995, Taliban merebut Provinsi Herat, di perbatasan Iran, dan tepat setahun kemudian mereka merebut ibu kota Afghanistan, Kabul.

Taliban menggulingkan kekuasaan rezim Presiden Burhanuddin Rabbani —salah satu pendiri mujahidin Afghanistan yang menentang pendudukan Uni Soviet.

Pada 1998, Taliban sempat menguasai hampir 90 persen wilayah Afghanistan.

Dilansir dari BBC, masyarakat Afghan yang sudah lelah dengan ekses mujahidin dan pertikaian setelah Soviet terusir kemudian secara umum menyambut kemunculan Taliban saat mereka pertama kali muncul.

Popularitas ini sebagian besar karena keberhasilan mereka memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum, dan membuat jalan-jalan dan area-area di bawah kekuasaan mereka aman untuk perdagangan.

Tetapi, Taliban juga memperkenalkan atau mendukung hukuman yang sejalan dengan penafsiran mereka akan hukum Syariah.

Misalnya, eksekusi di depan umum terdakwa pembunuhan dan pezina, atau amputasi bagi mereka yang diputuskan bersalah karena pencurian.

Para pria pun diharuskan menumbuhkan jenggot, sementara para perempuan diwajibkan mengenakan burka yang menutup seluruh tubuh.

Taliban juga melarang televisi, musik dan bioskop.

Selain itu, Taliban tidak memperbolehkan anak perempuan di atas 10 tahun untuk sekolah.

Taliban pun telah dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan budaya.

Salah satu yang paling terkenal adalah pada 2001, ketika Taliban melanjutkan penghancuran patung Buddha Bamiyan yang terkenal di Afghanistan tengah, meski muncul kemarahan internasional.

Pakistan telah berulang kali membantah sebagai arsitek berdirinya gerakan Taliban.

Namun tak diragukan, banyak warga Afghanistan yang bergabung dengan gerakan ini adalah lulusan madrasah-madrasah di Pakistan.

Pakistan juga merupakan satu dari tiga negara, bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), yang mengakui Taliban saat mereka berkuasa di Afghanistan.

Pakistan juga negara terakhir yang memutuskan hubungan diplomatik dengan kelompok tersebut.

Di satu titik, Taliban mengancam akan merusak stabilisasi Pakistan dari area-area yang mereka kuasai di wilayah barat laut.

https://internasional.kompas.com/read/2022/08/15/222900570/siapa-taliban-dan-apa-tujuannya-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke