Salin Artikel

Harald Hardrada: Panglima Perang Tangguh dan Raja Viking Terakhir

KOMPAS.com - Harald Hardrada adalah raja Norwegia yang dikenal sebagai panglima perang yang tangguh dan raja Viking terakhir.

Diceritakan dalam saga bahwa "Hardrada" adalah julukan untuk raja Harald yang terkenal memiliki kebijakan yang keras. Ia adalah raja Viking yang sangat ambisius untuk memperluas kerajaannya.

Catatan biografi Harald Hardrada yang dilansir dari The Famous People, ia lahir di Ringerike, Norwegia dari pasangan Sigurd Syr dan Asta Gudbrandsdatter, yang diperkirakan sekitar 1015 atau 1016, tanpa diketahui tanggal persisnya.

Menurut catatan sejarah, Sigurd adalah seorang raja di Ringerike, tapi lebih tertarik terhadap pertanian dari pada pemerintahan. Ia adalah cicit dari Raja Harald Fairhair.

Olaf Haraldsson yang kemudian dikenal sebagai "Saint Olaf", adalah saudara tiri Hardrada.

Di masa kecilnya, Hardrada menunjukkan sifat pemberontak, dan mengagumi Olaf karena kemampuannya dalam memerintah.

Hardrada berbeda dari ayah dan para kakak laki-lakinya, yang tidak tertarik pada perang.

Harald Hardrada dikenal sebagai pria yang kuat dan tegap. Penampilannya bisa menimbulkan ketakutan di antara lawan-lawannya.

Pasukan perang

Pada 1030, Olaf Haraldsson kembali ke Norwegia untuk mendapatka takhta, setelah 2 tahun diasingkan oleh penguasa Denmark, Knut yang Agung.

Hardrada bergabung dengan saudara laki-lakinya dan bertempur dengan pasukannya, tapi saudara-saudaranya dikalahkan oleh raja Denmark.

Dalam "Pertempuran Stiklestad", Olaf Haraldsson terbunuh, dan Harald Hardrada terpaksa melarikan diri.

Hardrada melarikan diri ke Kievan Rus (sekarang ada di Ukraina). Di sana ia disambut oleh Pangeran Agung Yaroslav dan dijadikan kapten pasukannya.

Pada 1031, Hardrada mengambil bagian dari kampanye perlawanan Yarslov terhadap orang-orang Polandia. Dia bertarung untuk tentara Kievan dalam sejumlah perang.

Setelah menghabiskan beberapa tahun di Kievan Rus, Hardrada memutuskan pindah Konstantinopel, bergabung dalam pasukan "Pengawal Varangian", sebuah satuan elit tentara Kerajaan Bizantium atau Kerajaan Romawi Timur.

Di sana ia masih menyembunyikan identitas kebangsawanannya, tapi ia terkenal karena kepiawaiannya dalam bertarung.

Pada 1035, Hardrada berpartisipasi dalam perang yang dipimpin oleh tentara Bizantium, untuk mendesak orang Arab keluar dari Anatolia atau Asia Minor.

Ia mendapatkan kepercayaan untuk memimpin tentara sampai ke Sungai Tigris. Di sana ia memainkan peran utama dalam merebut banyak benteng Arab.

Setelah itu, ia ikut berperang di Yerusalem dan Sisilia. Selama masa pemerintahan Kaisar Michael IV, Hardrada adalah anggota tentara yang setia dengan berdedikasi dalam pertempuran.

Setelah kematiannya Michael IV, terjadi konflik antara Michael V dan permaisuri Zoe. Michael V yang berkuasa memenjarakan Hardrada karena kesetiaannya pada raja sebelumnya.

Tak terima, ia lalu memimpin pemberontakan "Pengawal Varangian" untuk menjatuhkan Michael V. Ia berhasil dan Micahel V diasingkan, sementara Permaisuri Zoe kembali menyandang takhtanya.

Setelah mendapatkan cukup banyak kekayaan dan nama besar di Konstantinopel, Hardrada berniat kembali ke Kievan Rus.

Keputusannya ditentang oleh Permaisuri Zoe, tetapi ia berhasil melarikan diri dengan beberapa pengikut setia.

Sepulangnya ia di Kievan Rus, ia menikahi Elisabeth, putri dari Yarslov.

Merebut kembali takhta

Pada 1045, Harald Hardrada memulai rencananya untuk merebut kembali tahta Norwegia. Magnus the Good adalah raja Norwegia pada saat itu.

Hardrada membangun aliansi dengan pihak Denmark, Sweyn II untuk melawan Magnus. Namun, Magnus menolak melawan Hardrada yang merupakan pamannya.

Mereka mencapai kesepakatan untuk berbagi takhta dengan Hardrada. Imbalannya, Hardrada juga berbagi kekayaaan dengan Magnus.

Setahun kemudian, Magnus meninggal tanpa ahli waris. Hardrada menjadi satu-satunya penguasa Norwegia.

Menurut cerita, Hardrada menjadi pemimpin yang sangat ambisius. Dia bermimpi memperluas kerajaannya sejauh mungkin.

Dari 1048 sampai 1064, ia memipin perang melawan Denmark. Ia berhasil mengendalikan sebagian wilayah, tapi ia tidak dapat merebut takhta Denmark sepenuhnya.

Kemudian pada 1065, ia setuju untuk berdamai dengan Sweyn, raja Denmark. Sesuai perjanjian, mereka sepakat untuk mempertahankan wilayah.

Pada 1066, setelah mencapai kesepakatan damai dengan Denmark, Harald Hardrada mengincar Kerajaan Inggris.

Inggris dipimpin oleh Harold Godwinson saat itu. Hardrada bersekutu dengan Tostig Godwinson, saudara laki-laki raja Harold yang memiliki sakit hati kepadanya.

Dengan niat untuk menguasai Inggris, Hardrada, bersama istri dan anak-anaknya, meninggalkan Norwegia.

Pada tahap awal pertempuran, Tostig dan Hardrada berada di atas angin, tetapi dalam Pertempuran Stamford Bridge, pasukan Hardrada dihancurkan oleh pasukan raja Harold.

Tostig terbunuh dan Hardrada terkena panah, saat dia bertarung tanpa baju besi. Raja Viking terakhir itu akhirnya kehilangan nyawanya dalam pertempuran bersejarah tersebut.

Kekalahan Hardrada menandai akhir dari sebuah era dalam sejarah Viking. Hardrada dikenang sebagai panglima perang yang tangguh dan Viking terakhir. 

Hardrada dikenal sebagai raja dengan aturannya yang keras dan memiliki nasihat-nasihat yang keras. Dia menyelesaikan perselisihan dengan kekerasan, yang memberinya julukan "penguasa kejam".

Sementara itu, ia telah mewariskan kebijakan ekonomi yang baik. Hardrada mengembangkan sistem mata uang Norwegia. Ia juga mendirikan kota Oslo.

Setelah kematiannya dalam Pertempuran Stamford, tubuhnya dibawa ke Norwegia, dan dimakamkan di Gereja Maria, di Nidaros.

Hampir 100 tahun setelah dikuburkan, tubuh Hardrada dimakamkan kembali di Helgester Priory. Di Oslo, ada beberapa monumen yang didirikan untuk menghormati Harald Hardrada.

https://internasional.kompas.com/read/2021/05/28/155839170/harald-hardrada-panglima-perang-tangguh-dan-raja-viking-terakhir

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke