Salin Artikel

Biografi Sun Yat Sen, Bapak China Modern

KOMPAS.com - Sun Yat Sen dikenal sebagai tokoh utama Revolusi China 1911 atau Revolusi Xinhai.

Revolusi ini dilatarbelakangi ketidakmampuan Dinasti Qing mengangkat kembali kejayaan China.

Sun Yat Sen awalnya menjadi orang yang paling diburu oleh Qing hingga harus melarikan diri ke beberapa negara.

Tapi akhirnya, revolusi yang direncanakan bertahun-tahun membuahkan hasil pada Oktober 1911.

Dinasti Qing yang tidak mampu mengatasi pemberontakan dan runtuh pada awal 1912.

Sun Yat Sen dipilih menjadi presiden sementara Republik China.

Sun Yat Sen diakui secara luas sebagai Bapak Bangsa China Modern, baik di China Daratan maupun Taiwan.

Warisannya yang paling terkenal sebuah pemikiran atau ideologi politik yang disebut Tiga Prinsip Rakyat (San-min Chu-i).

Masa Muda Sun Yat Sen

Dilansir History, Sun Yat Sen lahir pada 12 November 1866 di Desa Cuiheng, Xiangshan, Provinsi Zhongshan.

Nama aslinya adalah Sun Wen dan nama silsilahnya adalah Sun Deming. Saat masih kanak-kanak, ia dipanggil Dixiang, sementara nama baptisnya adalah Rixin.

Sun Yat Sen adalah putra dari petani miskin yang merantau ke Honolulu, Hawaii, untuk mengikuti kakak lelakinya yang menempuh pendidikan.

Pada 1883, ia kembali ke China lalu pindah ke Hong Kong untuk menempuh pendidikan kedokteran.

Saat masih bersekolah di Hong Kong inilah ia mendapatkan nama Sun Yat Sen.

Pada 1886, Sun Yat Sen menikah dengan Lu Muzhen, yang kemudian mempunyai tiga anak.

Sun Yat Sen belajar kedokteran di sebuah rumah sakit di bawah misionaris Kristen, John Kerr.

Pada 1892, ia mendapat izin praktik Kristen sebagai dokter medis dari Hong Kong College of Medicine untuk China (pendahulu The University of Hong Kong).

Pada akhirnya, ia memutuskan untuk meninggalkan dunia medis dan kembali ke Hawaii guna mendirikan organisasi pergerakan yang akan menjatuhkan kekuasaan Dinasti Qing.

Peran Sun Yat Sen Mendirikan China Modern

Sun Yat Sen dikenal akan ideologi atau pemikirannya yang disebut Tiga Prinsip Rakyat.

Tiga prinsip yang dimaksud sering diringkas sebagai nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.

Nasionalisme yang dimaksud adalah bahwa China harus mengembangkan kesadaran nasional untuk menyatukan rakyatnya dalam menghadapi agresi imperialis.

Prinsip demokrasi berarti kekuatan rakyat untuk mengekspresikan keinginan politik mereka.

Sementara kesejahteraan rakyat dapat dipahami sebagai kritik langsung terhadap pemerintahan Dinasti Qing membiarkan rakyatnya hidup dalam kemelaratan.

Atas pemikiran itu, jetika kembali ke China pada 1883, Sun Yat Sen merasa sangat terganggu dengan keterbelakangan di negerinya.

Penguasa menuntut pajak yang terlalu tinggi, sementara rakyatnya dibiarkan miskin dan tidak memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan pemikiran.

Sun Yat Sen yakin bahwa China perlu ditata dengan cara yang baru melalui revolusi.

Setelah meninggalkan dunia medis, ia kembali ke Hawaii guna mendirikan organisasi pergerakan yang akan menjatuhkan kekuasaan Dinasti Qing.

Pada 1894, Sun Yat Sen mulai menyerukan penghapusan monarki dan pembentukan republik.

Setelah China kalah dalam perang melawan Jepang (1894-1895), Sun Yat Sen kembali ke Hong Kong untuk merancang pemberontakan Guangzhou, tetapi gagal.

Selama 16 tahun berikutnya, ia berkelana ke beberapa negara untuk memelajari pemikiran politik dan ekonomi Barat guna membangun negerinya sambil mencari donatur untuk membiayai pemberontakan.

Pada 1908, ia sempat melarikan diri ke Singapura karena kejaran pemerintah Qing.

Dari situ, ia melakukan perjalanan lagi, termasuk ke Malaya dan Indonesia, untuk menyebarkan pemikiran Tiga Prinsip Rakyat.

Upayanya tidak sia-sia, Sun Yat Sen mendapat dukungan secara finansial, moral, dan politik dari dunia internasional.

Revolusi China 1911

Revolusi yang diupayakan Sun Yat Sen pecah pada 1911 hingga Dinasti Qing tidak mampu mengatasi pemberontakan.

Pada awal 1912, Dinasti Qing runtuh dan Sun Yat Sen terpilih menjadi presiden sementara Republik China.

Namun untuk menghindari perang saudara, Sun Yat Sen mengundurkan diri dan menyerahkan jabatannya kepada Yuan Shikai, mantan menteri pada masa kekaisaran.

Setelah mencium ambisi Yuan, Sun Yat Sen segera melancarkan perlawanan hingga mencapai kursi kekuasaan pada 1916.

Ia kemudian mengubah organisasinya menjadi partai politik Kuomintang atau Partai Nasionalis China.

Pada 1917, Sun Yat Sen membentuk pemerintahan sendiri di Guangzhou untuk menandingi sisa-sisa penerus Yuan di Beijing.

Akhir Riwayat Sun Yat Sen

Pada 1923-1924, Sun Yat Sen sempat membentuk aliansi dengan Partai Komunis China.

Di akhir hidupnya, ia senantiasa berjuang untuk persatuan China dan membujuk berbagai tokoh fraksi supaya meninggalkan ambisi pribadi mereka.

Setelah meninggal pada 12 Maret 1925, perjuangan Sun Yat Sen diteruskan oleh rekannya dari Kuomintang, Chiang Kai Shek.

Sun Yat Sen sangat terkenal karena berjuang dalam persatuan nasional, pembangunan ekonomi, dan pembentukan pemerintahan republik China.

Gagasannya sangat berpengaruh dalam sejarah China modern.

https://internasional.kompas.com/read/2021/11/21/194500670/biografi-sun-yat-sen-bapak-china-modern

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke