Salin Artikel

Kisah Barbara Olson, Penumpang Pesawat Tragedi 9/11 yang Laporkan Pembajakan

KOMPAS.com – Barbara Olson, seorang komentator di televisi sekaligus pengacara, tidak panik ketika pembajak mengambil alih penerbangannya pada 11 September 2001.

Pesawat Boeing 757 dari maskapai American Airlines yang ditumpanginya tersebut bertolak dari bandara Dulles di Washingon DC ke Los Angeles. Di kota tersebut, dia akan tampil di acara televisi.

Pesawat lepas landas pukul 8.20 pagi waktu setempat, dengan 53 penumpang dan enam kru kabin di dalamnya dan tak disangka ada lima pembajak di dalamnya.

Para pembajak menyerbu kokpit dan memaksa penumpang, kru kabin, dan pilot ke bagian belakang pesawat kurang dari 35 menit setelah penerbangan.

Setelah para pembajak mengambil alih pesawat, Barbara berhasil menelepon suaminya, Ted Olson, sebanyak dua kali meski saat itu para teroris bersenjatakan pisau.

Kepada suaminya, dia melaporkan pembajakan pesawat yang ditumpanginya tersebut dan bertanya apa yang bisa dia sampaikan kepada pilot.

Menurut laporan Komisi 9/11, Barbara adalah satu dari dua orang yang dapat melakukan panggilan telepon ke orang yang dicintai dari pesawat, selain pramugari Renee May.

20 tahun kemudian, suami Barbara masih mengagumi keberanian dan ketenangannya di saat-saat terakhir hidupnya.

"Sampai hari ini, saya tidak tahu bagaimana dia bisa melakukannya," kata Ted Olson sebagaimana dilansir Fox News, Sabtu (11/9/2021).

Setelah menerima telepon dari Barbara, Ted Olson langsung memperingatkan orang lain di FBI dan Kementerian Kehakiman AS bahwa pesawat ketiga sedang diserang.

“Barbara adalah orang yang luar biasa. Dia juga seorang pejuang. Dia tidak akan menerima ini dengan tenang,” ujar Ted Olson.

Namun, pada pukul 09.37 pagi waktu setempat pesawat itu menabrak sisi barat Pentagon dan semua orang di dalam pesawat tewas, termasuk Barbara.

29 orang yang berada di dalam Pentagon juga tewas akibat tragedi tersebut.

Sebagian bangunan runtuh dan petugas pemadam kebakaran harus menghabiskan waktu berhari-hari untuk memadamkan api sepenuhnya.

“Saya merasakan beban yang sangat berat dari semua bencana itu. Itu sangat personal bagi saya sekaligus menghancurkan bagi bangsa kita,” kenang Olson.

“Dan saya juga merasa perlu membicarakan Barbara karena dia adalah orang yang luar biasa namun dibunuh secara tragis. Saya merasa bahwa saya bisa menjadi bagian dari suaranya,” lanjut Olson.

Sekarang, pada 2021, keputusan untuk hidup masih memandu Ted Olson sampai hari ini. Dia akan berusia 81 tahun sebentar lagi.

Ted Olson juga menolak pensiun, dia bekerja penuh waktu sebagai mitra pengacara di Gibson, Dunn & Crutcher LLP di Washington DC.

Keberanian sampai akhir

Barbara Olson sebenarnya tidak seharusnya berada di pesawat yang bernasib buruk itu.

Awalnya, dia berencana terbang ke Los Angeles untuk tampil di acara "Politically Incorrect" pada 10 September.

Tapi dia mengubah jadwal perjalanannya agar bisa merayakan ulang tahunnya suaminya dengan makan malam pada 10 September 2001. Ted Olson berulang tahun pada 11 September.

Pagi hari 11 September 2001, Ted Olson bangun lebih awal seperti biasanya dan meninggalkan rumah mereka di pinggiran utara Virginia menuju Washington DC.

Barbara masih di rumah. Pasangan itu berbicara melalui telepon sebelum Barbara menaiki penerbangannya di bandara Dulles.

Ted Olson adalah jaksa agung yang baru dikukuhkan di bawah Presiden AS kala itu, George W Bush.

Ketika dua pesawat yang dibajak menabrak WTC, dia sedang berada di kantor Kementerian Kehakiman AS.

Saat dia dan seluruh bangsa menyaksikan dengan ngeri, pikiran Ted Olson langsung mengkahwatirkan penerbangan Barbara.

Awalnya, Ted Olson merasa lega ketika asistennya memberi tahunya bahwa Barbara sedang menelepon.

Selama panggilan telepon pertama, antara pukul 09.16 hingga 09.26, Barbara memberi tahu suaminya pembajak mengambil alih pesawatnya.

Dia berhasil menelepon kembali tak lama kemudian dan dia dan suaminya mencoba mencari tahu di mana pesawat itu berada di udara.

Ted Olson memberi tahu istrinya tentang serangan di WTC tetapi Barbara tidak menunjukkan tanda-tanda kepanikan.

“Dia tampak sepenuhnya mengendalikan dirinya karena dia ingin melakukan sesuatu untuk membantu,” kenang Olson.

Tetapi saluran telepon itu tiba-tiba terputus lagi. Rupanya, itu adalah percakapan terakhir mereka sebelum akhirnya pesawat yang ditumpangi Barbara menabrak Pentagon.

“Kami tidak tahu bahwa kami akan menyampaikan kata-kata terakhir karena tiba-tiba telepon mati,” kata Ted Olson.

https://internasional.kompas.com/read/2021/09/11/201735170/kisah-barbara-olson-penumpang-pesawat-tragedi-9-11-yang-laporkan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke