Salin Artikel

Runtuhnya Vietnam Selatan dan Dampaknya di Asia Tenggara

Dalam buku "Hafal Mahir Materi Sejarah SMA/MA Kelas 11, 12, 13" (2018) karya Santi Sari Dewi, dampak runtuhnya Vietnam Selatan yang pertama adalah perubahan nama ibu kota Saigon menjadi Ho Chi Minh oleh Vietkong.

Vietkong adalah gerilyawan komunis di Vietnam Selatan yang kader-kadernya disusupkan Pemerintah Vietnam Utara.

Selain berhasil memengaruhi rakyat Vietnam Selatan untuk menentang pemerintahannya sendiri, mereka juga berhasil membentuk dan membantu gerilyawan komunis di Vietnam.

Perang Vietnam Utara dan Selatan

Pembagian Vietnam menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan berdasarkan Perjanjian Jenewa berujung pada pertempuran hebat.

Ho Chi Minh, tokoh Pergerakan Nasional Vietnam dan berkeinginan supaya Vietnam bersatu, tidak mau menerima hasil Perjanjian Jenewa.

Pembentukan Vietnam Selatan dia anggap sebagai penghalang tercapainya persatuan seluruh Vietnam.

Untuk mengalahkan Vietnam Selatan, Ho Chi Minh menyusupkan pasukan Viet Minh ke sana. Upayanya mendapat bantuan dari negara-negara komunis yaitu Uni Soviet dan China.

Akan tetapi, Blok Barat yang mengetahui tindakan Uni Soviet dan China terhadap Vietnam Utara serta mempunyai kepentingan di Vietnam Selatan, juga berusaha mempertahankan wilayah tersebut.

Amerika Serikat (AS) kemudian memerintahkan pasukannya membantu Vietnam Selatan, dan terjadilah Perang Vietnam yang merupakan contoh konkret perebutan pengaruh dua negara adidaya.

Perang Vietnam terjadi pada 1955-1975, juga disebut Perang Indochina II.

Dampak runtuhnya Vietnam Selatan di Asia Tenggara

Perang Vietnam diperkirakan menewaskan lebih dari tiga juta orang, termasuk lebih dari 58.000 orang Amerika dan tak kurang dari dua juta korbannya adalah warga sipil Vietnam.

Runtuhnya Vietnam Selatan membuat pasukan Vietnam Utara mendeklarasikan berdirinya negara Vietnam baru dengan ideologi komunis.

Dampak runtuhnya Vietnam Selatan terhadap kondisi politik dan perkembangan ideologi di kawasan Asia Tenggara adalah menguatnya paham komunis di Kamboja dan Laos.

Kamboja dan Laos adalah dua negara yang berbatasan langsung dengan Vietnam.

Dikutip dari KompasStori, ketika Perang Vietnam meletus pada 1955 Laos dan Kamboja masih menjadi negara netral yang berusaha tidak terlibat dalam perang saudara yang terjadi pada tetangganya.

Namun, harapan tersebut sangat sulit diwujudkan, karena Laos dan Kamboja dilewati Jalur Ho Chi Minh, yaitu jalur logistik yang membentang dari Vietnam Utara sampai Vietnam Selatan melalui kerajaan tetangga Laos dan Kamboja.

Alasan Laos dan Kamboja terlibat dalam Perang Vietnam 1970, karena kedua negara ini dijadikan sebagai jalur perbekalan atau penyerangan oleh para tentara Vietnam Utara.

Komunis di Laos saat itu dikuasai oleh Pathet Lao, kelompok yang bersekutu dengan Vietnam Utara dan Uni Soviet selama Perang Vietnam.

Kelompok yang didirikan pada 1950 ini dipimpin oleh Pangeran Souphanouvong, yang pernah menjalani pendidikan di Vietnam.

Paham komunis yang terus berkembang menyebabkan terjadinya perang saudara akibat perbedaan ideologi.

Kamboja pada awalnya lebih condong ke paham liberalis, sementara Vietnam Utara berideologi komunis.

Pasca-kemenangannya, Vietnam Utara terus menyebarkan pengaruh komunisnya ke berbagai negara di Asia, salah satunya Kamboja.

Hal ini kemudian membuat Vietnam dan Kamboja terlibat perang saudara sejak 1977 hingga 1979.

Buku "Hafal Mahir Materi Sejarah SMA/MA Kelas 11, 12, 13" karya Santi Sari Dewi yang diterbitkan Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, bisa dibeli di Gramedia.com.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Verelladevanka Adryamarthanino | Editor: Widya Lestari Ningsih)

https://internasional.kompas.com/read/2022/02/22/223700470/runtuhnya-vietnam-selatan-dan-dampaknya-di-asia-tenggara

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke