Salin Artikel

Kisah Riwayat Taira no Masakado dan Legenda Hantu Kepala Samurai

KOMPAS.com - Di sekitar kota Tokyo beredar kisah legenda dari ribuan tahun yang lalu tentang hantu kepala samurai Masakado.

Di sebuah kuil kecil di dekat Stasiun Tokyo menjadi saksi bisu dari legenda hantu kepala samurai Masakado itu tersebar.

Pada 940 M, kepala samurai Masakado ditemukan di sebuah desa nelayan kecil Otemachi, Tokyo, setelah dipenggal dan dipajang di ibu kota Kyoto.

Masakado tewas dipenggal oleh sepupunya, Taira no Sadamori dan Fujiwara no Hidesato dalam Pertempuran Kojima.

Legenda mengatakan bahwa hantu kepala samurai Masakado sangat marah, ia menggertakan gigi selama berminggu-minggu.

Diceritakan kemudian hantu kepala samurai Masakado terbang mencari tubuhnya, tetapi tidak pernah menemukannya.

Akhirnya, kepala samurai Masakado jatuh di desa nelayan yang sekarang dikenal sebagai Otemachi, Tokyo. Penduduk desa setempat yang menemukannya kemudian mencuci, dan menguburnya.

Sebuah kuil didirikan di atas kuburan tersebut untuk meredakan amarah hantu kepala samurai Masakado. Kuil tersebut kemudian dikenal sebagai kuil Kubizuka (gundukan kepala).

Selama berabad-abad sosok samurai Masakado dihormati dan dipuja seperti dewa oleh para petani yang melihatnya sebagai pejuang sejati, simbol perlawanan heroik terhadap kekaisaran yang menindas.

Misteri kuil kepala samurai Masakado

Seribu tahun berlalu, desa nelayan telah berubah menjadi kota metropolis.

Gedung-gedung perkantoran didirikan di sekitar kuil Kubizuka, tetapi tanah kuil tidak tersentuh.

Setelah Gempa Besar Kanto pada 1923, Kementerian Keuangan mengambil kesempatan untuk menyingkirkan kuil kepala samurai Masakado dan menggantikannya dengan gedung perkantoran, seperti yang dilansir dari Japan Info.

Dalam 2 tahun cerita misteri terjadi, sejumlah pekerja kementerian keuangan dan 14 pekerja kantoran lainnya meninggal dunia, kebanyakan karena sebab yang tidak wajar.

Di antara karyawan yang terluka, ditemukan cedera di area kaki yang tidak dapat dijelaskan.

Karena para pejabat menjadi takut setelah semua kecelakaan yang kelihatannya tidak wajar, bangunan itu diubah kembali menjadi kuil, dan ritual Shinto diadakan setiap tahun untuk menenangkan roh samurai Masakado yang marah.

Masuk pada masa Perang Dunia II, orang-orang terlalu sibuk untuk mengadakan ritual Shinto, hingga pada 1940 tepat pada peringatan 1000 tahun kematian samurai Masakado, petir menyambar gedung di sebelah kuil, menghancurkan sebagian besar bangunannya.

Menyadari melewatkan ritual, sebuah upacara besar Shinto diadakan lagi, dan sebuah tugu peringatan batu didirikan di situs kuil kepala samurai Masakado yang masih berdiri di sana sampai sekarang.

Cerita misteri juga menimpa pasukan Amerika Serikat saat menduduki Jepang.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Amerika Serikat menempatkan kendaraan militernya di area kuil kepala Masakado yang ditemukan mereka.

Menurut pihak Amerika Serikat itu adalah tempat yang bagus untuk menyimpan kendaraan militer mereka. Namun, ketika berusaha meratakan area itu, sebuah buldoser mengalami kecelakan hingga terbalik dan menewaskan pengemudinya.

Setelah itu masih banyak kecelakaan yang terjadi. Pihak pejabat Jepang akhirnya memohon kepada pejabat militer Amerika Serikat untuk tidak megusik dan meninggalkan kuil kepala samurai Masakado.

Permohonan dipenuhi, kuil kepala samurai Masakado dipulihkan kembali.

Siapakah samurai Masakado itu?

Dahulu pada 903 M, lahir seorang bocah laki-laki anggota klan Kanmu Taira, Soma no Kajiro, tetapi berganti nama sebagai Taira no Masakado.

Taira no Masakado adalah putra dari Taira no Yoshimasa, panglima tertinggi pertahanan utara. Ia merupakan generasi kelima dari Kaisar Kanmu (737-806), kaisar ke-50 Jepang

Melansir KCP International, Taira no Masakado dianggap sebagai samurai pertama Jepang karena ia adalah samurai yang pertama kali memimpin partai pemerintahan sendiri.

Masakado muda bertugas di istana kekaisaran di Heian-kyo (sekarang dikenal sebagai Kyoto) dan kemudian pindah ke provinsi asalnya, distrik Toyoda dan Sashima di Provinsi Shimosa utara (sekarang Prefektur Ibaraki).

Peran intens Taira no Masakado dalam pemberontakan di timur terhadap kekaisaran Jepang pada 939-940 yang dikenal sebagai "Tengyo no Ran" membuatnya dikenal sebagai tokoh besar sejarah samurai.

Tengyo no Ran terjadi bertepatan dengan fenomena alam gempa bumi, terlihatnya pelangi, dan gerhana bulan di langit ibu kota.

Disusul pemberontakan di utara, dan kerusuhan bajak laut di barat, rentetan peristiwa itu membuat istana dan ibu kota pemerintahan Kekaisaran Jepang di Kyoto panik.

Taira no Masakado dalam pertempuran Tengyo no Ran

Kisah tragedi pertempuran Tengyo no Ran itu dimulai pada 935 M. 

Masakado disergap oleh pejuang lokal terkemuka, yaitu Minamoto Tasuku, di sebuah tempat bernama Nomoto, dekat wilayah perbatasan provinsi Hitachi, Shimotsuke, Musashi, dan Shimosa.

Pertempuran Taira no Masakado dan Minamoto Tasuku kemudian dikenal dengan nama Pertempuran Nomoto.

Tasuku adalah putra tertua dari Minamoto Mamoru, seorang prajurit perkasa dan pejabat pemerintah di Hitachi.

Alasannya menyerang Masakado tidak jelas, tetapi serangannya memicu rangkaian peristiwa besar yang rumit dan menentukan.

Dalam beberapa bulan kemudian, Masakado berperang melawan beberapa kerabatnya yang berkomplot dengan Minamoto Tasuku.

Masakado mengalahkan Tasuku dan kemudian membalas, membakar dan menggeledah tempat tinggal pendukung Tasuku di tenggara Provinsi Hitachi, membantai warga sipil yang tak terhitung jumlahnya.

Di antara korban yang paling terkemuka dari Pertempuran Nomoto adalah Tasuku, saudara-saudaranya, dan saudara iparnya, Taira no Kunika (wafat 935).

Pada tahun 936, dia dipanggil ke pengadilan untuk menjawab tuduhan yang diajukan oleh Minamoto Mamoru.

Masakado berhasil meyakinkan Dewan Negara tentang keadaannya yang dapat meloloskannya dari hukuman.

Dua bulan kemudian, dia diampuni ketika pengadilan mengumumkan amnesti umum untuk merayakan bertambahnya usia kaisar.

Masakado kembali ke Shimsa, tetapi segera kembali berperang, kali ini melawan ayah mertuanya, Yoshikane, serta sepupunya, Sadamori.

Lalu, serangan balik memuncak saat rumah Masakado di Iwai, Provinsi Shimsa diserbu. Pasukan Yoshikane menyerang sebelum fajar dan menjebaknya.

Ajaibnya, Masakado berhasil memukul mundur pasukan Yoshikane dan membunuh lebih dari setengah anak buah mertuanya tersebut.

Setelah itu pada 937, Masakado berhasil mendapatkan surat perintah yang dikeluarkan oleh Dewan Negara yang mengizinkannya untuk menangkap Yoshikane, Mamoru, Sadamori, dan lainnya.

Namun pada awal tahun 938, Masakado menerima panggilan kedua dari Dewan Negara untuk menanyainya tentang perselisihan lain dengan sepupunya, Sadamori. Panggilan itu diabaikan Masakado karena berpegang mandat surat pada 937 M yang artinya melawan Sadamori masih berlaku.

Masakado memimpin pasukannya ke pemerintah provinsi Hitachi untuk menangkap sepupunya Sadamori, tetapi gagal karena ia berhasil melarikan diri sebelum pasukan Masakado tiba. Sadamori berlindung di pegunungan selama beberapa bulan.

Selama 939 M, Taira no Masakado kembali memasuki provinsi Hitachi sebagai kepala pasukan besar. Ia menyerang dan menduduki pemeirntahan provinsi, yang sudah melewaiti batas aturan pengadilan Jepang kuno.

Dia tidak lagi hanya seorang samurai desa dalam persaingan dengan saingan lokal, tetapi seorang pemberontak melawan pengadilan.

Melihat tidak ada cara untuk mundur, Masakado melakukan serangan cepat ke markas besar pemerintah provinsi Shimotsuke, Kozuke, Musashi, Kazusa, Awa, Sagami, Izu dan Shim?sa.

Kemudian, ia mengirim surat kepada pelindungnya, Bupati Fujiwara Tadahira (880-949 M).

Kisah akhir riwayat samurai Taira no Masakado

Langkah serangan Taira no Masakado atas provinsi-provinsi timur itu disebutkan dalam Shomonki (kisah perang), sebagai langkah pertama untuk menjadikannya penguasa seluruh wilayah.

Pangeran Okiyo-?, gubernur Musashi dan salah satu pengikut Masakado meyakinkannya dengan usulan berani untuk memproklamasikan diri sebagai kaisar baru Jepang.

Suatu hari, seorang orakel dari Bodhisattva Agung Hachiman meramalkan bahwa Masakado akan dianugerahi takhta kekaisaran.

Hal itu membuat Masakado menjadi semakin ambisius untuk melanjutkan serangan menunjuk istana dan birokrasinya. Lalu, menyusun rencana untuk pembangunan istana kekaisaran baru di Shimsa.

Namun, tak ada satu pun dari proklamasi dan dokumen kekaisaran Jepang menyebutkan Taira no Masakado sebagai "kaisar baru" (shin-o). Selain itu, tak lama kemudian kisah riwayatnya akan berakhir di tangan sepupunya sendiri.

Dalam sebulan setelahnya, pengadilan mengeluarkan dekrit yang menyerukan penangkapan samurai Taira no Masakado dan memerintahkan beberapa prajurit terkenal untuk melakukan tugas itu, di antaranya adalah sepupu dan sekutunya dulu, Sadamori dan Fujiwara Hidesato.

Pada hari ke-14 Februari 940 M, tentara kekaisaran menyusul Masakado di barat laut Provinsi Shimsa.

Pasukan Masakado kalah jumlah lebih dari sepuluh banding satu, sehingga dapat dikalahkan oleh pasukan kekaisaran dengan cepat. Samurai Taira no Masakado dibunuh oleh panah, lalu kepalanya dipenggal.

Pada hari ke-10 Mei 940 M, Hidesato dan Sadamori membawa kepala samurai Masakado ke ibu kota Kyoto untuk dipajang sebagai piala. Kelak kepala Masakado menjadi subjek dari legenda hantu kepala samurai yang terkenal.

https://internasional.kompas.com/read/2021/10/04/090926470/kisah-riwayat-taira-no-masakado-dan-legenda-hantu-kepala-samurai

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke