Salin Artikel

Bolshevik: Revolusi Rusia dan Lahirnya Negara Sosialis Pertama Dunia

KOMPAS.com - Revolusi Bolshevik di Rusia terjadi pada 24 dan 25 Oktober dalam kalender Julian, sehingga membuat peristiwa ini sering disebut sebagai Revolusi Oktober.

Dalam Revolusi Bolshevik, kaum revolusioner kiri Rusia (Uni Soviet ketika itu) dipimpin oleh pemimpin Partai Bolshevik Vladimir Lenin. Dia melancarkan kudeta yang hampir tak berdarah, melawan pemerintahan sementara Duma (majelis perwakilan bentukan Nicholas II).

Pemerintahan sementara dibentuk oleh sekelompok pemimpin dari kelas kapitalis borjuis Rusia. Tapi Lenin malah menyerukan pemerintah Soviet yang akan diperintah langsung oleh dewan tentara, petani dan pekerja.

Bolshevik dan sekutu mereka kemudian menduduki gedung-gedung pemerintah dan lokasi strategis lainnya di Petrograd. Pemerintahan baru dengan Lenin sebagai pemimpinnya terbentuk dan menjadikannya diktator negara sosialis pertama di dunia.

Namun menurut menurut Historians Revolusi Bolshevik bukan sekadar sebuah revolusi pekerja industri melawan sekelompok kecil kapitalis yang kuat.

Ramalan Marx

Perubahan sistem pemerintahan di Rusia disebut di luar dugaan. Pasalnya, penulis sosialis Jerman, Karl Marx dalam karyanya yang paling terkenal “Capital and The Communist Manifesto”, meyakini revolusi komunis akan terjadi di negara industri maju, seperti Jerman atau mungkin Inggris.

Namun menurut Historians, sebenarnya tidak ada yang lebih cocok dengan formula revolusioner Karl Marx daripada yang dilakukan Uni Soviet pada 1917.

Pada waktu itu, Rusia adalah negara agraris yang terbelakang. Sebagian besar industrinya masih dalam masa pertumbuhan, dan sebagian besar dibiayai oleh modal asing, bukan modal asli.

Pada 1917 sebagian besar penduduk adalah petani, dan pekerja industri. Meskipun jumlahnya bertambah, kelompok ini masih merupakan minoritas yang sangat kecil di negara itu.

Sejumlah upaya telah dilakukan untuk memperkenalkan undang-undang tentang upah, jam, dan kondisi kerja. Ironisnya, para pekerja pabrik pada waktu itu hidup dalam kondisi yang mengenaskan.

Kesulitan ekonomi ini menyebabkan mereka memainkan peran yang jauh lebih besar dalam revolusi Bolshevik, berbeda daripada yang diharapkan mengingat jumlah mereka yang kecil.

Kelompok besar orang-orang kurang mampu di Rusia nyatanya bukan hanya kaum buruh industri, melainkan kaum tani.

Ketika mereka dibebaskan dari perbudakan pada 1861, para petani mendapat tanah dan janji akan kehidupan yang lebih baik. Pada 1914 hanya ada sedikit petani yang benar-benar tidak memiliki tanah.

Sebagian besar keluarga petani memiliki tanah baik secara individu atau sebagai bagian dari kelompok kolektif yang disebut mir atau komune. Tetapi kepemilikan mereka sangat kecil.

Akibatnya, sebagian besar dari mereka masih harus bekerja sebagai penggarap atau buruh tani, baik di perkebunan pemilik tanah besar atau di ladang petani kaya (yang dikenal sebagai kulak), atau di tanah milik negara atau milik Gereja.

Pada 1917 Rusia tidak hanya memiliki pekerja pabrik yang berusaha menggulingkan kelas kapitalis industri. Ada juga massa petani yang kekurangan tanah untuk mencari nafkah.

Para petani menginginkan lebih banyak tanah dan berharap mendapatkannya dari pemilik tanah besar seperti monarki, bangsawan, gereja, dan yang paling penting, negara.

Adapun kudeta sebenarnya, yang membawa Lenin ke tampuk kekuasaan, dilakukan oleh sekelompok revolusioner profesional, dengan dukungan dari garnisun Petrograd yang memberontak.

Penting untuk dicatat bahwa kudeta ini menggulingkan pemerintahan Kerensky, yang berusaha membangun rezim demokratis setelah menggulingkan kekaisaran Rusia pada Maret 1917.

Para pemimpin Bolshevik

Revolusi Bolshevik dipimpin oleh sekelompok intelektual, yang sebagian besar belum pernah melihat bangku pekerja atau menggunakan bajak petani.

Banyak dari mereka, terutama Lenin dan Trotsky, telah tinggal di pengasingan di luar negeri karena pandangan mereka memicu konflik dengan pemerintah kekaisaran.

Lenin sebagai pemandu revolusi, berasal dari kaum intelektual dan telah menghabiskan hidupnya bukan melakukan pekerjaan kasar, tetapi untuk menulis dan berbicara.

Buruh pabrik memainkan peran penting dalam menghancurkan pemerintahan lama dan dalam membela rezim Soviet yang baru. Terutama ketika Lenin mulai menyosialisasikan produksi (pertama-tama di industri dan perdagangan, kemudian di pertanian).

Jika diukur dari kekuatan yang terlibat, revolusi Bolshevik 1917 terutama merupakan pemberontakan agraria. Slogan para pemimpin gerakan ini adalah “Damai, Tanah, dan Roti.”

Roti diinginkan oleh semua orang, karena perang telah mengganggu transportasi dan menyebabkan kekurangan makanan di kota-kota.

Perdamaian juga menjadi kerinduan banyak orang, terutama oleh para prajurit di garis depan, yang kekurangan amunisi.

Tetapi tanah, di atas segalanya, diinginkan oleh para petani, yang selama 50 tahun menderita “kelaparan tanah” yang akut.

Pada 1917 banyak petani mengira mereka akan menggulingkan semua pemilik tanah besar dan menjadi pemilik individu atas tanah itu sendiri. Namun ini tidak terjadi dalam jangka panjang.

Pemerintah Uni Soviet tidak berniat mengubah petani menjadi pemilik properti individu. Kepemilikan tanah oleh petani dikhawatirkan akan mengembalikan kapitalisme dalam bentuk lain.

Pemerintah pasca revolusi Bolshevik bertekad menghancurkan semua kemungkinan akar kapitalisme di Rusia.

Rencana mereka adalah menciptakan status yang sama bagi pekerja di pabrik, yang tidak memiliki pabrik dan hanya menerima upah untuk mengoperasikan mesin. Juga bagi pekerja di pertanian, di mana para petani juga akan menjadi penerima upah.

Sementara tanah, seperti pabrik, bank, dan sumber daya alam negara bukan menjadi milik petani individu, tetapi milik negara. Pemerintah negara mengeklaim akan memberi penghargaan kepada petani atas pekerjaan mereka sebagai imbalannya.

Pemerintah vs petani

Rencana para pemimpin Soviet mendapat tentangan sengit dan keras dari pihak petani. Mereka berjuang mati-matian melawan pemerintah selama bertahun-tahun—kadang-kadang secara aktif, paling sering secara pasif.

Kadang, mereka menolak menabur atau mengumpulkan hasil panen. Para petani bahkan kerap merusak simpanan biji-bijian dan bahan makanan lainnya.

Pemerintah Uni Soviet membalas “demo” tersebut dengan berbagai tindakan represif. Salah satu hukuman yang sering digunakan yaitu mengirim “pemberontak” ke daerah terpencil di negara itu. Di sana, mereka dipaksa bekerja di jalan raya, kereta api, dan tugas lainnya.

Sekarang hampir semua tanah di Rusia adalah milik negara. Ada beberapa peternakan negara skala besar yang dijalankan seperti pabrik, dan para pekerja yang dibayar dengan upah tetap.

Sebagian besar tanah dibudidayakan oleh pertanian kolektif, yang anggotanya menerima bagian dari keuntungan bersih pertanian.

Perjuangan paling krusial dari para pemimpin Soviet bukanlah perlawanan yang dilakukan oleh para pekerja industri melawan para bankir, atau pemilik pabrik, dan tuan tanah. Tapi itu adalah perlawanan antara partai Bolshevik dan kaum tani.

Bahkan ketika pemerintah Soviet mengklaim mewakili pekerja pabrik, itu juga merupakan perlawanan antara pekerja dan petani, antara kota dan negara.

Mengejar negara lain

Perjuangan ini dilakukan berdampingan dengan perjuangan besar Revolusi Bolshevik lainnya. Seperti upaya untuk mengubah Rusia yang terbelakang, menjadi negara industri modern yang dapat mandiri dari dunia luar.

Para pemimpin Soviet ingin membebaskan Rusia dari ketergantungan pada dunia luar, yang menurut mereka mengancam akan menjadikan Rusia sebagai jajahan kekuatan industri maju. Mereka juga ingin membuat negara itu aman dari serangan satu atau lebih negara “kapitalis”.

Saat ini pemerintah Rusia memiliki semua sumber daya negara—pabrik, tambang, dan semua jenis produk pertanian dan mineral.

Dengan demikian Rusia telah melompat dari tahap pertanian primitif, yang nyaris tanpa industrialisasi, ke pengembangan skala besar dari semua sumber daya oleh negara, baik secara langsung atau melalui kerja sama pemerintah.

https://internasional.kompas.com/read/2021/11/09/210735670/bolshevik-revolusi-rusia-dan-lahirnya-negara-sosialis-pertama-dunia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke