Salin Artikel

Kisah Pertempuran Manila, Paling Sengit Selama Perang Dunia 2

KOMPAS.com - Pertempuran Manila dikenal sebagai pertempuran perkotaan paling sengit dalam gelaran Perang Dunia 2.

Ini pertama kalinya terjadi di Manila, di mana darah, darah, dan darah menggenang di mana-mana.

Bahkan dikutip dari Wikipedia, sangat sedikit pertempuran selama beberapa bulan terakhir Perang Dunia II yang melampaui kebrutalan dan kehancuran di pertempuran Manila.

Pada tahun 1941, Manila telah dinyatakan sebagai kota terbuka oleh Jenderal Douglas MacArthur.

Meskipun Jepang tidak bermaksud menempatkan banyak sumber daya dalam mempertahankan Manila, Laksamana Muda Sanji diberi tugas mempertahankan kota.

Hingga AS pun datang. Jenderal MacArthur mengantisipasi bahwa kota Manila akan direbut kembali.

Sebenarnya, pengumuman itu datang pada 4 Februari. Pada saat itu, stafnya bahkan telah merencanakan parade kemenangan.

Tapi, pertempuran perebutan Manila tak bisa dihindari.

Pertempuran itu pun memakan waktu hampir satu bulan.

Meskipun Jenderal MacArthur ingin melindungi Manila dan penduduk sipil yang tinggal di kota itu, kehancuran besar-besaran tidak dapat dihindari.

Jepang yang mampu menahan pasukan infanteri AS, kewalahan dengan tembakan dari kapal perusak, tank, dan howitzer.

Serangan dari AS membuat pasukan Jepang menghadapi penangkapan bahkan kematian.

Pasukan Jepang lantas membalas terhadap warga sipil, yang langsung menjadi korban dari beberapa kebrutalan parah.

Tindakan brutal ini dikenal sebagai Pembantaian Manila.

Beberapa tindakan yang diderita penduduk sipil termasuk pemerkosaan, pembantaian, dan mutilasi dengan kekerasan.

Setelah perang, Jenderal Jepang Yamashita disalahkan atas Pembantaian Manila dan akhirnya digantung karena kejahatan perang.

https://internasional.kompas.com/read/2021/10/05/182556470/kisah-pertempuran-manila-paling-sengit-selama-perang-dunia-2

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke