Salin Artikel

Kasus Reynhard Sinaga, Pemerkosa Berantai Terbesar dalam Sejarah Inggris

KOMPAS.com – Pada Januari 2020, publik Inggris digemparkan oleh kasus yang menyeret nama Reynhard Sinaga, seorang pria asal Indonesia yang dihukum seumur hidup oleh Pengadilan Manchester, Inggris.

Kasus tersebut tak hanya menggemparkan Inggris, tapi juga membuat warga Indonesia membicarakannya.

Gaung kegemparan terasa sangat kuat karena Reynhard disebut sebagai pelaku pemerkosaan terbesar dalam sejarah Inggris, padahal namanya belum pernah muncul sebelumnya.

BBC bahkan menyebut Reynhard sebagai predator seksual dan pemerkosa berantai terbesar dalam sejarah Inggris.

Reynhard dijatuhi hukuman seumur hidup karena terbukti bersalah dalam 159 kasus pemerkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria.

Di antara total kasus tersebut, terdapat 136 dakwaan pemerkosaan dengan korbannya dilaporkan ada yang diperkosa berkali-kali.

Pada 11 Desember 2020, Mahkamah Banding Inggris memperberat hukuman yang dijatuhkan terhadap Reynhard yakni minimum 40 tahun sebelum dapat mengajukan permintaan pembebasan.

Menanggapi keputusan tersebut, Polisi Manchester Mabs Hussain mengaku gembira dan menyambut baik keputusan tersebut.

Terungkapnya kejahatan Reynhard Sinaga

Pada 2 Juni 2017, Reynhard melakukan serangan seksual terhadap seorang pria di apartemennya di pusat kota Manchester. Pria ini sebelumnya oleh Reynhard diberi obat bius.

Reynhard diyakini memasukkan obat yang dicurigai sebagai gamma hydroxybutyrate (GHB), obat bius yang menyerang sistem saraf, ke dalam tubuh korbannya.

Setelah menyuntikkan obat bius tersebut, Reynhard memulai serangan seksual terhadap pria yang berada dalam keadaan tak sadar itu.

Namun, tak seperti korban-korban Reynhard sebelumnya, pria yang merupakan olahragawan itu tiba-tiba tersadar ketika Reynhard tengah melakukan aksinya. Keduanya berkelahi hingga membuat Reynhard babak belur.

Korban lantas menelepon layanan darurat dengan melaporkan bahwa Reynhard mencoba memperkosanya.

Tak lama kemudian, petugas medis datang dan Reynhard dibawa ke rumah sakit. Di satu sisi, korban terlebih dahulu ditahan polisi karena dicurigai melakukan serangan fisik.

Ketika akan diborgol, korban menyerahkan ponsel milik Reynhard yang sebelumnya berhasil dia ambil.

Polisi tidak langsung bisa mengakses ponsel Reynhard karena dia terus memberi kode yang salah. Namun, polisi tidak menyerah hingga akhirnya Reynhard memberi kode yang benar.

Ketika polisi berhasil mengakses ponsel Reynhard, mereka menemukan rekaman-rekaman video yang menunjukkan Reynhard memerkosa para korban.

Dari sinilah kejahatan Reynhard terbongkar.

Polisi kemudian secara resmi menahan Reynhard dengan dakwaan melakukan pemerkosaan dan serangan seksual.

Kepolisian mengembangkan kasus tersebut berdasarkan data-data dari dua ponsel, laptop, dan harddisk yang ditemukan di apartemen Reynhard.

Polisi juga menemukan barang-barang milik korban di apartemen Reynhard seperti dompet, jam tangan, ponsel, kartu mahasiswa, dan surat izin mengemudi.

Dari data yang berhasil dikumpulkan, Reynhard diketahui memerkosa dan melakukan serangan seksual terhadap sejumlah pria dalam keadaan tidak sadar.

Karena banyaknya korban dan bukti yang didapat, persidangan dibagi menjadi empat dan Reynhard menjalani sidang pertamanya pada Mei 2018.

Polisi mengatakan, jika tak ada bukti rekaman video tersebut, bisa jadi kejahatan yang dilakukan Reynhard tak akan pernah terungkap.

Bahkan, file-file bukti kejahatan dari Reynhard mencapai 3 Terabyte. Dia diketahui melakukan kejahatan selama dua tahun yaitu mulai 1 Januari 2015 hingga 2 Juni 2017.

Pihak berwajib menyebut, Reynhard berada di Inggris karena tengah berkuliah.

Kasus dan proses hukum terhadap Reynhard dirahasiakan selama beberapa tahun hingga akhirnya terungkap setelah putusan hukuman terhadapnya diketok palu pada 6 Januari 2020.

Rupannya, polisi meminta pengadilan mengeluarkan putusan yang melarang media menerbitkan berita tentang kejahatan yang dilakukan Reynhard.

Hal tersebut didasarkan atas pentingnya perlindungan bagi para korban serangan seksual oleh Reynhard.

Di sisi lain, Jaksa Ian Rushton mengatakan bahwa kasus tersebut juga akan lebih sulit untuk ditelusuri jika mdeia diperbolehkan memberitakan kasus Reynhard.

Rushton menjelaskan, jika media dibebaskan untuk menerbitkan laporan, aparat penegak hukum tak ada pilihan selain menggelar kasus ini dalam satu persidangan saja sebagaimana dilansir BBC.

Operasi penyelidikan terhadap kasus yang menjerat Reynhard bahkan diberi nama, yakni Operation Island.

Pelarangan peliputan oleh media hingga kasusnya selesai rupanya turut membantu para korban memberikan kesaksian tanpa tekanan.

Polisi Manchester yang menyelidiki kasus Reynhard, Zed Ali, mengatakan bahwa beberapa dari korban tidak akan bersedia memberikan kesaksian, seandainya proses hukum ini berjalan terbuka dan media dibebaskan untuk menerbitkan berita tentang kasus ini.

Selain untuk melindungi korban, pembatasan pemberitaan diperlukan untuk memastikan Reynhard mendapatkan proses hukum yang adil.

Kini, beberapa korban mulai berani angkat bicara ke publik mengenai tragedi yang menimpanya.

Seorang korban Reynhard bernama Daniel memutuskan membuka identitasnya dan angkat bicara mengenai pengalaman buruknya saat dia diserang oleh predator seksual.

Daniel adalah korban Reynhard pertama yang berani membuka identitasnya. Ketika terbangun di apartemen Reynhard, dia mengaku tidak ingat apa-apa.

Baru setelah polisi memperlihatkan foto-foto serangan Reynhard dua tahun lalu, dia menyadari dirinya telah diperkosa.

"Mengerikan melihat diri saya begitu rapuh dalam foto-foto yang diabadikan orang lain," ujar Daniel sebagaimana dilansir BBC, Selasa (5/10/2021).

Daniel menjadi korban ketika dia sedang merayakan ulang tahunnya bersama teman-temannya pada 2015. Dia berpisah dengan kawan-kawannya ketika mereka pergi menaiki taksi ke rumah masing-masing.

“Saya perlu ke toilet jadi saya pergi ke sebuah gang. Saya tidak lagi ingat apa-apa setelah itu,” papar Daniel.

Pagi harinya, tiba-tiba saja dia tersadar dan terbangun di sofa serta berpakaian lengkap. Dia merasa pusing dan tidak mengingat apa-apa.

“Lalu saya melihat ada kaki orang sedang berjalan dan saya hanya mematung,” ujar Daniel.

Ketika seorang detektif tengah menyelidiki Reynhard melalui investigasi yang digelar pada Juni 2017 dan menemui Daniel, terungkaplah tentang apa yang sudah terjadi.

Menurut Daniel, sang detektif memperlihatkan foto-foto serangan seksual yang dilakukan Reynhard.

“Tidak bisa dibantah, itu adalah saya. Anda bisa melihat tato saya,” ujar Daniel.

“Ada sedikit rasa lega karena saya akhirnya tahu apa yang telah terjadi dan logikanya masuk akal, tapi mungkin bukan rasa lega yang saya inginkan,” imbuh Daniel.

Detektif Sersan Kimberley Hames-Evans menuturkan, rekaman video pemerkosaan yang dibuat Reynhard sungguh mengerikan.

“Ada begitu banyak video pria-pria muda dilecehkan secara seksual dan diperkosa (oleh Reynhard Sinaga),” ujar Hames-Evans.

https://internasional.kompas.com/read/2021/10/06/113539370/kasus-reynhard-sinaga-pemerkosa-berantai-terbesar-dalam-sejarah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke