Salin Artikel

Perempuan Berdaya: Legenda Wanita Viking yang Perkasa

KOMPAS.com - Wanita di Zaman Viking menikmati lebih banyak kebebasan dan memegang lebih banyak kekuasaan dalam masyarakat mereka dari pada banyak wanita lain di sezamannya.

Bangsa Viking diketahui adalah orang-orang dari Skandinavia yang melakukan perjalanan laut panjang untuk menjelajah ke Inggris, Eropa, Rusia, pulau-pulau Atlantik Utara, dan Amerika Utara, sekitar 800-1100 M, seperti yang dilansir dari History. 

Judith JESch, penulis “Perempuan di Viking Age” (1991), telah menunjukkan, kata Norse “vikingar” hanya berlaku untuk laki-laki.

Namun, penemuan kuburan Viking di Swedia yang berasal dari abad ke-10 menunjukkan wanita memegang posisi status tinggi dalam budaya Viking.

Legenda prajurit wanita Viking yang perkasa muncul dalam pengetahuan dan puisi Skandinavia dari Abad Pertengahan.

Kisah-kisahnya telah diceritakan di era modern juga. Namun, keberadaan petarung wanita dalam budaya Viking secara konsisten ditentang dalam sejarah resmi, dengan wanita sering diturunkan ke peran non-kombatan.

Penemuan luar biasa mengungkapkan faktanya. Dalam sebuah studi oleh para peneliti di Universitas Stockholm dan Uppsala dan diterbitkan dalam American Journal of Anthropology.

Berdasarkan analisis DNA yang diterbitkan 2014, memastikan bahwa individu dalam kuburan Viking itu adalah seorang wanita yang berusia lebih dari 30 tahun, yang tingginya sekitar 5 kaki 6 inci atau 1,6 m.

Beberapa senjata terkubur di samping kerangka tersebut, termasuk pedang, panah yang menembus baju besi, pisau perang, kapak, tombak dan dua perisai, menunjukkan bahwa kerangka itu kemungkinan besar adalah milik seorang pejuang.

Selain beragam senjata, juga ditemukan 2 kuda dan 1 set bidak permainan perang.

"Ini adalah konfirmasi formal dan genetik pertama dari seorang pejuang wanita Viking," kata Profesor Mattias Jakobsson dalam sebuah laporan oleh Universitas Uppsala.

Ini adalah bukti pertama yang menunjukkan bahwa senjata dan perlengkapan yang ditemukan di samping kerangka adalah milik wanita yang menempati kuburan.

Menurut catatan arkeolog, penguburan kaum Viking unik, tetapi cukup konsisten, dan para petarung viking sering dikuburkan di samping harta benda mereka.

Harta benda ini bisa dari senjata mereka atau dalam beberapa kasus, wanita yang mereka ambil sebagai budak. Hasil dari studi, sisa-sisa yang ditemukan di kuburan Viking itu adalah wanita.

Untuk pertama kalinya, studi tersebut mencatat, dapat dikatakan bahwa wanita "mampu menjadi anggota penuh dari lingkungan yang didominasi pria", selama Zaman Viking.

“Apa yang kami pelajari bukanlah seorang Valkyrie dari saga tetapi seorang pemimpin militer di kehidupan nyata, yang kebetulan adalah seorang wanita,” Charlotte Hedenstierna-Jonson, pemimpin studi inovatif tersebut, mengatakan dalam rilis publik.

Seperti banyak peradaban tradisional, masyarakat Zaman Viking di dalam dan luar negeri pada dasarnya didominasi laki-laki.

Laki-laki berburu, berkelahi, berdagang dan bertani, sedangkan kehidupan perempuan berpusat pada memasak, mengurus rumah dan membesarkan anak.

Mayoritas penguburan Viking yang ditemukan oleh para arkeolog mencerminkan peran gender tradisional ini, yaitu pria umumnya dimakamkan dengan senjata dan peralatan mereka, sedangkan wanita dengan barang-barang rumah tangga, sulaman dan perhiasan.

Namun, wanita Viking Skandinavia juga benar-benar menikmati tingkat kebebasan yang tidak biasa pada masa itu.

Mereka dapat memiliki properti, meminta cerai, dan meminta kembali mas kawin mereka, jika pernikahan mereka berakhir.

Wanita cenderung menikah antara usia 12 dan 15 tahun. Keluarga yang bernegosiasi untuk mengatur pernikahan tersebut, yang mana wanita Viking tetap memiliki suara dalam mengatur acara tersebut.

Jika seorang wanita dari bangsa Vaking ingin bercerai, dia harus memanggil saksi ke rumahnya. Lalu, menyatakan di depan mereka bahwa dia telah menceraikan suaminya.

Meskipun laki-laki adalah “penguasa” rumah, perempuan berperan aktif dalam mengatur suaminya dan juga rumah tangga.

Perempuan Norse memiliki otoritas penuh di ranah domestik, terutama ketika suami mereka tidak ada.

Jika laki-laki dalam rumah tangga tersebut meninggal, istrinya akan menjalankan perannya secara permanen sendirian, menjalankan pertanian keluarga atau bisnis perdagangan.

Banyak wanita di Zaman Viking Skandinavia dimakamkan dengan cincin kunci, yang melambangkan peran dan kekuasaan mereka sebagai manajer rumah tangga.

Beberapa wanita naik ke status yang sangat tinggi. Salah satu pemakaman termegah dari bangsa Viking yang pernah ditemukan di Skandinavia adalah milik "ratu" Oseberg.

Ia adalah wanita yang dimakamkan di kapal yang dihias dengan mewah bersama dengan banyak barang berharga pada 834 M.

Kemudian di abad ke-9, Aud the Deep-Minded, putri seorang kepala suku Norwegia di Hebrides (pulau di lepas utara Skotlandia) menikah dengan seorang raja Viking yang berbasis di Dublin.

Ketika suami dan putranya meninggal, Aud meninggalkan rumah tangganya dan mengatur pelayaran kapal untuk dirinya sendiri serta cucunya ke Islandia, di mana dia menjadi salah satu pemukim terpenting di koloni itu.

Apakah ada pejuang wanita dalam masyarakat Zaman Viking?

Meskipun relatif sedikit catatan sejarah yang menyebutkan peran wanita dalam perang Viking, sejarawan era Bizantium Johannes Skylitzes mencatat wanita yang bertempur dengan Varangian Vikings dalam perang melawan Bulgaria pada 971 M.

Selain itu, sejarawan Denmark abad ke-12, Saxo Grammaticus yang menulis bahwa terdapat komunitas "gadis perisai" berpakaian seperti pria.

Mereka mengabdikan diri untuk mempelajari permainan pedang dan keterampilan perang lainnya, dan bahwa sekitar 300 dari gadis perisai ini menguasai medan dalam Peang Brávellir pada pertengahan abad ke-8.

Dalam karyanya yang terkenal "Gesta Danorum", Saxo menulis tentang seorang gadis perisai bernama Lagertha, yang bertarung bersama Viking Ragnar Lothbrok yang terkenal dalam perang melawan Swedia, dan sangat mengesankan Ragnar dengan keberaniannya.

Sebagian besar dari apa yang kita ketahui tentang pejuang wanita di Zaman Viking berasal dari karya sastra, termasuk saga romantis Saxo.

Prajurit wanita yang dikenal sebagai "Valkyrie", yang mungkin didasarkan pada gadis perisai, tentu saja merupakan bagian penting dari literatur Old Norse.

Mengingat prevalensi legenda ini, bersama dengan hak, status, dan kekuasaan yang lebih besar yang wanita nikmati, mengesankan bahwa mereka dalam masyarakat Viking kadang-kadang mengangkat senjata dan berperang, terutama ketika seseorang mengancam mereka, keluarga mereka, atau harta benda mereka.

https://internasional.kompas.com/read/2021/05/20/062433970/perempuan-berdaya-legenda-wanita-viking-yang-perkasa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke