Salin Artikel

5 Bencana yang Sebabkan Kepunahan Massal di Bumi

KOMPAS.com - Bencana kepunahan massal di bumi yang paling terkenal adalah tabrakan asteroid raksasa yang memusnahkan dinosaurus 66 juta tahun yang lalu. Peristiwa itu melenyapkan sekitar 76 persen spesies dunia.

Tetapi meskipun itu parah, ada beberapa peristiwa mendekati “kiamat” lainnya yang lebih dahsyat sepanjang sejarah 4,5 miliar tahun planet Bumi.

Daily Mail mengulas berbagai peristiwa bencana yang berbeda ini, dari “Kematian Massal” hingga bencana alam Kellwasser.

1. Kepunahan Ordovician-Silurian (444 juta tahun yang lalu)

Bencana kepunahan massal bumi pertama yang diketahui terjadi sekitar 444 juta tahun yang lalu. Saat itu, hampir semua kehidupan ada di laut dan tanaman baru saja mulai muncul di darat.

Para ilmuwan percaya bencana itu kemungkinan besar terjadi akibat pendinginan global bumi dan penurunan permukaan laut hingga ratusan kaki. Kondisi tersebut secara dramatis berdampak kemunculan spesies laut yang hidup di perairan pantai yang hangat dan dangkal.

Itu adalah kepunahan massal bumi terburuk kedua yang diketahui sains dan membunuh sekitar 85 persen dari semua spesies planet Bumi.

Pada awal peristiwa Ordovisium, dunia adalah tempat yang sangat berbeda dari sekarang. Sebagian besar benua modern menempel bersama sebagai satu super-benua yang dijuluki Gondwana.

Para ahli mengatakan pendinginan global mungkin diprakarsai oleh munculnya Pegunungan Appalachia Amerika Utara, yang pada gilirannya menyedot karbon dioksida dari atmosfer.

2. Kepunahan Late Devonian (383 - 359 juta tahun yang lalu)

Peristiwa Kellwasser yang misterius, dimulai sekitar 383 juta tahun yang lalu. Ini diawali dengan serangkaian getaran (gempa) menyebabkan tingkat oksigen laut anjlok, dan akhirnya 75 persen dari semua spesies Bumi menghilang selama rentang 20 juta tahun.

Getaran yang lebih buruk adalah peristiwa Kellwasser itu sendiri, yang membunuh sejumlah makhluk pembentuk terumbu karang.

Tidak jelas apa yang memicu kepunahan khusus ini. Tetapi semua jenis bencana mulai dari vulkanisme, asteroid yang menghantam Bumi, dan bahkan adaptasi tanaman, telah disalahkan atas kejadian ini.

Ini karena wilayah besar batuan vulkanik yang sekarang dikenal sebagai Perangkap Siberia diketahui meletus dalam beberapa juta tahun sebelum peristiwa Kellwasser.

Bencana itu memuntahkan 240.000 mil kubik lava dan melepaskan belerang dioksida ke atmosfer, yang dapat menyebabkan hujan asam.

Sementara itu, salah satu kawah tabrakan meteor terbesar yang hingga hari ini masih ada di Bumi, Siljan Sweden (selebar 32 mil), terbentuk sekitar 377 juta tahun yang lalu.

Para ilmuwan berpikir tumbuhan bumi mungkin juga berkontribusi atas bencana-bencana itu. Dalam proses itu banyak tumbuh menjadi lebih besar dengan akarnya lebih dalam, sehingga mempercepat laju pelapukan batuan.

Pada gilirannya semua itu menyebabkan lebih banyak nutrisi mengalir dari darat ke lautan, dan memicu pertumbuhan alga. Kondisi tersebut juga menyebabkan pembentukan “zona mati” di perairan Bumi, karena ketika alga mati dia menghilangkan oksigen dari lautan.

Para ilmuwan mengatakan tidak hanya tanaman yang disalahkan atas Peristiwa Kellwasser, tetapi juga penyebaran pohon yang menyedot karbon dioksida dari atmosfer dan menyebabkan pendinginan global.

3. Kepunahan Permian-Triassic (252 juta tahun yang lalu)

Kepunahan massal Permian Akhir ini adalah peristiwa terbesar yang pernah dihadapi Bumi dan yang paling memengaruhi ekologi planet kita.

Bencana yang terjadi pada 252 juta tahun yang lalu ini menyebabkan 97 persen spesies di masa itu hanya meninggalkan jejak fosil dan menghilang selamanya.

Semua kehidupan di Bumi saat itu turun, hanya tersisa 10 persen hewan, tumbuhan, dan mikroba yang selamat dari kepunahan massal Permian.

Sebelumnya, diyakini letusan besar menyelimuti Bumi dalam kabut asap tebal, dan menghalangi sinar matahari mencapai permukaan planet.

Namun, temuan baru menunjukkan letusan gunung berapi besar yang berlangsung selama hampir satu juta tahun melepaskan reservoir besar bahan kimia mematikan ke atmosfer hingga merusak lapisan ozon Bumi.

Rusaknya satu-satunya perlindungan yang dimiliki bumi terhadap sinar UV matahari yang mematikan, menyebabkan jumlah kematian meroket di antara organisme hidup.

4. Kepunahan Triassic-Jurassic (201 juta tahun yang lalu)

Setelah pulih dari “Kematian Massal”, kehidupan kembali berkembang dan beragam di bumi. Namun kemunduran lainnya terjadi sekitar 201 juta tahun yang lalu.

Kali ini, hingga 80 persen dari semua spesies darat dan laut musnah, sebagian besar karena pengasaman lautan Trias.

Pada akhir periode itu, Bumi menghangat rata-rata antara minus 15 hingga minus 5 derajat Celsius. Penyebabnya diyakini karena sejumlah besar gas rumah kaca terdorong ke atmosfer oleh bagian Magmatik Atlantik Tengah, yang memiliki volume lavanya yang sangat besar.

Dinosaurus paling awal kemudian mulai bermunculan di seluruh dunia dan dengan cepat terdiversifikasi.

5. Kepunahan Cretaceous-Paleogen (66 juta tahun yang lalu)

Kepunahan adalah bagian dari kehidupan. Sekitar 98 persen dari semua organisme yang pernah ada di planet bumi telah menghilang selama sejarah Bumi.

Namun, tidak ada bencana kepunahan massal yang lebih terkenal dari akhir masa kehidupan dinosaurus 66 juta tahun yang lalu.

Asteroid Chicxulub, yang lebarnya sekitar 12 km, menabrak Bumi di perairan yang sekarang menjadi Semenanjung Yucatan di Meksiko dengan kecepatan 45.000 mil per jam.

Tidak hanya meninggalkan kawah dengan lebar lebih dari 120 mil, tabrakan Asteroid itu juga menyebabkan tsunami besar dan memicu kebakaran hutan di daratan mana pun dalam jarak 900 mil dari wilayah dampak.

Debu dan puing-puing yang meletus ke atmosfer juga menyebabkan pendinginan global dan merusak ekosistem. Bencana ini menyebabkan hilangnya sekitar 76 persen spesies dunia.

https://internasional.kompas.com/read/2022/01/18/220000070/5-bencana-yang-sebabkan-kepunahan-massal-di-bumi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke