Salin Artikel

5 Negara yang Bangkrut Sebelum Sri Lanka, Bagaimana Cara Mereka Bertahan?

Daftar negara bangkrut ini kebanyakan diisi negara Eropa, selebihnya di Amerika Selatan dan Meksiko.

Berikut adalah daftar negara yang bangkrut sebelum Sri Lanka dan semuanya kolaps karena utang.

Para pemimpin Eropa kemudian ramai-ramai mencari solusi. Uni Eropa pada 2016 mengucurkan dana 7,5 miliar euro (kini Rp 117,4 triliun) untuk membayar utang.

Sementara itu, Pemerintah Yunani memotong anggaran dan menaikkan pajak yang mengakibatkan lonjakan pengangguran dan kemiskinan.

Dikutip dari Euronews, Yunani bisa keluar dari kategori negara yang bangkrut setelah mendapat tiga bailout berturut-turut dengan total sekitar 260 miliar euro (kini Rp 4 kuadriliun) selama 2010-2018 dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Bailout adalah bantuan keuangan guna menyelamatkan dari kebangkrutan.

Bahkan pada awal Mei 2022 Yunani bisa melunasi semua utangnya kepada IMF lebih cepat dua tahun dari jadwal semula.

Islandia bangkrut bermula dari deregulasi sistem perbankan pada 2001. Bank-bank teratasnya mengambil utang besar-besaran untuk mendanai berbagai ekspansi.

Namun, ketika pasar kredit global mengering setelah jatuhnya sektor keuangan Amerika Serikat (AS), bank-bank Islandia tak mampu membayar utang mereka.

Sistem perbankan Islandia yang tumbuh pesat hingga 2008 tiba-tiba memiliki utang setara 10 kali PDB (Produk Domestik Bruto) negara itu.

Sebanyak tiga bank besar kolaps, negara jatuh ke jurang depresi dan ekonominya berkontraksi 10 persen selama dua tahun ke depan.

Dikutip dari Policy Forum, Islandia mulai keluar dari daftar negara bangkrut setelah mendapat bailout IMF pada 2009. Pemerintah juga menaikkan pajak (terutama untuk pendapatan yang lebih tinggi), memotong anggaran pendidikan dan kesehatan, serta memangkas gaji sektor publik.

Dengan pemulihan yang solid, perekonomian Islandia berangsur membaik. Penganggurannya tetap stabil di angka 4 persen, dan pada 2014 ekonominya 1 persen lebih besar daripada sebelum 2008.

Penyebab Argentina bangkrut adalah kebijakan mematok peso ke dollar AS, utang publik yang tidak terkendali, dan korupsi yang merajalela.

Akibatnya, pada 2001 angka pengangguran melebihi 20 persen dan Argentina dinyatakan gagal membayar utang 100 miliar dollar AS (kini Rp 1,47 kuadriliun), terbesar dalam sejarah negara itu.

Saking parahnya krisis Argentina bangkrut, "Negeri Tango" sampai berganti presiden empat kali selama akhir 2001 hingga tahun baru 2002. Salah satu presidennya yaitu Fernando de la Rua melarikan diri dengan helikopter.

Restrukturisasi utang Argentina dimulai pada Januari 2005 dari pemegang obligasi yang terkena dampak.

Mayoritas pasar obligasi Argentina berikutnya didasarkan pada obligasi terkait PDB dan investor, baik asing maupun domestik.

Salah satu investor tunggal terbesar di obligasi Argentina saat itu adalah Venezuela, yang membeli total lebih dari 5 miliar dollar AS (kini Rp 73,96 triliun) obligasi Argentina yang direstrukturisasi dari tahun 2005 hingga 2007.

Selama 2001-2006, Venezuela adalah pelunas tunggal terbesar utang Argentina.

Dikutip dari Deutsche Welle, utang Argentina dibayar lunas saat masa pemerintahan presiden Mauricio Macri pada 2015-2019. Argentina pun dapat kembali ke pasar modal global.

Sebelumnya, Rusia sudah menanggung utang internasional yang menggunung dan mengalami penurunan produktivitas nasional.

Pada 1990 terjadi krisis rubel. Pasar saham Rusia kehilangan 75 persen nilainya dan inflasi mencapai 80 persen karena investor meninggalkan pasar.

Alhasil, Rusia hanya mampu membayar tak sampai 10 miliar dollar AS (kini Rp 147,9 triliun) dari 17 miliar dollar AS utangnya kepada IMF.

Ekonomi Rusia juga mengalami kontraksi 5,3 persen pada 1998 karena pengangguran mencapai 13 persen.

Efek internasional dari krisis keuangan Rusia dikenal sebagai "Flu Rusia", tersebar luas dan mempengaruhi pasar di AS, negara-negara Asia, Baltik serta Eropa.

Setelahnya, Bank Dunia mengungkap bahwa pinjaman senilai 5 miliar dollar AS (Rp 71,3 triliun) dari Bank Dunia dan IMF dicuri pada malam krisis keuangan Rusia.

Upaya Rusia keluar dari daftar negara bangkrut dimulai dengan restrukturisasi utang pada 1999 dan 2000.

Dikutip dari situs web Rabobank, pada Juli 1999 IMF sepakat menyuntikkan dana 4,5 miliar dollar AS (kini Rp 66,52 triliun) untuk membawa Rusia kembali ke akses pasar keuangan internasional.

Berkat depresiasi rubel yang tajam pada 1999 dan kenaikan harga minyak dunia, ekonomi Rusia bisa pulih dengan cepat. Pertumbuhannya 6,4 persen pada 1999, 10 persen tahun 2000, dan 5,3 persen saat 2001.

Sementara itu, inflasi turun dari 85,7 persen pada 1999 menjadi 20,8 persen serta 21,5 persen pada 2001. Tingkat pengangguran yang semula 13 persen pada 1998 dan 1999 turun jadi 9 persen pada 2001.

Meksiko bangkrut karena utang publik yang baik cepat dan program ekspansi fiskal besar-besaran oleh pemerintahan presiden Luis Echeverria.

Krisis minyak pada akhir 1970-an memperburuk situasi hingga peso Meksiko terdepresiasi 50 persen. Pemerintah pun tak mampu membayar utang pinjaman dari AS dan IMF.

Bahkan selama lima tahun berikutnya PDB Meksiko turun 11 persen dan memicu Krisis Utang Amerika Latin, ketika negara-negara di seluruh kawasan tersebut tak mampu membayar utang luar negerinya.

Meksiko akhirnya dibantu dengan dana bailout dari IMF, Kanada, sejumlah negara Amerika Latin, dan khususnya pinjaman 50 miliar dollar AS (kini Rp 713,3 triliun) oleh Presiden AS saat itu Bill Clinton.

Dana itu menyelamatkan Meksiko dan sebagian besar Amerika Latin dari kemungkinan krisis keuangan yang lebih besar.

Itulah lima daftar negara yang bangkrut di dunia sebelum Sri Lanka sejak 1980-an. Jika ditelusuri lebih jauh ke belakang, Spanyol adalah negara berdaulat pertama yang bangkrut di dunia yaitu pada 1557.

https://internasional.kompas.com/read/2022/06/27/172700870/5-negara-yang-bangkrut-sebelum-sri-lanka-bagaimana-cara-mereka

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke