Salin Artikel

10 Sikap Toleransi Genghis Khan di Balik Kekejaman Perang Pasukan Mongol

KOMPAS.com - Genghis Khan, seorang panglima perang dari pasukan Mongol yang biasa menerapkan taktik perang kejam.

Ia dan pasukannya tak segan membunuh semua manusia hingga binatang di wilayah yang mereka jajah, anak-anak, wanita, hingga kucing dan anjing, tetapi membiarkan segelintir orang melarikan diri, untuk menyebarkan teror.

Pasukan Genghis Khan juga tega saja memutilasi mayat musuh dan membawa bagian tubuh, seperti hidung, bibir, dan telinga sebagai suvenir kebanggaan, seperti yang disebutkan di beberapa literasi.

Namun di lain sisi, ada sikap toleransi yang ditanamkan pria bernama asli Temujin ini dalam membangun Kekaisaran Mongol (1206-1227 M). Berikut 10 daftar sikap toleransi pemimpin Mongol tersebut, seperti yang dilansir dari Mentalfloss.com:

1. Kebebasan beragama

Genghis Khan mengesahkan aturan yang mengizinkan kebabasan beragama, dan bahkan memberikan pembebasan pajak untuk tempat-tempat ibadah.

Kebijakan itu ia ambil dengan mempertimbangkan bahwa rakyat kecil dapat terdorong untuk memberontak, jika itu tidak dilakukan.

Apalagi, mengingat bahwa bangsa Mongol menganut banyak agama berbeda, dan tidak mungkin untuk menyatukan mereka dalam satu agama. 

2. Melarang penyiksaan

Meski suka menahan musuh, disebutkan bahwa Genghis Khan melarang pasukannya untuk menyiksa orang-orang yang ditahan. Sebaliknya, ia suka merekrut mereka sebagai pasukannya.

Diceritakan dalam suatu perang, pemimpin Kekaisaran Mongol hampir terbunuh setelah kudanya ditembak dari bawah oleh tahanan musuh yang menembakkan panah.

Seorang pria dengan berani melangkah maju untuk mengaku, dan mengatakan dia akan menerima hukuman mati atau bersumpah setia abadi jika diampuni.

Panglima perang yang terkenal kejam ini segera mengangkatnya menjadi perwira di pasukannya. "Jebe" yang artinya panah, demikian Khan memanggilnya. Kemudian, ia menjadi salah satu komandan lapangan Mongol yang hebat.

3. Kota yang ditaklukkan

Setelah merebut sebuah kota, Genghis Khan akan meninggalkan beberapa pejabat untuk mengawasi masalah kota, dan pada dasarnya membiarkan orang-orang melanjutkan hidup mereka, asalkan setia kepada Kekaisaran Mongol.

4. Promosi jabatan

Sistem feodal kuno di seluruh Asia biasanya akan menghadiahi hak istimewa kecenderungan kepada putra bangsawan atau garis keturunan. Namun, pemimpin Kekaisaran Mongol ini memberikan hak jabatan pasukannya berdasarkan pencapaian dan kesetiaan mereka secara individu.

5. Melarang perbudakan

Genghis Khan memahami kepahitan dan ketegangan ekonomi yang diciptakan oleh perbudakan.

Dia pernah menjadi budak selama masa remajanya, ketika dia dan istrinya Börte ditangkap oleh klan saingan.

Jadi, ketika pemimpin ini mulai menyatukan suku-suku Mongol, dia melarang pasukannya melanjutkan praktik perbudakan.

6. Hukum universal

Genghis Khan menciptakan sistem hukum yang dikenal sebagai Yassa, yaitu melarang pencurian, perzinahan, pertumpahan darah, dan memberikan kesaksian palsu.

Disebutkan juga bahwa Kekaisaran Mongol melarang pasukannya mencemari sungai, seperti mandi di sana. Pemimpin yang terkenal kejam ini juga mengharuskan para tentara tidak mengambil apa pun yang telah mereka jatuhkan ke tanah.

7. Sistem penulisan universal 

Untuk menegakkan hukumnya, Genghis Khan memerintahkan pembuatan sistem penulisan berdasarkan alfabet Uighur. Itu bukan sistem penulisan pertama di Asia, tapi itu yang pertama diadopsi dan diajarkan secara luas kepada orang-orang.

8. Perdagangan bebas di Jalan Sutra

Genghis Khan percaya pada kekuatan pemersatu dari perdagangan luar negeri, serta menggunakannya untuk mendapatkan pengetahuan yang berharga, dengan banyak mata-matanya menyamar sebagai pedagang.

Pemimpin bangsa Mongol ini menjadikan kota-kota yang ditaklukkan sebagai titik jalan untuk perdagangan. Pada masanya, penaklukannya ke Eropa menetapkan rute perdagangan utama antara Timur dan Barat.

9. Pos internasional

Pengetahuan adalah kekuatan di kerajaan Genghis Khan, dan itulah mengapa salah satu perintah pertamanya sebagai penguasa adalah menciptakan sistem kurir mirip Pony Express yang dikenal sebagai Yam.

Penunggang membawa pesan melintasi jaringan pondok, dan dapat menempuh jarak sejauh 200 mil sehari dengan terus berganti tunggangan.

Selain menyampaikan pesan, pengendara juga bertindak sebagai pengintai yang dapat memantau pasukan musuh dan mengawasi kota-kota yang berasimilasi.

10. Membagi kekayaan

Alih-alih menimbun uang dan barang yang diperoleh melalui penaklukan, Genghis Khan memberikannya kepada prajurit dan komandannya untuk mendorong perekonomian. Pemimpin bangsa Mongol ini telah melarang pasukannya menjarah tanpa izin.

https://internasional.kompas.com/read/2021/09/11/225115970/10-sikap-toleransi-genghis-khan-di-balik-kekejaman-perang-pasukan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke