Salin Artikel

10 Tokoh Presiden AS Terburuk Sepanjang Sejarah

KOMPAS.com - Sejak presiden AS pertama menjabat pada 1789, ada 59 tokoh presiden yang telah menjabat. Di antaranya ada tokoh presiden yang dicatat sebagai presiden AS terburuk sepanjang sejarah.

Sejak 1982, Siena College Research Institute (SCRI) menyurvei presiden AS mulai dari integritas hingga kemampuan mereka untuk berkompromi.

Berdasarkan survei SCRI tersebut, berikut 10 peringkat tokoh presiden AS terburuk sepanjang sejarah, seperti dilansir CBS News:

Sejarawan memberi Andrew Johnson peringkat terburuk secara keseluruhan.

Andrew Johnson mengisi posisi sebagai presiden ke-20 AS ketika Abraham Lincoln dibunuh. Selama menjabat, ia bentrok dengan sesama Republikan atas kebijakan Rekonstruksi setelah Perang Saudara.

Andrew Johnson sering mencoba untuk menghindari Kongres dan menjadi tokoh presiden AS pertama yang menghadapi pemakzulan, tetapi dibebaskan.

Sejarawan telah mengkritik James Buchanan atas kepemimpinan yang buruk.

Tokoh presiden ke-18 AS ini tampaknya tidak bisa mengatasi besarnya perpecahan Amerika atas perbudakan. Ia hanya mengabaikan perselisihan dan membiarkan masalah perbudakan itu bercokol di tahun-tahun menjelang Perang Saudara.

Donald Trump mendapat lebel sebagai satu-satunya presiden AS yang menghadapi pemakzulan dua kali.

Dalam survei Siena, tokoh presiden ke-58 AS ini menerima peringkat terendah, 44 dari 44, dalam kategori integritas, kecerdasan, dan kemampuan keseluruhan.

Namun, menurut survei, Trump memiliki faktor keberuntungan dengan peringkat tinggi, 10.

Kepresidenan Warren G Harding diuntungkan oleh dorongan ekonomi, sebagian didorong oleh pertumbuhan produksi massal mobil.

Namun, Warren G Harding memiliki skandal yang sangat mengganggu, terutama skandal "Teapot Dome" yang terkenal di Amerika Serikat pada 1921 dan 1922, karena kesepakatan penjualan lahan dan minyak rahasia.

Hal itu membuat tokoh presiden ke-34 AS ini berada pada peringkat kepemimpinan yang buruk dalam kepresidenan AS.

Sejarah telah menilai Franklin Pierce telah membuat kebijakan yang justru membantu menempatkan bangsa Amerika Serikat menuju perang saudara.

Tokoh presiden ke-17 AS ini menandatangani undang-undang Kansas-Nebraska, yang memungkinkan penduduk wilayah baru untuk memutuskan legalitas perbudakan.

Millard Fillmore naik ke kursi kepresidenan pada Juli 1850 menggantikan posisi presiden ke-16 AS Zachary Taylor yang meninggal.

Sejarawan menyalahkan Millard Fillmore karena menandatangani Undang-Undang Budak Buronan, yang mengharuskan budak yang melarikan diri dikembalikan menjadi budak.

Kebijakan kontroversial itu membuat Millard Fillmore tidak dipilih kembali menjadi tokoh presiden AS selanjutnya oleh partainya.

John Tyler, wakil presiden pertama yang diangkat ke kursi kepresidenan ketika pendahulunya meninggal, adalah pendukung kuat hak-hak negara.

Tokoh presiden ke-14 AS ini kemudian bergabung dengan Konfederasi Selatan, sejumlah negara bagian selatan yang memisahkan diri dari Amerika Serikat selama Perang Saudara Amerika.

Manajemen ekonomi Herbert Hoover yang buruk menurunkan peringkat kepemimpinannya.

Beberapa bulan setelah pemilihannya sebagai tokoh presiden ke-36 AS, pasar saham jatuh dan AS berada dalam Depresi Hebat.

Sejarawan telah menyalahkan Benjamin Harrison karena keterampilan komunikasi dan kemampuan kepemimpinan yang buruk.

Tokoh presiden ke-26 AS ini mencoba memperbaiki masalah tarif yang tinggi, tetapi harga justru naik dan tingkat kemakmuran jatuh.

Di antara beberapa sejarawan, Chester A Arthur mendapat peringkat rendah karena kegagalannya untuk memastikan keadilan yang sama untuk semua.

Pemerintahan dari tokoh presiden ke-24 AS ini memberlakukan undang-undang imigrasi pertama, yang mengecualikan orang-orang China serta "orang miskin, penjahat, dan orang gila."

https://internasional.kompas.com/read/2021/09/28/045743170/10-tokoh-presiden-as-terburuk-sepanjang-sejarah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke